Muhammad Arsyadur Rosyad, siswa kelas VIII SMPN 3 Wedung, di Dukuh Tambak Gojoyo, Desa Wedung, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, bersama teman-temannya menanam Bakau atau Mangrovem di pesisir desa setempat, Jumat 26 Juli 2024.. (Foto: Diaz Azminatu Abidin)

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Layinatuz Zahra siswi kelas IX SMPN 3 Wedung, Dukuh Tambak Gojoyo, Desa Wedung, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, bersemangat menyelesaikan gambar ekosistem Bakau atau Mangrove, di bangku sekolahnya, Jumat 26 Juli 2024, pagi. Hari itu tepat pada peringatan Hari Mangrove Sedunia.

“Ini gambar Mangrove, ada Kepiting (gambarnya),” kata Zahra, yang sedang menyelesaikan gambar ekosistem Mangrove.

Di kelas sebelah Selatan, Muhammad Arsyadur Rosyad, siswa kelas VIII juga melakukan hal yang sama, menggambar ekosistem Mangrove. Dalam bahasa lokal setempat, dia menyebutnya dengan Petete, (dibaca seperti membaca buah Pete).

Layinatuz Zahra siswi kelas IX SMPN 3 Wedung, Demak, menyelesaikan gambar ekosistem Mangrove, Jumat 26 Julli 2024. (Foto: Diaz Azminatul Abidin)

Tanaman Mangrove yang digambar Arsyad itu lengkap dengan gambar Kepiting, Burung Bangau, dan potret perairan yang menggambarkan kondisi pesisir di kampung tempat tinggal dia. Langit biru melengkapi hasil akhir gambaran ekosistem Mangrove, di kertas gambar sosok yang menggemari Sepak Bola itu

“Mangrove itu (bisa) menyuplai oksigen, dan mencegah banjir (abrasi),” kata dia menjelaskan manfaat Mangrove yang dia gambar.

Ya, dua gambar siswa tersebut merupakan bagian dari apa yang dilakukan lebih dari 50 pelajar lain dari kelas VII hingga IX, SMPN 3 Wedung, di Dusun Tambak Gojoyo, Desa Wedung, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

Kegiatan menggambar ekosistem Mangrove itu jadi bagian dalam kegiatan ‘Penanaman Mangrove dalam rangka peringatan Hari Mangrove Sedunia 2024, bertema ‘Hijaukan Mangrove Tingkatkan Kesejahteraan’.

Kegiatan ini diinisiasi oleh kerja sama lintas pihak, mulai dari SMPN 3 Wedung, Forum Bintoro di bawah binaan Wetlands Internasional Indonesia, Yayasan Rekam Jejak Alam Nusantara, warga Dusun Tambak Gojoyo, Penyuluh Kehutanan Cabang Dinas Kehutanan Wilayah II Pati Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Jawa Tengah, serta Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jawa Tengah.

Hasil gambar ekosistem Mangrove yang ditempel di mading di mana sudah dibuat siswa/siswi SMPN 3 Wedung, Kabupaten Demak, Jumat 26 Juli 2024. (Foto: Diaz Azminatul Abidin)

Kepala Sekolah SMPN 3 Wedung Demak,  Masnan, menjelaskan, sekolah punya tanggung jawab mulai sejak dini mengenalkan ke siswa tentang fungsi Mangrove untuk kehidupan, dan kelestarian lingkungan.

“Kita memberikan pemahaman, ilmu, melalui kegiatan nyata seperti di P5. Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka,” kata dia.

P5 untuk siswa SMPN 3 Wedung, yakni pengenalan ekosistem Mangrove sesuai kondisi di lingkungan tempat tinggal mereka, mulai dengan pemahaman, pembibitan, menanam.

“Setelah menanam, bergerak ke arah ekonomi. Bisa jadi kuliner, seperti sirup buah pedada (salah satu buah dari jenis Mangrove). Intinya menanamkan anak mengenalkan Mangrove sejak dini, seberapa besar manfaatnya,” kata dia.

