blank
Budi Prihantini saat sampaikan pendapatnya tentang R.A.Kartini dalam diskusi

Oleh: Budi Prihartini

Sekitar 80 orang aktivis perempuan, mahasiswa,  pengusaha di Jepara, serta guru dan guru penggerak dari berbagai tingkat satuan pendidikan  berkumpul di gedung Shima Setda  Jepara,  Minggu, 11 Mei 2024, termasuk penulis. Kami mengikuti  forum diskusi “Membedah Gagasan dan Visi Ekonomi Kreatif R.A. Kartini”.

Kami tertairik, sebab RA Kartini dalam diskusi ini dilihat dari perspektif yang agak berbeda.  Bukan melihat peran besarnya dalam gerakan feminisme seperti yang lazim dilakukan,  atau memetik spirit R.A.Kartini sebagai inspirasi gerakan literasi

Kegiatan dibuka oleh Pj Bupati Jepara yang diwakili oleh Muh Tahsin selaku Staf Ahli Bupati. Sedangkan moderator adalah Kadis Kominfo  Arif Darmawan. Sementara dua pemateri pada kegiatan tersebut adalah Indria Mustika, M.Pd dan Drs Hadi Priyanto,MM.

Pembicara pertama memaparkan  Sapta Keutamaan Keteladanan R.A Kartini yaitu jujur dan berakhlak mulia, emansipatif, nasionalisme, kritis, kreatif, optimis, bersahaja. Namun ia lebih fokus pada pembahasan aspek  kreativitas yang menjadi kekuatan RA Kartini.

Sementara, Had Priyanto, MM membahas tentang Gagasan dan Visi Ekonomi Kreatif R.A. Kartini. Namun penulis buku Kartini Penyulut Api Nasionalisme Indonesia ini mengawali dengan sebuah pertanyaan poemantik, “Siapakah R.A. Kartini menurut Anda ?” . Nampaknya ada banyak peserta  yang mengacungkan tangannya.

Namun penulis yang duduk paling depan dekat dengan pemateri memperoleh kesempatan pertama. Menurut penulis R.A Kartini adalah inspirasi keteladan, ungkapan/kalimatnya tak lekang oleh zaman. Kartini mengajarkan bagaimana menjadi seorang perempuan, istri dan ibu. Sebagai madrasah pertama bagi anak-anak ajaran Kartini sarat karakter.

Karena itu menurut penulis R.A Kartini adalalah guru/ibu dari para ibu di Indonesia.  Semua kondisinya dituangkan dalam tulisan-tulisan. Karena tulisan-tulisan beliaulah, R.A Kartini terasa masih hidup hingga sekarang dan dikenal dunia. Hal ini mengingatkan sebuah ungkapan “Jika kamu ingin mengenal dunia maka membacalah, namun jika kamu ingin dunia mengenalmu maka menulislah”.

Menurut penulis, materi-materi pada forum diskusi ini mampu menjadi pemantik semangat peserta  untuk memperkuat  semangat nasionalisme. Caranya  melalui pengenalan lebih dekat salah satu pahlawan kemerdekaan Indonesia yang lebih banyak dipahami “hanya” sebagai pahlawan emansipasi perempuan dari Jepara, R.A. Kartini

Padahal dari surat-surat dan  dua buah nota yang ditulis oleh RA Kartini untuk pemerintah Belanda dan untuk Gubernur Jenderal Hindia Belanda, menurut Hadi Priyanto terlihat jelas peran besar R.A. Kartini mulai perintis kebangkitan nasional, perintis konsep pendidikan Indonesia hingga peran besarnya dalam pengembangan ekonomi kreatif. Bahkan disebut R.A. Kartini adalah perempuan eksportir pertama Indonesia.

Karena sangat luasnya gagasan R.A. Kartini, menurut penulis museum bisa menjadi salah satu pintu edukasi para pelajar untuk mengenal sejarah dan gagasannya,  Tentu dengan cara-cara yang kreatif agar anak-anak tertarik.

Penulispun mengandai-andai, bisa nonton bareng di museum RA Kartini Jepara film “Trinil”. Atau film Wanita yang Terpilih.   Meskipun tokoh dan pemainnya dari pelajar Jepara tentu akan menarik jika kemudian dilanjutkan dengan diskusi. Apalagi jika yang dilihat adalah  film Kartini  yang dibintangi Dian Sastro Wardoyo.

Pemikiran ini penulis dapat sebagai pengalaman masa kecil bersama guru dan teman-teman saat nonton bareng film “Bunga Bangsa”. Juga saat penulis mengikuti program kursus pendek di Belanda, dimana museum menjadi ruang ruang publik sebagai sumber belajar.

Bagi penulis sepenggal  saja gagasan R.A Kartini yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, setidaknya dapat lebih memotivasi diri menjaga  nasionalisme. Juga sebagai ikhtiar untuk terus berusaha  memperbaiki setiap laku agar menjadi pribadi yang lebih baik dalam hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan dengan sesama dan lingkungan.

Penulis adalah Guru SDN 4 Bucu dan Guru Penggerak di Kabupaten Jepara