Line-up Timnas saat menghadapi Bahrain, Kamis (10/10/2024). Foto: dok/pssi

Oleh: Amir Machmud NS

// tak boleh patah hati/ sekecil apa pun/ masih ada celah sinar/ menuntun berjuang bersama/ dari laga ke laga…//
(Sajak “Pada Sisa Peluang”, 2024)

HASIL minimalis dari perjuangan maksimalis.

Skor akhir 2-2 dari Stadion Nasional Bahrain di Riffa melawan tuan rumah adalah realitas, yang pasti menyisakan sebongkah kekecewaan bagi Indonesia.

Kontroversi kepemimpinan wasit Ahmed Al Kaf dari Oman yang menyebabkan Bahrain menyamakan skor menjadi 2-2 dari ketertinggalan 1-2 menjadi kisah pahit dari laga Grup C babak ketiga Pra-Piala Dunia Zona Asia.

“Tambahan” tiga menit dari injury time enam menit, dalam penilaian pelatih Shin Tae-yong adalah hal memalukan, ditambah sejumlah kontroversi yang dibuat wasit. Gagallah Tim Merah-Putih pulang dengan angka penuh.

Seri 2-2 dengan Bahrain dalam pertandingan ketiga setelah hasil 1-1 melawan Arab Saudi dan 0-0 menghadapi Australia, mengakumulasikan tiga angka. Tiga tim lain di grup ini, yakni Jepang, Australia, Arab Saudi, dan Bahrain semua sudah memetik kemenangan.

Lalu, akankah kita punya peluang mengumpulkan hasil maksimal dari tujuh laga tersisa?

Partai melawan juru kunci grup, Cina di Qingdao, Shandong, 15 Oktober nanti menjadi momen penting, apakah anak-anak Indonesia masih mampu mengamankan perjalanan untuk menatap peluang dalam lanjutan grup ini.

Tak pelak, laga-laga ketika menjadi tuan rumah pada November, Maret dan Juni 2025 melawan Arab Saudi, Bahrain, Cina, dan Jepang harus betul-betul dioptimalkan. Melawan Australia di Jakarta kita memetik hasil 0-0, artinya jika masih ingin merawat peluang lolos langsung sebagai runner up grup, anak-anak Garuda harus menyapu bersih keempat laga kandang.

Tidak Mudah
Melihat sepak terjang Jepang, logikanya itu akan menjadi laga terberat, baik di kandang mereka maupun sebagai tuan rumah, walaupun tidak ada yang tidak mungkin dalam sepak bola.

Tim Samurai Biru menghancurkan Cina 7-0, Bahrain 5-0, dan Arab Saudi 2-0. Angka-angka telak itu menggambarkan soliditas tim arahan Hajime Moriyasu sebagai tim terkuat di grup ini.

Reputasi mereka sebagai langganan Piala Dunia, sebanyak tujuh kali, peringkat FIFA 16 sebagai yang tertinggi di Asia, dan tim bertabur pemain yang bermain di liga-liga Eropa telah ditunjukkan dengan sementara menyapu sembilan poin dari tiga pertandingan.

Tentu Rizky Ridho dkk tidak boleh silau terhadap fakta itu. Fokus untuk mengambil angka penuh di Qingdao dan memaksimalkan partai-partai di kandang sendiri harus menjadi tekad bersama.

Pada sisi lain, peluang lolos dari posisi sebagai urutan ketiga atau keempat grup masih terbuka, karena untuk Piala Dunia 2026, Zona Asia terjatah 8,5 wakil.

Babak ketiga Asia terbagi dalam tiga grup. Indonesia yang tergabung dalam Grup C sedikitnya masih menaruh asa meraih peringkat ketiga atau keempat grup. Nantinya, kedua tim akan bertarung melawan urutan ketiga dan keempat dari Grup A dan Grup B. Enam tim digabung dalam dua grup.  Juaranya akan menjadi tim ketujuh dan kedelapan yang menyertai enam tim lain lolos langsung ke Meksiko, Amerika Serikat, dan Kanada.

Babak itu juga belum menutup peluang, karena runner up dari dua grup putaran keempat masih punya kesempatan berduel secara tandang dan kandang. Pemenangnya akan bertemu dengan wakil Afrika atau Amerika Utara untuk melengkapi tiket terakhir ke Piala Dunia 2026.

Dengan mengasumsikan Jepang akan menjuarai Grup C, maka persaingan Arab Saudi, Bahrain, Indonesia, dan Cina menjadi penentu siapa yang akan lolos langsung sebagai runner up grup. Dari komposisi ini, tentu Maarten Paes dkk masih punya peluang. Apalagi, walaupun dengan hasil minimalis, Tim Garuda belum pernah kalah dari tiga laga.

Cukup Solid
Melawan tuan rumah Bahrain di Riffah 10 Oktober lalu, pasukan coach STY menampilkan permainan yang cukup solid, meskipun ujungnya betul-betul dirugikan oleh kontroversi wasit Al Kaf.

Memang, aliran bola dalam alur permainan Indonesia yang didirigeni oleh Thom Haye masih berimbang dengan performa Bahrain; namun dengan beberapa adaptasi dari debut pemain diaspora kita dan Malik Rizaldi yang dimainkan sebagai starter, ada harapan melawan Cina nanti kita bisa lebih solid lagi.

Artinya, Indonesia tak boleh patah hati. Sekecil apa pun, masih ada peluang. Dan, merekalah yang harus tetap menyalakan cahaya itu…

Amir Machmud NS; wartawan suarabaru.id dan Ketua PWI Provinsi Jawa Tengah