Sekretaris Daerah Jawa Tengah, Sumarno di sela pembukaan Jateng Agro Innovation Expo 2024 di Agro Center Soropadan, Temanggung, Rabu 21 Agustus 2024. (Foto: Pemprov Jateng)

TEMANGGUNG (SUARABARU.ID) – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) melalui Sekretaris Daerah Jawa Tengah, Sumarno berharap petani milenial agar terus berinovasi, untuk meningkatkan produktivitas pertanian.

“Alhamdulillah anak muda yang terjun ke sektor pertanian makin banyak. Banyak yang sudah mereka lakukan patut mendapat apresiasi,” kata Sumarno di sela pembukaan Jateng Agro Innovation Expo 2024 di Agro Center Soropadan, Temanggung, Rabu 21 Agustus 2024.

Berdasarkan data Sensus Pertanian 2023, Jateng memiliki 625.810 petani milenial. Sekitar 7,21% di antaranya telah memanfaatkan teknologi digital dalam kegiatan pertanian mereka.

Pemprov Jateng, menyebut kabupaten/kota dengan jumlah petani milenial umur 19-39 tahun terbanyak adalah di Kabupaten Grobogan, sebanyak 54.175 orang atau sekitar 8,66 persen.

Pada urutan kedua dan ketiga adalah Banjarnegara dan Cilacap masing-masing sebanyak 37.613 orang (6,01%) dan 36.036 orang (5.76%).

Lebih jauh, penyelenggaraan Jateng Agro Innovation Expo 2024 ini merupakan kolaborasi antara petani milenial dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng.

Pameran ini merupakan yang terbesar di Jawa Tengah, yang diikuti sebanyak 270 stan dan display inovasi

Sumarno mengatakan, berbagai inovasi telah diciptakan dan diaplikasikan para petani milenial.

Menurut dia, hal ini membuktikan bahwa sektor pertanian memberikan peluang pekerjaan bagi kalangan muda untuk berkarya.

“Atas inovasi-inovasi mereka, produktivitas pertanian juga mengalami peningkatan,” ujar dia.

Pihaknya berharap, inovasi dari petani milenial tersebut ditularkan ke teman-temannya. Musababnya, teknologi inovasi sangat penting di era digitalisasi.

Dia juga mencontohkan, sistem green house mampu memicu peningkatan produktivitas signifikan dibanding sistem konvensional. Contoh lainnya, pola tanam benih langsung (Tabela) pada tanaman bawang merah juga bisa dilakukan.

“Memang butuh waktu lebih lama karena harus penyemaian dan sebagainya. Tetapi biaya produksi tabela lebih efisien dibanding sistem konvensional,” katanya.

Ketua Forum Komunikasi Purnawidya Badan Pelatihan Pertanian (Bapeltan) Jateng, Hendi Nur Seto mengatakan, petani milenial di Jateng telah melakukan berbagai upaya demi meningkatkan produktivitas pertanian.

Sejumlah upaya yang dilakukan adalah penerapan teknologi smart farming atau pertanian pintar. Yaitu konsep manajemen bercocok tanam yang mengandalkan teknologi canggih seperti internet, big data, dan sebagainya. Upaya lainnya adalah inovasi True Seed of Shallot (TSS).

“TSS ini menggunakan biji dari bunga bawang merah. Kalau secara waktu memang lebih lama, tetapi lebih murah. Misal satu hektar butuh Rp5 juta untuk tanam umbi tetapi dengan TSS bisa Rp3 juta,” katanya.

Selain itu, petani milenial juga telah menerapkan berbagai teknologi inovasi di beberapa komoditas pertanian. Seperti melon green house di Jateng dan DIY, teknologi benih cabai, benih tomat, dan mentimun yang diterapkan di Kabupaten Wonosobo, Temanggung, dan Kebumen.

Diaz Abidin