SEMARANG – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah akan menggelar Kongres Sampah pada Sabtu-Minggu (12-13/10/2019) di Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang. Kongres sampah yang digagas Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan pertama kali di Indonesia itu menjadi komitmen Pemprov Jateng untuk mengendalikan sampah yang sudah masuk kategori darurat.
“Kami ingin mencari solusi dalam penanganan sampah. Baik dari sisi hulu sampai hilir, semua persoalan harus dikaji dan ditemukan solusinya,” kata Putut Yulianto, Panitia Kongres Sampah, Minggu (6/10/2019).
Selain itu, Kongres Sampah juga diharapkan menghasilkan peta dan praktek yang baik bagi pengelolaan sampah, meningkatkan SDM terkait pengelolaan sampah serta aktivasi bank sampah. Ada tiga rangkaian agenda dalam Kongres Sampah. Pra kongres meliputi diskusi-diskusi dengan pakar, pelaksanaan event dan pasca event.
Kongres Sampah melibatkan sedikitnya 1.500 orang dari seluruh provinsi di Indonesia. Terdiri dari aktivis sampah, pemerintah dari daerah sampai pusat hingga para akademisi dan akan jadi agenda tahunan dan menghasilkan perkembangan pengelolaan sampah yang signifikan.
“Problem sampah adalah problem menurunnya solidaritas sosial. Pengetahuan dan nilai-nilai budaya perlu ditanamkan untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah. Makanya semua pihak kita gandeng,” ujarnya.
Pakar lingkungan Universitas Diponegoro, Prof Syafruddin menjelaskan, Jawa Tengah sudah masuk kategori darurat sampah. Pada 2016 saja produksi sampah mencapai 5,7 juta ton. Jumlah tersebut naik 335.070 ton dibanding 2015 yang sebesar 5,3 juta ton.
Per hari, sampah di seluruh Jateng ini total mencapai 15.671 ton. Itupun data pada 2016. Jika dibayangkan perkembangan yang luar biasa selama dua tiga tahun ini. Diperlukan treatment khusus untuk menanggulangi itu yang harus dilakukan semua kalangan, terutama pemerintah dan masyarakat. Selain harus ada pembagian tugas, kesadaran utama yang mesti dilakukan adalah membentuk gerakan pengurangan dan pengolahan sampah.
“Yang lebih urgent, soal keberanian pemerintah menegakkan peraturan. Sekarang ini keberanian pemerintah masih kurang, tidak pernah memberanikan diri mengkampanyekan aturan sampah,” katanya.
Namun demikian, Syafruddin merasa bisa sedikit bernafas lega karena jumlah sampah di Jawa Tengah tidak terlalu besar jika dibanding Jawa Timur terlebih Jawa Barat. Jika di Jawa Tengah perhari sampahnya 15 ribu, di Jatim total sampahnya mencapai 19 ribu ton perhari. Bahkan Jawa Barat sebanyak 27 ton perhari.
Para pegiat sampah pun mengapresiasi langkah Ganjar yang menggelar kongres sampah sebagai upaya penanggulangan sampah di Jawa Tengah. Namun mereka berharap, kongres tersebut dapat menghasilkan langkah kongkret dalam upaya pengurangan sampah di masyarakat.
“Minimal, kongres sampah nanti dapat menghasilkan kebijakan dalam rangka merubah perilaku masyarakat tentang sampah. Tidak perlu bicara jauh-jauh dahulu, karena problem sampah sebenarnya ada pada perilaku masyarakat,” kata Pegiat Bank Sampah Alam Pesona Lestari Semarang, Sri Ismiyati. (suarabaru.id)