JEPARA (SUARABARU.ID) – Petani sering kali dirugikan karena distribusi pupuk bersubsidi tidak dapat tersedia saat mereka membutuhkan. Padahal pemupukan tanaman harus dilakukan sesuai dengan usia tanam, tepat waktu. Jika terlambat pemupukan maka dapat dipastikan, tingkat produktifitas tanaman akan menurun.
Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Ketua DPRD Jepara Junarso menanggapi masih saja adanya keluhan petani terkait dengan distribusi pupuk bersubsidi yang sering kali terlambat. “Karena ini saya minta untuk dilakukan evaluasi serta pemantauan secara detail,” ujar Junarso.
Harusnya menurut Junarso, pupuk bersubsidi ini harus selalu siap kapan saja dibutuhkan oleh petani, saat musim penghujan dan bulan Mei saat menanam kedua “Sebab jika ada keterlambatan pemupukan hasil tanam dipastikan tidak lagi maksimal,” ungkap Junarso.
Menurut Junarso, eveluasi harus dilakukan mulai tingkat distributor, kios pupuk lengkap, kelompok tani hingga tingkat petani. “Ini harus dilakukan secara rutin, bukan saja saat ada kelangkaan pupuk,” tegasnya.
Junarso juga mensinyalir, ada pupuk bersubsidi yang diperjual belikan secara bebas dengan harga yang mahal. “Masalahnya ada petani penyewa yang terdaftar sebagai penerima pupuk bersubsidi pada saat pengusulan. Sedangkan saat kuota pupuk datang, mereka tidak lagi menyewa. Nah mereka tetap mendapatkan kuota pupuk bersubsidi dan kemudian diperjual belikan dari harga Rp. 125 ribu menjadi Rp. 225 ribu,” ungkap Junarso. Harusnya pemerintah terus hadir hingga mengetahui persoalan yang dihadapi petani.
Sementara Nuriharjo seorang tokoh petani dari Bondo pesimis bahwa produktivitas pertanian dapat ditingkatkan. “ Sebab terjadi degradasi tingkat kesuburan tanah, saluran pengairan banyak yang rusak dan juga sumber mata air yang semakin langka. Belum lagi harga pupuk dan obat yang maha. Sedangkan harga gabah tidak stabil. Kalaupun ada klenaikan harga beras, itu yang menikmati bujkan petani tetapi tengkulak,” ujarnya
Ia juga khawatir 15 tahun yang akan datang sektor pertanian akan suram. Sebab petani muda tidak ada lagi. “ Merewka tidak tertarik masuk di sektor pertanian karena dinilai tidak mensejahterakan,” unsur petani yang juga pensiunan guru ini. Harusnya pemerintah terus hadir hingga mengetahui persoalan yang dihadapi petani.
Hadepe