GROBOGAN – Udara yang panas tidak menyurutkan langkah ribuan pelajar tingkat SD-SMP mendatangi Festival Literasi Sekolah 2019 yang dipusatkan di Alun-alun Purwodadi, Selasa (29/10). Meski datang dari berbagai wilayah di Kabupaten Grobogan, namun tidak menyurutkan semangat para pelajar ini untuk menjawab rasa ingin tahunya dari kegiatan tersebut.
Dalam kesempatan itu, puluhan siswa terpana melihat aksi Wisnu Wijayanto, guru SDN 2 Brabo, Tanggungharjo, yang mewakili Dinas Pendidikan Korwilcam Tanggungharjo. Di depan stan, Wisnu, sapaan akrabnya, mengajak para siswa melihat dari dekat bagaimana mendeteksi banjir hanya lewat sebuah kaleng bekas.
Kaleng Deteksi Banjir
“Anak-anak, ini kaleng yang bukan kaleng-kaleng. Kaleng ini adalah kaleng untuk mendeteksi banjir dan gempa. Dan botol ini, kalian bisa lihat. Ada satu botol yang diisi air. Kemudian, bagian atasnya dilubangi dan disambung dengan sedotan. Di sisi atas ditempelkan juga tutup botol yang sudah dipotong. Begitu juga yang dibawah. Tetapi kok tidak tumpah, ya. Mau tahu jawabannya, silakan masuk ke dalam stan. Kalian akan tahu banyak penjelasannya,” ujar Wisnu.
Wisnu mengatakan, karyanya ini merupakan rangkaian seri yang diinovasi menjadi alat pendeteksi banjir. “Rangkaian seri itu ‘kan ada saklarnya. Nah, saya pikir, bagaimana saklar itu dari air yang bisa mengantarkan listrik. Kemudian, saya membaca banyak sekali buku referensi. Apalagi, pelajaran tentang rangkaian listrik ini merupakan pelajaran kelas 5 dan 6. Setelah membaca dari beberapa sumber, kemudian saya praktekkan,” ujar Wisnu.
Wisnu melanjutkan, bahan-bahan yang ia pergunakan untuk membuat alat pendeteksi banjir ini, yang paling utama berasal dari baterai, yang dirangkaikan menjadi rangkaian seri dengan banyak bahan lainnya seperti, dinamo yang berasal dari mainan, kaleng roti bekas, botol air mineral bekas serta stereifoam.
Pihaknya menjelaskan, karya yang dibuatnya ini tidak lepas dari kegiatan literasi yang dilakukannya setiap hari. Beragam buku referensi dibacanya sebagai modal membuat karya yang sederhana, tetapi bermanfaat bagi banyak orang.
“Sudah lama saya terpikirkan untuk membuat ini. Setelah baca-baca buku referensi, kemudian saya membuatnya dan waktunya tidak sampai satu jam. Paling hanya setengah jam saja. Inilah literasi yang sebenarnya. Literasi tidak hanya sekadar membaca tulisan saja, tetapi dari membaca tulisan itu, dapat memperluas wawasan. Dari membaca ini, kita akan dapat ide-ide yang dapat membuat kita membuat suatu karya,” ujar Wisnu.
Gerakan Literasi Nasional
Kegiatan Pameran dan Festival Literasi Sekolah yang diadakan tahun ini merupakan kegiatan kali kedua. Hal tersebut dikatakan Kepala Dinas Pendidikan, Amin Hidayat. Dalam laporan kegiatan yang disampaikannya, Amin menjelaskan kegiatan ini diselenggarakan selama lima hari, mulai 28 Oktober-1 November 2019.
“Kegiatan ini diikuti jenjang SD sebanyak 19 stan dari 19 kecamatan dan jenjang SMP sebanyak 10 stan dan 5 stan untuk umum. Jadi ada 34 stan. Dan disini ada tujuh kegiatan dalam Festival Literasi, seperti pameran hasil karya, lomba karawitan, lomba membaca geguritan, menulis cerita rakyat, pentas seni siswa-siswi SD dan SMP, pentas karawitan guru serta pentas rebana dan keroncong guru,” ujar Amin.
Menanggapi banyaknya kreativitas para guru yang berasal dari literasi yang dilakukan, Amin Hidayat menjelaskan, Dinas Pendidikan sudah semestinya terdepan dalam implementasi Gerakan Literasi Nasional yang berupa Gerakan Literasi Sekolah.
“Percepatan GLS diperkuat dengan dorongan Bupati Grobogan, Sri Sumarni, berupa perintah langsung agar Dinas Pendidikan implementasi Gerakan Literasi. Diharapkan, ke depan semua OPD dan seluruh lapisan masyarakat bersama-sama mengimplelemtasikan gerakan literasi nasional ini sehingga Grobogan sebagai Kabupaten Literasi segera terwujud dan sebagai puncak implementasi GLS di sekolah, maka diadakan kegiatan Festival Literasi Sekolah setiap tahunnya,” ujar Amin Hidayat.
Amin juga menegaskan, suksesnya gerakan literasi dapat dilakukan dengan tiga tahapan. Yakni, pembiasaan, pengembangan dan pembelajaran. “Dengan festival literasi ini, semoga gaung literasi dapat menggema di hati sanubari masyarakat dan mempengaruhi pola pikir dan pola laku yang literat. Di samping itu, juga dapat membangkitkan semangat bagi pemangku kepentingan untuk menciptakan masyarakat yang memiliki budaya literasi,” pungkasnya.
suarabaru.id/Hana Eswe.