Para pelajar SMPN 3 Wedung, Demak, praktik langsung menanam Mangrove di kawasan pesisir wilayah tempat tinggal mereka, Dukuh Tambak Gojoyo, Desa Wedung, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, Jumat 26 Juli 2024. (Foto: Diaz Azminatul Abidin)

Tanam Mangrove

Setelah waktu Sholat Jumat, lebih dari 50 pelajar itu serta pihak lain menggunakan 3 perahu mesin menyusuri sungai menuju pesisir. Selain diajarkan tentang manfaat Mangrove di ruang kelas, mereka diajak untuk turun langsung menanam dan merawatnya.

“Kurang lebih 1.000 Mangrove yang ditanam hari ini,” ujar Maskur, Ketua Forum Bintoro, salah satu sosok yang menginisiasi restorasi Mangrove di wilayah setempat.

Keprihatinan akan ancaman kelestarian ekosistem di pesisir membuatnya harus bergerak dimulai dari 2012. Saat itu dia berkenalan dengan seorang penyuluh kehutanan, dan memantapkan tekad untuk merestorasi kawasan Mangrove di daerah tempat tinggalnya itu.

Dia bercerita, sang bapak merupakan seorang petambak di wilayah setempat. Dia ingat betul masa kecilnya melihat hasil tambak ayahnya dengan hasil Ikan Bandeng yang bagus.

Pekerjaan warga setempat bermacam-macam, namun mayoritas petambak, dan nelayan tangkap. Adapula buruh tambak sekaligus nelayan tangkap, dan lain-lain.

“Seiring waktu hasilnya menurun. Mangrove banyak ditebang karena ketidaktahuan warga saat itu. Jadi saya prihatin dan mencoba mulai merestorasinya. Sekarang sudah ada hasilnya pelan-pelan menghijau, tangkapan ikan juga membaik jumlahnya dibanding dahulu,” kata dia.

Pun, dengan tambak-tambak lain di wilayahnya juga makin gersang dengan penebangan Mangrove, karena dianggap untuk perluasan tambak warga. Mereka, kata Maskur, tidak tahu kalau penebangan Mangrove makin masif justru menurunkan hasil perikanan budi daya.

Ekosistem Mangrove yang rusak, membuat siklus rantai makanan juga bermasalah. Ikan-ikan kecil dan udang-udang, hingga kepiting, tidak punya sumber makanan di ekosistem Mangrove yang seharusnya ada. Akibatnya, Ikan Bandeng budidaya juga tak punya alternatif sumber makanan dari alam.

Lebih dari satu dekade berlalu, dia terus mengajak masyarakat setempat untuk menanam Mangrove. Perlahan, Maskur, memberikan edukasi ke masyarakat. Hal itu lantaran, ekosistem Mangrove yang akan direstorasi berada di lahan tambak milik masyarakat.

“Yang kami tanam di sisi SMPN 3 Wedung itu sekitar 10 tahun lalu, sekarang sudah rimbun. Tadi di tepi jalan masuk Desa dan tepian sungai sudah lebat kan. Memang kami pelan-pelan mengedukasi warga, bahkan mulai dari anak-anak sekolah untuk peduli akan manfaat Mangrove,” katanya.

Ekosistem Mangrove yang terus direstorasi di Desanya, terus diedukasikan kepada masyarakat bila hal itu bisa mencegah abrasi, hingga meningkatkan jumlah tangkapan ikan. Baik ikan perikanan tangkap seperti Udang, dan Kepiting, atau perikanan budi daya seperti Ikan Bandeng.

Diakuinya, masyarakat kini mulai sadar. Dia bertekad untuk terus merestorasi Mangrove di Desanya serta desa-desa lain yang terdampak abrasi parah. Setidaknya Maskur, memimpin Forum Bintoro yang telah ada di 10 titik di sepanjang garis pantai pesisir dari Barat ke Timur. Misalnya wilayah yang terdampak abrasi paling parah di Kecamatan Sayung.

