blank
KPU Kabupaten Wonogiri Pimpinan Ketua Satya Graha, saat menggelar rapat pleno rekapitulasi penghitungan suara Pilkada 2024, dengan melibatkan kehadiran para saksi Paslon dan Bawaslu Wonogiri.(SB/Bambang Pur)

WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Tidak pas bila membandingkan angka partsipasi masyarakat (Parmas) Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024, dengan Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres) Tahun 2024. apalagi dengan Pemilihan Bupati (Pilbup) Tahun 2020. Karena, momentumnya berlangsung dalam situasi dan kondisi serta korelasi yang berbeda.

Korelasi adalah keeratan antara variabel. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti korelasi adalah hubungan timbal balik atau sebab akibat. Secara sempit, korelasi artinya suatu hubungan. Dalam suatu statistik, korelasi merupakan ukuran hubungan linier antara dua variabel.

Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Wonogiri, Satya Graha, menyatakan, bila angka Parmas-nya lebih besar saat Pilbup 2020, itu karena dipengaruhi situasinya bersamaan adanya dengan Pandemi Covid-19. Yang waktu itu, kaum boro (perantau) rama-ramai pada pulang kampung untuk menghindari Covid. ”Pas ada Pandemi Covid, para perantau ramai-ramai pada pulang ke kampung,” tegasnya.

Karena ramai-ramai pulang kampung, mereka yang telah memiliki hak pilih, ringan untuk nyoblos ke Tempat Pemungutan Suara (TPS). Berbeda dengan kondisi dan situasi Pilkada 2024. Meski telah dilakukan berbagai upaya, tapi ternyata mereka enggan pulang, bila hanya untuk kepentingan bolak-balik coblosan.

Itu dirasa membebani mereka dari aspek finansial,. Yakni merasa berat di beaya transport, dan bila harus mudik juga kehilangan waktu untuk mencari nafkah.

20 Persen

Sebagaimana diketahui, Wonogiri dikenal sebagai kabupaten asal kaum boro. Jumlah mereka mencapai sekitar 20 persen dari total penduduk Kabupaten Wonogiri yang mencapai sebanyak 1,07 juta jiwa. Kaum boro tersebut, merantau ke Jabodetabek maupun kota-kota besar di Tanah Air, dan sebagian ke luar negeri,

Agenda mereka ramai-ramai mudik, lazim dilakukan setahun sekali bersamaan datangnya Hari Raya Idul Fitri. Ada dugaan, mereka jenuh bila bolak-balik pulang hanya untuk coblosan. Sebab, di Tahun 2024, pemerintah menggelar dua kali pemilihan. Yakni pada Tanggal 14 Februari 2024 untuk Pileg dan Pilpres, serta Tanggal 27 Nopember 2024 coblosan Pilkada.

Ketika mereka enggan mudik, menjadikan jumlah Golongan Putih (Golput) atau pemilih yang tidak nyoblos menjadi membesar. Dampaknya, menjadikan angka Parmas menurun dan tidak dapat mencapai target. KPU Kabupaten Wonogiri, sebelumnya menargetkan mencapai di atas 71 persen.

Gejala menurunnya angka Parmas pada Pilkada serentak 27 Nopember 2024 lalu, ternyata terjadi secara nasional. Sebagaimana diberitakan (suarabaru.id, Jumat 6/12/24), angka Parmas rata-rata nasional di Tanah Air tidak sampai 70 persen.

Pada Pilkada 2024 di Kabupaten Wonogiri, angka Parmas untuk Pemilihan Bupati-Wakil Bupati mencapai 69,95 persen (589.239 pemilih). Kemudian untuk Pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur di Wonogiri, jumlahnya mencapai 69,98 persen (589.469 pemilih).(Bambang Pur)