WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Kamis Tanggal 22 Februari 2024 hari ini, diperingati sebagai Hari Pandu Sedunia yang Ke-164. Ini erat dengan tanggal kelahiran Tokoh Pandu Internasional, yakni Robert Stephenson Smyth Baden Powell of Giwel (Baden Powel), yang pernah mendapatkan julukan Impeesa (Serigala yang tak pernah tidur).
Baden Powel merupakan tokoh dunia di balik berdirinya organisasi Kepanduan Dunia atau World Scout Day. Hingga kini, Organisasi Kepanduan tersebut, berkembang dan tersebar di seluruh penjuru dunia. Termasuk di Indonesia, dengan nama Gerakan Praja Muda Karana (Pramuka), yang berdiri Tahun 1961 atau selang 16 tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Tahun 1961 pendidikan ke-Pramukaan di Tanah Air belum semaju sekarang. Belum masuk ke dalam ekstrakurikuler pembelajaran siswa. Waktu itu, baru diajarkan secara sukarela oleh institusi Pendidikan Masyarakat (Penmas).
Wartawan Bambang Pur, semasa duduk di bangku SD (klas IV-Kelas VI), telah menjadi aktivis Pramuka Siaga lintas sekolah. Rajin mengikuti pendidikan Pramuka yang diberikan oleh Pamong Penmas Wonogiri Pak Ton (Hartono). Pelatihan diberikan setiap Hari Minggu, bertempat di Balai Muslimin (dulu menyatu dengan Masjid Agung Taqwa Wonogiri).
Karena itu, sejarah Baden Powel sebagai Bapak Pandu Dunia, masih ada yang mengendap di memory otaknya. Apalagi, sejarah ketokohan Baden Powel, kemudian pada Tahun 2017 dituliskan pada Buku Lengkap Pramuka Khusus Siaga & Penggalang oleh Astutiningrum.
Baden Powell lahir di London, Inggris, pada Tanggal 22 Februari 1857. Ketika berusia 3 tahun, ayahnya yang merupakan seorang profesor Geometri di Universitas Oxford, meninggal. Di bawah asuhan ibunya, Baden Powell dididik hidup mandiri.
Pada Tahun 1870, Baden Powell dimasukkan ke sekolah Charterhouse School oleh ibunya, dan mendapatkan beasiswa. Ketika menginjak usia 19 tahun, Powell masuk ke Pendidikan Akademi Militer dan lulus dengan menyandang Pangkat Pembantu Letnan.
Serigala
Tahun 1876, Baden Powell ditugaskan ke India, sebelum kemudian penugasannya berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain. Di antaranya ke Afrika Selatan. Di Afrika Selatan, Powell mendapat julukan khusus dari suku-suku primitif Afrika sebagai Impeesa (serigala yang tidak pernah tidur), karena keberaniannya selama bertualang.
Pada Tahun 1908, Powell menerbitkan buku Scouting for Boys yang disusun sebagai materi kepanduan. Tahun 1922, menerbitkan lagi buku Rovering to Success yang berisikan petunjuk bagi para Pandu Penegak.
Pada Jambore Dunia Pertama Tanggal 6 Agustus 1920, Baden Powell, diangkat menjadi Bapak Pandu Sedunia atau Chief Scoth of The World. Tahun 1929 mendapat gelar Lord dari Raja George. Namanya ditulis dalam Buku 100 Tokoh Super Genius Penemu Perintis Dunia, oleh Iswara N Raditya.
Untuk menghabiskan masa tuanya, Baden Powell, kembali ke Afrika dan menetap di Kenya, sampai akhir hayatnya. Bapak Pandu Dunia yang dikaruniai umur 84 tahun ini, tutup usia pada Tanggal 8 Januari 1941 dan jenazahnya dimakamkan di Pemakaman Santo (St) Peter di Kenya.
Jasanya mendirikan Kepanduan Dunia sangat besar. Ia berhasil mencetak pandu-pandu, hingga akhirnya bermunculan di berbagai negara. Untuk mengenang tokoh Pandu Dunia ini, Tanggal 22 Februari ditetapkan sebagai Hari Pandu Sedunia.
Salah satu kalimat bijak yang pernah diucapkan Baden Powel dan terkenal mendunia adalah: The most worth while things is to tray to put happiness, into the lives of others (Hal paling berharga adalah mencoba memberikan kebahagiaan, ke dalam kehidupan orang lain).
Bambang Pur