SURAKARTA (SUARABARU.ID) Majelis Agama Khonghucu Indonesia (MAKIN) Surakarta menggelar Sembahyang King Hoo Ping atau Sembahyang Rebutan yang dihadiri puluhan umat dan simpatisan Khonghucu lainnya.
Pelaksanaan sembahyang dan doa yang diakhiri pembakaran replika kapal King Hoo Ping, dipimpin Pendeta Ws Adjie Chandra serta berlangsung di Lithang Gerbang Kebajikan MAKIN Surakarta, Minggu (10/9).
Pantauan Suarabaru.id di Lithang Tempat Ibadah Agama Konghucu di jalan Drs Yap Tjwan Bing / Jagalan no. 15 Solo mengungkapkan, upacara sembahyangan berlangsung sekitar dua jam dimulai sekitar jam 11.00 WIB.
Diawali doa kepada Tuhan Yang Maha Esa dipimpin Pendeta Ws.Adjie Chandra pada altar yang tersedia. Selanjutnya sembahyangan bergeser ke altar umum dan altar vegetarian.
Acara berakhir dengan berlangsunnya pembakaran replika replika kapal (Bahtera) King Hoo Ping, di Lithang Gerbang Kebajikan Makin Surakarta.
Jit Gwe
Ketua Panitya sembahyang King Hoo Ping 2023 JS Novita Luisiana Dewi SE menyampaikan, menurut legenda pada Jit Gwee (bulan 7 Imlek) pintu akherat dibuka dan para arwah diberi kesempatan turun ke dunia menengok sanak keluarga.
Menyambut kehadiran mereka umat Khonghucu wajib melakukan sembahyang pengenangan pada 15 bulan Imlek (JitGwe Poa) di rumah masing masing. Sebelum para arwah kembali ke alamnya pada akhir Jit Gwe diadakan upacara King Hoo Ping.
Sembahyang ini, juga merupakan rekomendasi bagi arwah, atau setidaknya rasa simpati manusia kepada mereka yang sudah meninggal.
Upacara sembahyang King Hoo Ping merupakan bentuk pendidikan etika moral dan budi pekerti kepada umat Khonghucu khususnya para generasi muda agar selalu bersedia membantu orang lain.
Selain ada altar Tuhan Yang Maha Esa juga ad dua altar sembahyang lainnya. Yakni altar sembahyang umum dan altar vegetarian. Upacara diakhiri dengan membakar replika kapal King Hoo Ping.
Replika berukuran panjang 3,5 meter yang didalamnya berisi nama nama alrmarhum akan disempurnakan setelah sebelumnya didoakan para rohaniawan. Replika kapal merupakan lambang sarana transpotasi untuk mengantar agar para roh itu segera kembali ke tempatnya, karena bulan 7 Imlek akan segera berakhir.
“Sembahyang ini juga disebut sembahyang rebutan. Menurut legenda para arwah yang hadir untuk menikmati sesaji sangat banyak sehingga saling berebutan“, terangnya sembari menambahkan “Jangan melupakan leluhur, jangan lupa asal usul kita”
Sembahyang arwah
Sementara itu Pendeta Ws.Adjie Chandra mengatakan secara tradisi dalam setahun umat Konghucu menggelar tiga kali sembahyang arwah.
Pertama diselenggarakan menjelang tahun baru imlek. Kedua Sembahyang Cing Bing di bulan April diselenggarakan di kuburan. Bagi yang tidak memiliki leluhur yang dimakamkan di kuburan, maka sembahyang dilakukan dirumah masing masing. Ketiga, sembahyang arwah pada bulan 7 Imlek .
Bagus Adji