Para pelajar perempuan SMPN 3 Wedung, Demak, praktik langsung menanam Mangrove di kawasan pesisir wilayah tempat tinggal mereka, Dukuh Tambak Gojoyo, Desa Wedung, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, Jumat 26 Juli 2024. (Foto: Diaz Azminatul Abidin)

Abrasi Pesisir Pantura Jawa

Benovita Dwi Saraswati, Pengelola Ekosistem Laut dan Pesisir Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jawa Tengah, menyebutkan, data abrasi di Provinsi Jawa Tengah mencapai 8.905,52 hektar. Angka ini dinukil dari data Badan Informasi Geospasial (BIG) periode 2013-2021.

Rinciannya di garis Pantai Utara (Pantura) termasuk Kepulauan Karimunjawa mencapai 8.276,40 hektar. Sementara di Pantai Selatan (Pansela) pada angka 629,12 hektar.

Ada tiga kabupaten/kota yang menjadi wilayah terparah hantaman abrasi. Di antaranya Kabupaten Brebes 2.387,34 hektar, Kabupaten Demak 2.119,67, dan Kota Semarang 2.060.22 hektar.

Meski demikian, Benovita, mengungkapkan, bila sedimentasi dari proses akresi di wilayah pesisir Jawa Tengah sebetulnya terus berjalan secara alami. Dia menyebutkan, luasan akresi bisa mencapai 3.911,65 hektar. Di Pantura dengan luasan 2.972,63 hektar, dan Pansela 939,02 hektar.

“Proses akresi merupakan proses alami. Akan tetapi ada faktor-faktor yang menghambat proses akresi dari sungai-sungai ke pesisir itu. Di antaranya adanya bangunan-bangunan yang menjorok ke laut, itu salah satu yang menghambat,” kata dia.

Lebih jauh, panjang garis pantai di Jawa Tengah sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) No 26.4 Tahun 2021 Tentang Penetapan Peta Dasar Edisi 1999-2020, mencapai 1.127,85 kilometer.

Garis pantai di Pantura memiliki panjang 784,35 kilometer, kemudian di Pansela dengan 343,50 kilometer. Angka ini bisa potensial dimanfaatkan untuk restorasi Mangrove dengan pelibatan masyarakat.

Para pelajar laki-laki SMPN 3 Wedung, Demak, praktik langsung menanam Mangrove di kawasan pesisir wilayah tempat tinggal mereka, Dukuh Tambak Gojoyo, Desa Wedung, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, Jumat 26 Juli 2024. (Foto: Diaz Azminatul Abidin)

Maksimalkan Restorasi Mangrove di Lahan Rakyat

Lilik Harnadi, Kepala Bidang Kelautan, Pesisir, dan Pulau Pulau Kecil, (DKP) Jawa Tengah bilang, abrasi di Pantai Utara (Pantura) Jawa sudah dalam kondisi berat. Parahnya kondisi abrasi terjadi paling parah seperti di Pekalongan, dan Demak, hingga menjorok beberapa kilometer. Ada yang 2 kilometer, bahkan 5 kilometer.

“Saat kondisi parah ini, masyarakat di pesisir baru sadar betapa pentingnya ekosistem Mangrove,” ujarnya.

Salah satu pemicu kerusakan ekosistem Mangrove di pesisir Pantura Jawa, karena pembukaan lahan dengan mengacu orientasi ekonomi saja. Hal tersebut dilakukan tanpa mempertimbangkan keseimbangan ekosistem Mangrove.

“Memang yang paling baik perlindungan untuk pesisir itu ya dengan restorasi Mangrove,” kata dia.

Pihaknya bersama lintas sektor berupaya mengedukasi, menumbuhkan rasa cinta terhadap keberadaan Mangrove untuk masyarakat pesisir khususnya.

Adapun dalam penanaman Mangrove, kata dia, tidak bisa sembarangan asal tanam. Perlu diketahui mana tempat yang cocok untuk ditanami Mangrove, sehingga jangan sampai ketika sudah ditanam ada penebangan, atau mati sia-sia.

Paling efektif memperbesar luasan ekosistem Mangrove yakni dengan menambah penanaman di lahan milik masyarakat. Untuk target jangka pendek, potensi hidup lebih tinggi dibandingkan penanaman di tepi pantai yang sering dihantam gelombang.

