SALATIGA (SUARABARU.ID) – Pesona Kota Salatiga ternyata mampu membuat mahasiswa asing yang belajar di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) jatuh hati dan selalu ingin kembali ke kota yang terhampar di kaki Gunung Merbabu ini.
Mahasiswa asing tersebut adalah peserta Program Intensif Belajar Bahasa dan Budaya Indonesia (PIBBI) asal KEIO University Jepang. PIBBI KEIO yang merupakan program di bawah naungan Language Training Center (LTC) UKSW ini telah berjalan sejak tahun 2010.
Berlangsung selama 10 hari, rangkaian kegiatan PIBBI KEIO telah dimulai sejak hari Senin pekan lalu dan diikuti sebanyak 15 mahasiswa. Kali ini, peserta PIBBI KEIO diajak merasakan pengalaman berinteraksi dengan siswa-siswi kelas III dan kelas VI Sekolah Dasar (SD) Marsudirini 77, melalui kegiatan Culture Sharing, Senin (04/08/2023).
Koko Kuga, salah satu mahasiswa asal Jepang yang mengikuti program PIBBI Keio kali yang kedua mengaku kegiatan culture sharing ini merupakan kegiatan favoritnya. “Sangat senang, saya sangat suka dengan anak-anak,” ungkapnya.
Mahasiswa penyuka pisang goreng ini juga mengaku bahwa ia senang berkunjung ke Salatiga. “Salatiga adalah kota yang sangat indah dengan makanan yang enak dan orang-orang yang ramah. Ini membuat saya ingin terus datang ke Salatiga” imbuhnya.
Sementara itu, Koumi Kakita dan Yuta Yoshino tampil berbeda dengan memakai Yukata yang dipakainya. Berbekal origami, para mahasiswa ini antusias mengajarkan melipat origami kepada siswa-siswi. Selain itu, mereka juga mengajarkan bahasa Jepang, nyanyian dan juga tarian.
Dua siswa kelas VI SD Marsudirini 77, Maria Christabel Disha Freda Amora dan Gabriel Alendra Amadeus mengatakan bahwa kegiatan culture sharing sangat seru dan menyenangkan. “Senang bisa diajari sama kakak dari Jepang, orangnya baik dan ramah. Bahasa Jepang mudah,” ujar Alendra yang fasih memperkenalkan dirinya dalam bahasa Jepang ini.
Tujuan sederhana
Ditemui usai kegiatan, Kepala Sub Bagian LTC R.P.N. Dian Widi Sasanti, S.Pd., menuturkan bahwa kegiatan PIBBI KEIO menekankan interaksi sosial dan pertukaran budaya dengan civitas academica UKSW maupun masyarakat di Salatiga.
Mahasiswa Jepang belajar bahasa Indonesia melalui pertukaran budaya seperti menari, belajar gamelan, membatik, pergi ke pasar, membuat makanan khas Indonesia dan sebagainya.
“Mereka tinggal di homestay, sehingga mahasiswa ini bisa mempelajari budaya Indonesia secara langsung seperti bagaimana orang Indonesia menyajikan makanan, dan lainnya,” imbuhnya.
Sementara itu, kegiatan culture sharing kepada siswa-siswi SD ini pertama kali dilakukan kembali setelah pandemi covid-19. Dalam kegiatan ini, mahasiswa akan mendapatkan pengalaman berbicara dengan anak kecil dalam bahasa Indonesia, di mana tantangannya lebih besar.
“Dari kegiatan ini, siswa-siswi juga mempunyai pengalaman berkesan belajar bahasa Jepang secara langsung,” terangnya.
Sementara itu, Visiting Associate Profesor Keio University Petrus Ari Santoso, MA., mengatakan bahwa antusias mahasiswa Jepang untuk belajar bahasa Indonesia sangat besar.
Di Keio University, dalam semester baru yang dibuka April lalu terdapat sebanyak 160 mahasiswa mengambil mata kuliah bahasa Indonesia.
Ditambahkannya, meskipun beberapa mahasiswa mengikuti PIBBI KEIO dengan tujuan sederhana seperti ingin memiliki teman dari Indonesia, untuk mencapai itu sangatlah kompleks.
“Tujuan mereka mungkin sederhana, namun untuk meraihnya mereka harus belajar banyak hal seperti belajar bahasa dan budayanya,” imbuh pengajar bahasa Indonesia ini.
Di sisi lain, Kepala Sekolah SD Marsudirini 77 Fx. Ernastyono, S.Pd., mengucapkan rasa terima kasih atas kepercayaan PIBBI KEIO yang memberikan pengalaman baru bagi siswa-siswinya.
“Kami sangat berterima kasih atas kepercayaannya, siswa-siswi kami dapat belajar budaya Jepang,” pungkasnya.
wied