SURAKARTA – Menurut perhitungan musim versi Pranata Mangsa, terhitung mulai tanggal 10 November sampai dengan 22 Desember 2019 mendatang, memasuki orbit mangsa kanem (musim keenam dalam hitungan Jawa). Selama kurun waktu 43 hari tersebut, dalam paham Kejawen, disebut memiliki candra (sebutan) rasa mulya kasucian. Artinya, mendapatkan rasa bahagia dari perbuatan baik yang dilandasi hati suci.
Pranata mangsa dapat juga disebut sebagai horoskop Jawa. Mangsa kanem, disebutkan menjadi pertanda datangnya musim hujan. Kaum tani merasa senang hati, karena tiba waktunya untuk memulai menggarap sawah mempersiapkan tanam benih padi atau palawija. Bersamaan itu, juga datang musim panen buah-buahan.
Demikian diungkapkan Budayawan Jawa Kanjeng Rades Arya (KRA) Drs Pranoto Adiningrat MM. Abdi Dalem Keraton Surakarta Hadiningrat ini, menyatakan, Mangsa Kanem dalam naungan Dewa Betara Guru, raja dari segala Dewa. Sebagai budayawan Jawa penerima anugerah Bintang Budaya, Pranoto, menyebutkan, hal penting yang harus diwaspadai selama orbit mangsa kanem adalah hujan deras yang disertai angin kencang. Itu dapat memunculkan bencana puting beliung, lesus, cleret tahun, topan, atau jenis bencana angin pusar dengan sebutan yang lain.
Terlepas dari horoskop versi Jawa sebagaimana diuraikan dalam pranata mangsa tersebut, prakiraan cuaca yang sama juga dikeluarkan oleh Badan Metereologi Klimatologi Geofisika (BMKG). Disebutkan, saat ini berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang sampai lebat, dapat disertai petir dan kadang didahului angin kencang.
Menurut data cuaca yang dikeluarkan oleh Staisun BMKG Ahmad Yani Semarang, potensi hujan sore hari dapat terjadi di Pekalongan Selatan, Batang, Pemalang, perbatasan Kendal-Semarang, Karanganyar, Temanggung Utara dan sekitarnya. Juga dapat meluas ke Kabupaten Banjarnegara bagian utara, Surakarta, Sukoharjo utara, Wonogiri utara dan sekitarnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri, Bambang Haryanto, menyerukan kepada masyarakat tentang perlunya peningkatan kewaspadaan. ”Utamanya di awal musim penghujan sekarang ini. Yang biasanya disertai dengan turunnya hujan dengan intensitas deras disertai angin kencang, yang berpotensi dapat menimbulkan bencana puting beliung,” tegas Bambang Haryanto.
Seperti diberitakan, bencana puting beliung yang muncul bersamaan dengan turunnya hujan deras, telah menerjang Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri. Ini menjadi bencana puting beliung susulan, karena sebelumnya juga menerjang wilayah Kecamatan Jatisrono dan Sidoharjo. Menyebabkan ratusan pohon tumbang, puluhan rumah warga rusak. Juga merusak rumah ibadah umat aliran kepercayaan Sapto Darmo di Kecamatan Jatisorono, Wonogiri, dan merusak gedung Taman-Kanak-kanak (TK) di Kecamatan Girimarto, Wonogiri.
suarabaru.id/Bambang Pur