PACITAN (SUARABARU.ID) – Kejuaraan olahraga cabang panahan tradisional se Jawa-Bali, digelar di objek wisata Pancer Door Kabupaten Pacitan, Jatim. Event yang diikuti ratusan penjemparing (pemanah tradisional) ini, dikemas sebagai ajang Gladen Ageng Jemparing Notopuro Pacitan 2022.
Prokopim Pemkab Pacitan, mengabarkan, lomba panahan tradisional ini, merupakan kegiatan perdana yang digelar oleh JMG Ciptaning Pacitan bekerjasama dengan Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda Dan Olahraga.
Event ini digelar Minggu (20/11). Para atlet panahan tradisional datang dari 41 Paguyuban Jemparing asal Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah serta DI Yogyakarta.
Ketua Paguyuban Jemparing Pacitan JMG Ciptaning, Hernawan Eka Budisetyo, mengatakan, kegiatan ini untuk merakit (menjalin) silaturahmi para penjemparing di Tanah Air.
Sesuai dengan namanya jemparing atau panahan tradisional, para peserta wajib menggunakan alat dan pakaian tradisional. Panah serta busur dari kayu dan bambu, serta busana khas asal daerah masing masing. Sistem yang digunakan dalam gladen ageng ini adalah Gagrak Mataraman.
Sasaran Bandul
Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji yang hadir menyaksikan Gladen Ageng Jemparingan Notopuro 2022 sangat antusias. Orang nomor satu di Pacitan itu juga ikut mencoba memanah. Meski tergolong pemula, namun anak panah Mas Aji (panggilan akrab Bupati Pacitan) melesat sempurna mendekati sasaran.
Kalau dada, kata Bupati, kena dada sebelah kiri. Artinya, anak panah yang dilepaskan dari busur Bupati, hanya meleset sedikit di sebelah kiri target.
Berbeda dengan panahan modern, jemparing menggunakan sasaran “bandul”. Sebuah sasaran berbentuk bulatan dengan panjang 30 cm dengan diameter 3 cm. Dalam berlomba, para pemanah tradisional duduk bersila dalam posisi miring sesuai arah yang menjadi sasarannya.
Pertandingan menggunakan aturan sesuai peraturan Jemparing Bandul Nusantara, sebagai induk olahraga jemparing nasional. Kejuaraan diambil juara titis 1, titis 2 dan titis 3 setiap juara kategori.
Jemparingan sendiri merupakan olahraga memanah tradisional yang bermula dari tradisi era Kerajaan Mataram. Saat itu, untuk mengisi jeda peperangan atau latihan, para prajurit melakukan panahan yang lama-lama berkembang menjadi perlombaan.
Bambang Pur