Meski demikian perlu adanya edukasi ke masyarakat. Mulai dari penjelasan, menanam Mangrove di lahan tambak mereka bukan untuk mengurangi luasan lahan, akan tetapi meningkatkan hasil budidaya ikan. Tentu suplai oksigen semakin banyak, dan rantai makanan di ekosistem Mangrove semakin melimpah.

“Misalnya juga lokasi penanaman harus diketahui di tanah milik siapa. Kalau milik petambak harus ada edukasi dan perjanjian. Atau kalau ditanam di bantaran sungai jangan sampai nanti sudah besar ada pelebaran sungai lantas ditebang,” ujar Lilik.

Lebih dari itu, dia berkata, dari banyak kajian Mangrove memberi banyak manfaat untuk kehidupan masyarakat pesisir khususnya. Mulai dari menjadi habitat biota pesisir tangkapan nelayan seperti udang dan kepiting, menyerap karbon, menghasilkan oksigen, menjernihkan air, hingga dimanfaatkan untuk kuliner dan kerajinan batik.

Nelayan kecil mengangkat jaring Kepiting, di muara Sungai, di bawah ekosistem Mangrove, di Dukuh Tambak Gojoyo, Desa Wedung, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, Jumat 26 Juli 2024. (Foto: Diaz Azminatul Abidin)

Restorasi Mangrove untuk Peningkatan Ekspor Perikanan

Oktavianto Prasetyo Darmono, Koordinator Program Jateng Rekam Jejak Alam Nusantara menyebutkan bila luasan lahan Mangrove di Jawa Tengah sekira 15.000 hektar. Terbesar yakni sekitar 9.000 hektar di Cilacap, di mana pusatnya di Segara anakan dengan luasan 7.000-8.000 hektar.

“Sisanya di Pantura, itu secara keseluruhan sekitar 5.000 hektar,” kata dia.

Pentingnya restorasi Mangrove, kata dia akan mampu juga menyelamatkan satwa-satwa laut yang terancam punah seperti Ikan Pari Kikir, dan Pari Kekeh dengan habitat di pesisir. Hal ini sekaligus menambah potensi tangkapan nelayan, juga budidaya ikan oleh petambak di ekosistem Mangrove.

“Ikan ini habitatnya mencari makan di Mangrove, di sepanjang Pantura Jawa itu juga habitatnya. Kalau Habitat yang masih bagus, habitat kecil-kecil seperti di Kalimantan,” kata dia.

Keberadaan ekosistem Mangrove di Jawa Tengah khususnya di Pantura, kata dia, tak sebanding dengan eksploitasi penangkapan ikan yang dilakukan saat ini. Seperti do Kabupaten Pemalang, Tegal, dan Batang.

Okta bilang, karakter laut di Pantura Jawa mirip di Arafura, Papua. Di mana banyak sungai besar yang mengalir ke hilir,  karakter laut bawahnya lumpur berpasir.

“Untuk perikanan dasar potensinya luar biasa. Ada Ikan Kerapu, Kakap, dan lainnya. Akan tetapi faktanya di Laut Jawa sudah over eksploitasi. Mau jumlah kapal bertambah, produksinya akan tetap segitu-gitu saja atau berkurang,” ujarnya.

Lantas seperti apa yang ideal untuk menunjang hasil tangkap ikan? Okta menjelaskan, karakter pesisir Pantura Jawa khususnya Jawa Tengah, harus dikembalikan ekosistem Mangrove seperti sedia kala.

Seperti diketahui, kabarnya, pada era 1990-an disebut-sebut menjadi masa yang kelam bagi ekosistem Mangrove di Pantura Jawa. Saat itu terjadi pembukaan besar-besaran lahan tambak untuk budidaya Udang Windu. Hal itu membuat banyak ekosistem Mangrove di tanah-tanah pesisir yang ditebang massal. Seperti di Pesisir Sayung, Demak.

“Idealnya seperti apa (menaikkan hasil perikanan tangkap)?  Ya ikan yang punya hubungan dengan ekosistem Mangrove. Ya ikan dasar. Paling ekonomis ada Rajungan, Kepiting Bakau, Pari Kikir, Pari Kekeh,” katanya.

