Oleh: Dahono Prasetyo
DI sela gebyar acara Bulan Bung Karno di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) Sabtu lalu (24/6/2023), di sela undangan ketua umum partai koalisi pemerintah, Andika Perkasa muncul dengan nuansa pakaian warna merah. Ia diundang secara pribadi oleh Ketua Umum PDIP Megawati untuk hadir.
Ada apakah dengan mantan Panglima TNI paling moncer karier dan track record-nya tersebut? Kenapa tiba-tiba muncul diperhelatan akbar peringatan Bulan Bung Karno di GBK?
Andika sedang dipersilahkan “tes ombak” di depan ketua umum partai, di hadapan Jokowi dan Ganjar. Gestur politik membacanya dengan bahasa simbolis, tidak harus bicara cukup hadir di moment krusial. Artinya Andika ditempatkan sejajar dengan mereka.
Apakah Andika calon cawapres Ganjar? Tidak ada yang mustahil bahkan justru lebih realistis. 10 tahun militer absen dalam jabatan di Istana tentu bukan sekedar persoalan berbagi kesempatan. Tetapi memasangkan Ganjar dengan sosok yang tidak punya celah untuk dihujat ibarat sebuah keseimbangan.
Pilpres, kampanye, rivalitas dengan segala dinamika saling menjatuhkan lawan, butuh alasan kuat untuk memprovokasi calon pemilih.
Ganjar sudah pasti harus siap dengan resiko itu. PDIP mencari figur wakil presiden yang fokus melindungi presidennya karena dia tidak punya celah untuk diserang.
Belajar dari 2014-2019 di masa Jokowi-JK. Saat Presiden harus lebih banyak “melindungi” wapresnya yang justru bikin ribet. Juga 2019-2024 ini saat Jokowi seolah tanpa Wapres.
Andika jadi sintesa dari partisipasi TNI dalam bernegara. Menghadapi antitesis Prabowo yang bertahun-tahun gagal menjadi representasi TNI dalam pucuk pimpinan negara.
Catatan faktanya, semenjak diberhentikan dari militer tahun 1998, pada 21 Tahun kemudian di 2019 baru merasakan dilantik. Diberi jabatan menjadi Menteri Pertahanan.
Andika dan Prabowo pasti bukan untuk dibanding-bandingke, keduanya berbeda dimensi politiknya. Namun sebagai sosok yang yang lahir dari institusi TNI, Andika Perkasa lebih bisa dibanggakan daripada Prabowo.
Prabowo dan TNI menjadi sebuah fenomena sejarah. Dengan rekam jejak buruk namun masih dielu-elukan menjadi pemimpin, itulah bukti kekuatan besar berada di belakangnya.
Ya.. kekuatan proxy.
Penulis adalah Penggiat Medsos asal Kota Semarang dan sekarang tinggal di Ibukota Jakarta.