KUDUS (SUARABARU.ID) – Julukan kota santri memang layak disematkan kepada Kota Kudus. Di Kabupaten dengan luas wilayah terkecil di Jawa Tengah ini, berdiri ratusan hingga ribuan pondok pesantren dengan para santri yang berasal dari seluruh penjuru tanah air.
Salah satu pondok pesantren yang cukup ternama adalah Ponpes Al Hidayah. Berada di Desa Getasrabi, Kecamatan Gebog, Pondok Pesantren Al Hidayah berdiri megah. Meski lokasinya relatif di daerah pinggiran perbatasan Kudus-Jepara, namun siapa sangka di pesantren ini ada 3000 lebih santri yang menuntut ilmu.
Ya, Ponpes Al Hidayah merupakan salah satu pesantren Nadhlatul Ulama yang cukup besar di Kabupaten Kudus. Tak hanya bisa mengenyam kurikulum pondok pesantren, di Ponpes ini para santri juga bisa mendapatkan pengajaran pendidikan formal dari tingkat dasar hingga tingkat menengah.
“Jadi di Pondok ini, para santri bisa sekaligus mendapatkan pendidikan formal mulai dari MI, MTS, MA dan SMK,”kata KH Zainuddin Rusydan, pengasuh Ponpes Al Hidayah saat mengawali perbincangan.
Zainuddin kemudian menuturkan, di jenjang MTs dan MA Al Hidayah terdapat program unggulan yakni Tahfidzul Quran. Program ini merupakan program khusus bagi santri yang duduk di bangku MTs dan MA untuk mendidik dan mengantarkan para santri mengkhatamkan Al Quran 30 juz, sembari mereka tetap bisa mendapatkan pendidikan ilmu-ilmu syar’i dan pendidikan umum.
Untuk program tahfidz ini, sesuai kurikulum yang ditetapkan madrasah, santri akan menghafal dalam enam tahun, dengan asumsi setiap tahun santri hafal 5 juz. Sehingga saat lulus dari jenjang Madrasah Aliyah, para santri sudah khatam 30 juz serta memiliki kompetensi sebagai Hafidz dan Hafidzah.
Program Tahfidz ini juga dibimbing oleh ustad/murabbi yang memiliki sanad hafalan Alquran bersambung hingga KH Arwani, ulama Al Quran ternama yang dimiliki Kudus. Setiap murabbi akan membimbing maksimal 10 santri untuk bisa menambah dan melancarkan hafalannya sampai khatam 30 juz.
“Semua pengajar atau murabbi untuk program tahfidz ini merupakan hafidz dan hafidzah yang sanad hafalannya bersambung hingga KH Arwani,”ujar Zainuddin.
Kealiman Arwani dalam ilmu Al Quran dapat dilihat dari kitab yang ia tulis berjudul Faidl al-Barakat fi Sabil Al-Qiraat, sebuah kitab yang akhirnya menjadi pegangan pokok bagi mereka yang mempelajari Qira’ah Sab’ah (bacaan Al Quran menurut 7 Imam).
Zainuddin menambahkan, Sanad Tahfidz Al Quran merupakan sebuah landasan atau sandaran bahwa tahfidz tersebut sesuai dengan sumbernya. Dalam hal Al Quran berarti menyambung kepada Rasulullah SAW yang berarti sesuai dengan tata cara dan tuntunannya.
Sanad Tahfidz Al Quran di era modern seperti sekarang sangatlah penting. Karena begitu menjamurnya pendidikan tahfidz Al Quran namun lebih mementingkan kecepatan dari pada kualitas hafalan itu sendiri.
Hadirnya sanad akan membedakan antara yang sebatas menghafal dengan hafalan yang mutqin, atau benar-benar hafal.
“Sampai saat ini, Ponpes Al Hidayah sudah meluluskan tiga angkatan santri program Tahfidzul Quran yang benar-benar memiliki kompetensi,”tandasnya.
Bekal Ilmu Umum
Selain program Tahfidzul Quran, Ponpes Al Hidayah juga menerapkan kurikulum Kemenag yang juga dikombinasi dengan kajiab kitab salaf, peminatan ekstra kurikuler.
Pendidikan formal tetap diberikan karena Ponpes Al Hidayah ingin agar santri yang lulus tetap bisa mengejar cita-citanya dan menggeluti profesi apapun yang diinginkan seperti dokter, polisi, hakim , maupun profesi lain.
Maka tak heran jika Ponpes Al Hidayah juga memiliki SMK yang memiliki dua jurusan yakni Tata Busana dan Teknik Komputer Jaringan. “Jurusan keterampilan yang kami berikan untuk membekali santri saat terjun ke masyarakat nanti. Jadi setelah lulus, santri bisa tetap ,”tandasnya.
Tak hanya sekedar formalitas, namun kompetensi dari pendidikan kejuruan yang diberikan juga cukup diakui. Seperti jurusan Tata Busana, beberapa perusahaan garmen besar di Kudus tak segan bekerja sama dengan pondok pesantren untuk bisa menampung para santri bisa menjadi desainer untuk pabrik mereka.
Pesantren Bersih dan Sehat
Memasuki Pesantren Al Hidayah, sangat jauh dari kesan kumuh sebagaimana pensatren salaf biasanya. Kebersihan, sanitasi dan perilaku hidup sehat memang menjadi perhatian khusus dari KH Zainuddin selaku pengasuh.
“Saya ingin mengubah paradigma bahwa pesantren selalu kumuh dan kotor. Tak semua santri itu harus gudikan. Pesantren Al Hidayah mencoba untuk menerapkan perilaku hidup sehat dan sanitasi bersih. Bahkan Pesantren menggandeng Dinas Kesehatan untuk memberikan edukasi kepada para santri bagaimana menerapkan pola hidup sehat,”tandasnya.
Maka tak heran jika lingkungan pondok pun terlihat rapi dan asri. Kamar mandi bersih dengan air mandi pancuran, kamar santri yang rapi dan bersih diharapkan membuat santri nyaman dan sehat saat belajar menuntut ilmu.
Meski menawarkan tempat yang bersih dan nyaman, Ponpes Al Hidayah tak mau membebankan biaya pendidikan yang tinggi kepada para santri. Ini dengan harapan agar para santri dari keluarga tak mampu tetap bisa mendapatkan haknya untuk belajar ilmu agama dan umum , serta mendapatkan bekal moral yang baik untuk menghadapi era modernisasi ini.
“Setiap bulan santri hanya dikenakan biaya syariah dan biaya makan 3 x sehari sebesar Rp 420 ribu untuk tingkat MTs dan Rp 490 ribu untuk tingkat MA. Karena kami ingin agar pendidikan di Al Hidayah ini bisa dijangkau oleh semua lapisan masyarakat,”pungkas Zainuddin.
Ali Bustomi