KOTA MUNGKID (SUARABARU.ID) – Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Magelang mengadakan pertemuan dengan pengurus Koordinator Olahraga Kecamatan (KOK), hari ini (Selasa, 10/12/24). Pertemuan tersebut malah jadi ajang keluh kesah KOK yang mendambakan bantuan dana.
Itu merupakan agenda pra-Musorkab KONI yang akan dilaksanakan pada 21 Desember mendatang.
Wakil Ketua KONI bidang Organisasi, Sanny Budi Tjahjono, mengawali pertemuan tersebut dengan memaparkan potensi di daerah setempat yang tergolong baik. Sebagai contoh, pada Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) 2023 lalu, Kabupaten Magelang berada di peringkat 18 Jateng. Ketika itu daerah setempat mengirimkan 125 atlet, 58 di antaranya mendapat medali emas.
“Itu baru main sekitar 27 persen, hasilnya cukup bagus. Apalagi kalau main 50 persen, hasilnya lebih bagus,” katanya.
Selebihnya dikatakan, kalau ke depan KOK bisa menyumbangkan atlet dari 21 kecamatan dan 372 desa yang ada, menurut Sanny, 10 besar di tangan.
Sumbang Atlet
Disebutkan, dua kali Porprov terakhir, dananya tergolong minim. “Hari ini kami mengundang KOK, karena besok tanggal 21 Desember ada Musorkab. Agendanya
menyampaikan
pertanggungjawaban keuangan tahun 2000-2004, menyusun
program kerja menengah dan pendek, serta memilih ketua KONI,” jelasnya.
Oleh karena itu dia minta masukan supaya KOK tidak hanya menjadi organisasi simbolis. Tetapi bisa menemukan atlet di wilayahnya masing-masing.
Ditambahkan, KONI setempat memiliki binaan 36 cabang olahraga (Cabor). Tetapi yang
punya hak suara di Musorkab hanya 24 cabor. Dalam memilih ketua, selain suara dari cabor, ditambah satu suara dari pengurus KONI, dan satu pengurus KONI Jateng.
Wakil Ketua bidang Pembinaan Prestasi, Subiyantara, dalam kesempatan yang sama mengajak bersama-sama menggali potensi di tiap kecamatan, sehingga yang belum tercover akan tercover. “Mari bersama-sama melakukan pembinaan, agar berjalan lancar.
Kami tidak bisa berjalan sendiri,” katanya.
Diakui, KONI belum memiliki tim pemandu bakat. Sedangkan KOK malah sudah berkoordinasi dengan cabor. Buktinya tahu peta yang ada di daerah masing-masing.
“Kami tidak anti kritik. Masukan njenengan akan berharga. Namun harus berjalan sejajar dengan anggaran. Yang penting harus ada komunikasi dengan baik,” pintanya.
Kesulitan Dana
Pada saat KOK diberi kesempatan, ternyata hampir seluruhnya mengeluhkan soal kebutuhan dana.
Budi Winarso (KOK Kecamatan Tegalrejo) terang-terangan mengatakan bahwa pembinaan di tingkat kecamatan kesulitan pendanaan. Padahal prestasi harus didukung pendanaan. “Kalau KONI bisa kerja sama dengan desa, sehingga bisa ada suplai dana dari desa, kegiatan bisa didukung,” harapnya.
Usulan seperti itu lantaran KOK tidak bisa menyalahi penggunaan anggaran. “Mengapa banyak atlet Kabupaten Magelang ikut Kota Magelang, Sleman dan lainnya. Padahal butuh atlet yang baik untuk daerah kita sendiri,” katanya.
Narpin dari KOK Tempuran juga menyatakan sulit menggerakkan atlet tingkat kecamatan untuk dapat berlaga. Harapan dia, ketua baru KONI betul-betul loyal dan mau kerja sama dengan KOK.
Edi Gunarto (Candimulyo) punya cerita lain. Gara-gara menggunakan dana desa, buntutnya berurusan dengan Inspektorat. Akhirnya desa tidak berani menyumbang dana.
“Atlet Tae Kwon Do dan Sepak Takraw pamit bergabung dengan Yogyakarta karena akan diberi
beasiswa dan disediakan tempat tinggal,” katanya.
Sementara itu menurut Gatot (Mungkid), ada beberapa yang
bisa ditempuh.Misalnya kalau ada perusahaan luar negeri di wilayah setempat, bisa disodori proposal.
Atau atlet minta dicarikan bapak asuh.
Eko Priyono