SEMARANG (SUARABARU.ID) – Anak-anak harus menjadi penjaga kebudayaan Indonesia, salah satunya dengan melestarikan permainan tradisional. Jangan sampai permainan tradisional hilang dan tergantikan oleh gawai atau permainan modern lainnya.
Demikian dikatakan Deputi Menteri PPPA Bidang Tumbuh Kembang Anak, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), Lenny N Rosalin , saat membuka Festival Permainan Tradisional Anak Indonesia Tahun 2019, di area Car Free Day Jl. Pahlawan kemarin .
Lebih jauh dikatakan, hakikatnya anak mempunyai 31 hak yang harus dilindungi, dihargai, dan dipenuhi, dan salah satunya hak anak untuk memanfaatkan waktu luang yang diisi dengan kegiatan yang positif, inovatif, dan kreatif. Permainan tradisional memiliki banyak manfaat yang baik untuk perkembangan anak dari aspek fisik, psikologis, sosial.
Termasuk warisan budaya Indonesia yang perlu diperkenalkan kepada anak-anak agar memupuk kecintaan anak-anak pada Tanah Air Indonesia. Di dalamnya mengandung nilai luhur Pancasila, seperti rasa Ketuhanan, tenggang rasa, kerja sama, persatuan, musyawarah, dan keadilan sosial. Hal tersebut sangat penting mengingat nilai-nilai luhur Pancasila yang mulai pudar di kalangan anak-anak Indonesia, tambah Lenny.
Juga ditandaskan , permainan tradisional itu sederhana, namun besar sekali manfaatnya dalam mengembangkan intelektualitas, meningkatkan kreativitas anak, kecerdasan emosi anak, kemampuan motorik hingga kemampuan anak untuk bersosialisasi.
Dewasa ini, banyak anak yang kecanduan gawai, padahal di Indonesia ada lebih dari 2.600 permainan tradisional yang juga bisa mengasah kemampuan dan kreativitas anak ”Maka dari itu ayo sama-sama kita ajak anak-anak kita untuk bemain permainan tradisional,” demikian Lenny.
Akhirnya diharapkan kegiatan seperti pagi ini dapat dilakukan oleh seluruh pemerintah daerah di Indonesia. Agar Indonesia Layak Anak atau Idola dapat dicapai pada tahun 2030. Kegiatan Festival Permainan Tradisional Anak ini bertujuan agar anak-anak dapat lebih mengetahui jenis-jenis dan mengenali manfaat permainan tradisional.
“Harapan saya, khususnya kepada Pemerintah Kota Semarang agar bisa mulai mengajak anak dan orangtua untuk bersama melestarikan permainan tradisional untuk memanfaatkan waktu luangnya”.
”Ke depannya, mudah-mudah kebijakan-kebijakan seperti ini juga dapat dilakukan oleh seluruh pemerintah daerah bukan hanya di Kota Semarang saja tapi seluruh Indonesia. Agar Indonesia Layak Anak atau IDOLA dapat dicapai pada tahun 2030,” tutup Lenny.
Edu Aksi
Festival permainan tradisional merupakan rangkaian peringatan Hari Ibu (PHI) ke-91 Tahun 2019 yang puncaknya diselenggarakan di Kota Lama. “Festival ini merupakan bagian dari peringatan PHI, salah satunya adalah Edu Aksi ini,”kata Tsaniatus Solihah, Direktur yayasan Anantaka yang konsen terhadap permasalahan pendidikan anak.
EduAksi diselenggarakan berkat dukungan Pemerintah Daerah, lembaga masyarakat dan dunia usaha, serta melibatkan partisipasi Forum Anak Nasional, provinsi dan kota. Festival telah dilaksanakan sejak tahun 2016, kata Solihah.
Humaini/Sol