KUDUS (SUARABARU.ID) – Gelaran Milklife Soccer Challenge 2023 yang digelar di Super Soccerr Arena Kudus menarik perhatian khusus dari pelatih Timo Scheunemann (Coach Timo). Pelatih berlisensi UEFA A ini datang langsung untuk memantau bakat cilik sepak bola putri yang bertanding di turnamen ini, Kamis (15/6).
Pelatih yang pernah menukangi Timnas sepak bola putri Indonesia di ajang Sea Games 2029 ini mengatakan perkembangan sepak bola puteri sangat jauh tertinggal dari sepak bola putra. Di kelompok putra, jumlah sekolah sepak bola (SSB) sudah mencapai ribuan sehingga memudahkan anak-anak menyalurkan bakatnya.
Hal berbeda terjadi di sepak bola puteri yang mana antusiasme masih belum terlihat. Sehingga pembinaan harus dilakukan dengan menyiapkan pondasi berupa penyediaan bibit-bibit atlet terdahulu.
“Jadi, ajang Milklife Soccer Challenge ini cukup istimewa karena akan mendorong antusiasme masyarakat pada sepak bola putri,”kata pelatih asal Jerman yang cukup fasih berbahasa Indonesia ini
BACA JUGA: 61 Tim Sepak Bola Putri SD di Kudus Ikuti Ajang “Milklife Soccer Challenge 2023”
Karena itu ia menyambut positif program Milklife dan Djarum Foundation yang tidak langsung berpikir membentuk SSB, tetapi membangun fondasinya lebih dulu dengan menggandeng sekolah dasar.
“Dari program challenge seperti ini pelatih dan anak-anak bisa terus memperbaiki kemampuannya. Setiap anak yang belum bisa menjadi sedikit bisa, kemudian menjadi bisa dan lebih bisa lagi,” katanya.
Ajang ini ibarat sebuah program trial and error untuk mengetahui apa yang bisa jalan dan tidak jalan. Dari situ nantinya anak-anak bisa memperbaiki kekurangannya di klub sekolahnya masing-masing.
Coach Timo melihat program yang dibuat Djarum Foundation tepat sekali. Terlebih sarana latihan berupa stadion dibangun bukan setengah-setangah.
“Bagusnya tidak langsung mikir timnas atau akademi, tetapi membenahi fondasinya,” katanya.
Jika nanti semakin banyak atlet cilik sepak bola putri, maka dengan sendirinya akan tumbuh SSB di daerah-daerah.
“Tantangan sepak bola putri saat ini memang itu, SSB belum banyak. berbeda dengan sepak bola putra banyak pilihan SSB,” katanya.
Dengan memperkuat fondasi menggandeng sekolah dasar, ia berharap nanti muncul talenta-talenta berbakat. Mereka nantinya akan membutuhkan SSB untuk mengembangkan kemampuannya.
“SSB pun akan bermunculan. Baru lah kemudian memikirkan kompetisinya. Kalau itu terjadi perkembangan akan luar biasa. Berikutnya baru memikirkan akademi. Tapi itu nanti. MilkLife dan Djarum Foundation milih dari bawah fondasinya. Sehingga jika nanti ada SSB sudah ada bahannya,” ujarnya.
Timo melihat pembinaan atlet usia dini melalui SSB seharusnya juga menjadi kewajiban tim profesional. Ia pernah mengusulkan agar setiap tim profesional juga memiliki akademi, tim junior baik putra dan putri.
“SSB didanai oleh tim profesional itu. Jadi nanti Tim profesional mencari pemain juga dari hasil didikan di SSB maupun akademinya,” katanya.
Coach Timo berharap anak-anak yang turun di ajang ini terus dibina agar bakatnya terasah.
“Akan ada hasilnya jika dimulai dengan benar. Prestasi sepak bola butuh program jangka panjang, tidak bisa dengan jangka pendek. Tidak bisa juga campur dengan politik yang inginnya bisa mendapat hasil dalam jangka pendek instan, tidak bisa seperti itu,” katanya.
Ali Bustomi