WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Serangan kawanan kera ekor panjang, kini dilaporkan merata ke semua wilayah kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Juga diperparah oleh kasus ilegal ‘pembuangan’ kawanan kera dari daerah lain ke Wonogiri.
Wonogiri, kabupaten yang terdiri atas 25 kecamatan. Dari 25 kecamatan tersebut, sekarang tidak ada lagi wilayah kecamatan di Kabupaten Wonogiri yang bebas dari gangguan kera. Sebab, serangan kawanan kera telah merata ke 25 kecamatan di Kabupaten Wonogiri.
Kasus ‘pembuangan’ kera dari daerah lain, diindikasikan terjadi di wilayah Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri. Kawanan kera itu diangkut dengan truk, kemudian dilepaskan di wilayah sepi yang jauh dari pemukiman penduduk. Wilayah Kecamatan Pracimantoro, berada di wilayah perbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Satu dua petani yang memergokinya, tidak berani mendekat untuk memberikan peringatan atau mencegahnya. Sebab, begitu dilepaskan dari truk yang mengangkutnya, kawanan kera tersebut langsung berhamburan secara beringas. Begitupun dengan truk pengangkutnya, segera kabur meninggalkan lokasi.
Para petani mengeluhkan tindakan ilegal pembuangan kawanan kera tersebut. Sebab, itu dinilai bukan sebagai solusi, tapi hanya memindahkan masalah ke wilayah lain, yakni ke wilayah Kabupaten Wonogiri. Boleh jadi, di wilayah asalnya dapat dibebaskan, tapi itu kemudian jadi beban bagi Wonogiri yang dijadikan wilayah pembuangan.
Sebelum ada kasus pembuangan kawanan kera, para petani di Kabupaten Wonogiri telah mengeluh, karena banyaknya kera yang menyerang tanaman pangan mereka. Termasuk tanaman palawija, buah-buahan dan singkong. ”Tidak ada yang dapat dipanen, semua keburu dimangsa kera,” jelas sejumlah warga di Desa Bero, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri.
Kesulitan
Para petani, menyatakan, kesulitan dalam menanggulangi serangan kera yang telah menjadi hama bagi tanaman pangannya. Pengalaman menunjukkan, pernah ada yang dibunuh tapi kemudian malah terjadi amukan serangan dalam jumlah besar.
Petani Desa Bero yang berdekatan dengan Gunung Gajahmungkur, menyatakan, awalnya kawanan kera itu dapat dihalau takut dengan boneka orang-orangan Pak Tani pakai caping yang dilengkapi dengan suara radio. Pesawat radio transistor dihidupkan selama 24 jam secara nonstop di tegalan. Pamrihnya, kera tidak berani mendekat. Tanaman pangannya aman, tanpa harus ditunggui. Tapi sekarang tidak lagi aman, rupanya kera-kera itu belakangan paham meski ada suara, tapi tidak ada orang.
Kepala Pelaksana (Kalak) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri, Fuad Wahyu Pratama, menyatakan, serangan kawanan kera yang makin bertambah tersebut, karena tidak ada lagi keseimbangan alam. Di habitatnya, kera kesulitan menemukan makanan. Di sisi lain, populasinya terus berkembang, karena tidak ada lagi predatornya, setelah ular-ular ditangkapi oleh warga dan harimau serta macan pun juga punah.
Berkaitan itu, BPBD Kabupaten Wonogiri akan melakukan koordinasi dengan instansi yang memiliki wewenang. Dalam hal ini, dengan pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Yakni institusi Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada di bawah naungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia.
Pada bagian lain, petani dianjurkan menanam pohon buah-buahan di area hutan. Tujuannya, untuk menyediakan makanan bagi kera, agar tidak mengganggu tanaman palawija. Bersamaan itu, mengganti budidaya tanaman yang tidak disukai kera, seperti ganti menanam tembakau misalnya. Utamanya pada lahan yang berdekatan dengan kawasan hutan dan gunung.(Bambang Pur)