Ukiran Sangkha di ruang Kepala SMPN 6 Jepara. Foto: Hadepe

JEPARA (SUARABARU.ID) – Ada banyak koleksi ukiran bersejarah yang menarik yang tersimpan di SMPN 6 Jepara. Sebab di sekolah yang berdiri tahun 1929 dengan nama Openbare Ambachsshool atau Sekolah Pertukangan dengan jurusan Dekorasi Ukir ini masih tersimpan karya siswa dan guru sekolah tersebut.

Karena itu tepat jika sekolah ini dikembangkan menjadi Living Museum Ukir Jepara. Juga SMKN 2 Jepara yang juga menjadi bagian penting ekosistem pendidikan seni ukir Jepara

Ali Afendi S.Sn ( ke empat dari kiri) bersama pengurus Yayasan Peluk Jepara di depan museum Sasana Adhi Praceka.

Salah satu karya yang cukup monumental adalah patung bola dunia dan tempat bendera pusaka yang konon pesanan Presiden Sukarno saat berkunjung ke sekolah ini tahun 1955 usai ziarah ke Makam Ratu Kalinyamat di Mantingan.

Karya siswa dan guru tahun 2029-1956  tersebut tersimpan di museum Sasana Adhi Praceko, bangunan berukuran 6 x 6 m yang terletak di sebelah kanan pintu masuk sekolah ini.

Namun bukan hanya itu. Ternyata di ruangan kepala sekolah dan ruang guru juga terdapat ukiran logo Sekolah Teknik Negeri yang  semula bernama Openbare Ambachsshool, kemudian berubah berturut-turut menjadi Ambachsshool Voor Inlanders, Ambachssleergang, Kosyu Gakko, dan setelah kemerdekaan menjadi Sekolah Petrtukangan. Pada tahun 1950 berubah menjadi Sekolah Teknik Pertama dan kemudian berubah menjadi Sekolah Kerajinan Negeri.

Pengurus Yayasan Pelestari Ukir Jepara bersama Kepala SMPN 6 Jepara Darono Ardi. Foto: Hadepe

Logo sekolah ini dibuat dengan motif ukiran yang dalam bahasa Sansekerta disebut Sangkha atau siput atau kerang laut. “ Sedangkan dalam bahasa Jawa Sangkha bermakna asal muasal adanya sesuatu,” ujar Ali Afendi, S.Sn, Wakil Ketua Yayasan Pelestari Ukir Jepara yang sering menjadi instruktur pelatihan mengukir di berbagai kota, termasuk Aceh dan Kalimantan.

Menurut Ali, dalam agama Hindu disebut Panca Jaya yaitu lambang dewa suci pemelihara Wisnu , simbol kemasyuran dan kemakmuran.

Kepala SMPN 6 Jepara Darono Ardi. Foto: Hadepe

Ia juga menjelaskan makna logo Sangkha. “Cangkang berbentuk pilin di bagian paling atas adalah lambang ukiran Jepara. Sedangkan lingkaran tengah bermakna tekad yang bulat untuk menjaga tradisi dan kehidupan seni ukir Jepara. Sedangkan ukiran bunga teratai yang mengelilingi lingkaran tengah merupakan lambang kehidupan yang menyenangkan dan harmonis,” ujar Ali Afendi yang saat ini juga aktif menerima anak-anak yang ingin belajar mengukir di rumahnya Desa Mantingan.

Sementara dua sayap yang berbentuk sama  menurut Ali Afendi merupakan lambang dari cita-cita yang tinggi untuk kejayaan ukiran Jepara. “Sementara pupus daun pakis  yang berbentuk pilin berkembang menjadi daun melambangkan ukiran Jepara  yang berlahan-lahan menjadi tempat bagi warga untuk berteduh dan mencari pengayoman,” tutur Ali

Logo Sekolah Tehnik Negeri. Foto: Hadepe

Ali juga menjelaskan, siput atau sangkha juga melambangkan transformasi, kemampuan beradaptasi, dan pentingnya ketekunan. “Kerangnya cangkang juga menandakan kerentanan, mengingatkan kita akan perlunya perlindungan dan perawatan diri,” terangnya.

Papan tulis kuno di SMPN 6 Jepara. Foto: Hadepe

Langkahnya yang lambat merupakan lambang kesabaran, yang menunjukkan bahwa kemajuan yang lambat dan mantap sering kali memberikan hasil terbaik. “Jejak siput yang berlendir juga melambangkan jejak peninggalan ukir yang memiliki dampak  di dunia,” pungkas Ali Afendi

Hadepe