Okta mencontohkan, Ikan Pari punya nilai ekspor yang baik pada siripnya. Kalau sudah terpotong harganya Rp8 ribu  per kilogram, atau saat rendah Rp 4 ribu per kilogram fluktuatif.  Kalau ikannya lengkap masih ada siripnya Rp20 ribu per kilogram.

“Sirip ikan salah satu nilai yang paling ekonomis. Nilainya belasan juta sampai dihidangkan di meja makan di China misalnya,” kata dia.

Potensi yang paling cepat didapat nelayan tangkap di wilayah ekosistem Mangrove yang sehat, tentulah satwa yang hidup di air payau dan asin di pesisir. Misalnya Kepiting, Udang, dan Ikan Belanak.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Jawa Tengah Fendiawan Tiskiantoro, menambahkan, pada sektor perikanan budidaya di pesisir, tentu juga banyak. Di antaranya, Ikan Bandeng, Udang Vaname, hingga yang sedang hits yakni Ikan Nila Salin.

Menurut nelayan di Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, nelayan acapkali memasang perangkap Kepiting, di sekitar pohon-pohon bakau. Sehari kalau sedang bagus tangkapannya, bisa mendapat tiga kilogram dengan ukuran yang beragam. Belum lagi tangkapan udang yang lumayan membaik.

“Budi daya Ikan Nila Salina da di Kabupaten Pati itu cukup besar. Kemudian yang terbaru itu di Kabupaten Pemalang. Seperti yang di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat yang dilihat Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu,” kata dia.

Potret aktivitas di kampung nelayan di muara Sungai, di Dukuh Tambak Gojoyo, Desa Wedung, Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, Jumat 26 Juli 2024. (Foto: Diaz Azminatul Abidin)

Nilai Ekspor Perikanan Jawa Tengah Positif

Nilai ekspor hasil perikanan dari Jawa Tengah terus naik dalam dua tahun terakhir sejak 2021, setelah sebelumnya sempat lesu pada 2020 dan 2021.

Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, hasil ekspor perikanan sempat meroket pada 2019 dengan capaian 67.100,49 ton. Dari angka tersebut, faktanya harus menyusut pada 2020 sebanyak 57.226,40 ton, kemudian pada 2021 pada angka 52.580,80 ton.

Fendiawan Tiskiantoro menjelaskan, setelah 2021, grafik ekspor perikanan membaik dengan peningkatan yang konsisten.

Secara rinci, pada 2022 angka ekspor perikanan di Jawa Tengah mencapai 63.445,70 ton. Nilainya juga semakin naik pada 2023 sebanyak 68.711,66 ton, bahkan melebihi capaian pada 2019.

“Komoditas yang masih favorit, ada cumi-cumi, daging rajungan, manyung, rajungan, surimi, tongkol, tuna, dan udang vaname,” kata dia.

Sebanyak delapan komoditas favorit ekspor dari Jawa Tengah tersebut menyumbang angka 26.649,36 ton dengan nilai lebih dari Rp2 triliun (Rp2.442.661.953.212).

Kepala Bidang Tangkap DKP Jawa Tengah, Kurniawan Priyo mengungkapkan, secara keseluruhan produksi perikanan di provinsi tersebut mencapai 396.084,32 ton pada 2023.

“Rinciannya hasil tangkap laut 368.057,62 ton, dan PUD (Perairan Umum Daratan) sebanyak 28.026,7 ton. Nilai rupiah dari angka itu sebesar Rp7,6 triliun (Rp7.675.442.466.338),” ujarnya merincikan.

Adapun capaian pada semester I 2024 dengan data pembaruan per 8 Juli 2024, capaian produksi mencapai 206.086,89 ton. Nilai ekspor terbaru itu bila dirupiahkan potensinya mencapai Rp1,03 triliun (Rp1.036.362.553.706).

Diaz Azminatul Abidin

situs toto

  • situs toto
  • situs toto
  • situs toto
  • situs toto
  • situs toto
  • situs toto
  • situs toto
  • situs toto
  • barbartoto
  • barbartoto
  • situs toto