toleransi
Romo Vikep Kedu. Romo Antonius Dodit Haryono Pr,Pengasuh Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, KH M Yusuf Chudlori dan Ketua DPRD Kota Magelang, Budi Prayitno ( urut dari kiri, red) saat menjadi nara sumber pada acara sarasehan “Membangun Jembatan Persaudaraan di Tengah Keberagaman” yang digelar Forum Masyarakat Katolik Indonesia Kota Magelang. Foto: W. Cahyono

MAGELANG (SUARABARU.ID)-Semua agama di muka bumi ini mengajarkan untuk saling mengasihi antarumat dan antar sesama.  Sebagai umat beragama juga diperintahkan untuk menerbarkan kasih sayang dan harus dipelihara dalam kehidupan sehari-hari.

“Negara kita bukan negara agama, bukan berlandaskan agama tertentu. Tetapi, spirit nilai-nilai keagamaan  akan terus mewarnai Bangsa Indonesia,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, KH Yusuf Chudlori pada acara sarasehan “Membangun Jembatan Persaudaraan di Tengah Keberagaman” yang digelar  Forum Masyarakat Katolik Indonesia  Kota Magelang, Minggu ( 13/8/2023).

Gus Yusuf mengatakan, dalam ajaran agama Islam mengenal ajaran Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam) dan Ukhuwah Wathoniyah (persaudaraan sesama anak bangsa).

Menurutnya, kedua ukhuwah tersebut menjadi semangat Indonesia Merdeka yang merupakan perjuangan para pendiri bangsa Indonesia, yang berasal dari berbagai macam suku, agama, ras.

“Para pendiri bangsa  yang berasal dari berbagai macam suku, agama dan ras tersebut mempunyai cita-cita mulia yakni kemerdekaan,”kata Gus Yusuf.

Romo Vikaris episcopal (Vikep) Kedu, Romo Antonius Dodit Haryono Pr  mengatakan, meskipun bangsa Indonesia telah merdeka 78 tahun, namun bentuk-bentuk intoleransi masih banyak terjadi.

Ia menyebutkan, berdasarkan survey yang dilakukan LIPI di tahun 2019, bentuk-bentuk intoleransi terbanyak yakni penyebaran berita bohong. Kemudian, disusul dengan radikalisme dan penyebaran ujaran kebencian.

Romo Dodit menambahkan, berdasarkan survey dari SETARA Institute di tahun 2022, Kota Singkawan menduduki peringkat pertama. Disusul, Kota Salatiga, Bekasi dan Surakarta.

“Sementara Kota Magelang yang sebelumnya di tahun 2021 tahun berada di peringkat ke enam kota toleran di Indonesia,  turun menjadi peringkat 10 nasional tahun 2022,”katanya.

Ketua DPRD Kota Magelang, Budi Prayitno mengatakan, kerukunan antarumat beragama dan kemajemukan bangsa Indonesia, diakui  sebagai “kiblat” toleransi dan kerukunan beragama di dunia.

“Sebenarnya toleransi beragama di Indonesia itu, menjadi tolok ukur di dunia. Bagaiama tokoh-tokoh bangsa Indonesia dengan beragam suku bangsa, agama  bisa menyatukan Indonesia ini  dalam  satu kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia,”kata Budi.

Sementara itu, salah satu tokoh masyarakat Kota Magelang, Joko Budiyono mengatakan, sebaiknya di dalam tatanan bermasyarakat yang dibutuhkan adalah jembatan persatuan, dan pemerintah mempunyai kwajiban untuk membangun jembatan persatuan tersebut.

“Seperti tema pada acara ini membangun jembatan persaudaran di tengah keberagaman. Saya kira pemerintah punya kewajiban untuk membangun jembatan persatuan  itu,” kata Joko Budiyono yang juga mantan Sekda Kota Magelang.

Menurutnya, dari  suatu perbedaan akan lahir sebuah semangat persatuan. Untuk mewujudkannya, diperlukan pola pikir masyarakat bisa saling menghargai dan bersikap toleransi.

“Toleransi itu ada karena masyarakat yang beda-beda ini saling menghargai. Toleransi itu timbul karena masyarakat yang beragam, tapi dari perbedaan itulah kemudian dipersatukan,” tandasnya. W. Cahyono