KEBUMEN (SUARABARU.ID) – Tidak banyak polisi sekaligus menekuni profesi sebagai petani dan peternak karena dua pekerjaan itu sama-sama tidak ringan.
Namun sukses mengolah lahan pertanian dan beternak sapi di tengah tugasnya sebagai abdi negara ternyata bisa ditekuni oleh Aipda Rahmat Basuki, anggota Polri yang berdinas di Unit Laka Lantas Satlantas Polres Keubmen.
Bahkan pria kalem namun supel ini layak menjadi contoh jika kesuksesan butuh keuletan. Betapa tidak. Aipda Rahmat Basuki kini sukses menekuni profesi lainnya sebagai petani dan juga peternak sapi.
Menurut pria kelahiran Kebumen 24 Mei 1979 ini, bertani merupakan pekerjaan yang tak banyak menjadi pilihan ketika seseorang telah menjadi anggota Polri, karena harus pandai membagi waktu.
Suami dari Eva Ariyanti ini mengaku mencintai dunia pertanian sejak duduk di bangku SMP. Saat anak-anak seusianya memilih bermain, anak kedua dari empat bersaudara ini justru lebih memilih menikmati bersawah bersama kedua orang tuanya.
“Dari kecil saya sudah terbiasa lihat orang tua kotor-kotoran di sawah. Terus ketika SMP, saya sudah mulai suka ikut orang tua turun ke sawah. Paling suka saat diajak lihat kerbau saat itu membajak sawah mas,”jelas Rahmat di rumahnya, Senin (24/10/2022).
Ternyata tidak hanya sekedar bermain di sawah, Rahmat remaja juga gemar belajar semua hal tentang pertanian. Mulai dari soal tanaman secara umum, yaitu tentang cara bertanam, jenis tanaman dan sistem pemeliharaan tanaman.
Kedua orang tuanya, Marjono (75) dan Turmi (68), warga Desa Banjurpasar, Kecamatan Buluspesantren, merupakan petani tulen yang sukses menjadikan dirinya sebagai seorang polisi.
“Dari kisah hidup perjuangan orang tua saya sebagai petani tulen yang sukses mengantar anak-anaknya menjadi polisi, membuat saya tak malu turun ke sawah mas,”ucap Rahmat melanjutkan.
Setiap hari, ayah tiga anak ini selepas bertugas tak malu untuk turun ke sawah, berkebun mengolah aneka macam jenis tanaman mulai dari tanaman buah seperti pisang, jambu, alpukat, pepaya, tomat, cabai, palawija, dan rumput pakan ternak.
Jadi Polisi Berkat Ayahnya Bertani
Meski hanya memiliki kemampuan bertani secara otodidak dan ilmu bercocok tanam warisan orang tua, dirinya bertekad ingin menggeluti serius dunia pertanian. Karena hasil yang didapatkan dari bertani mampu menghidupi kebutuhan keluarga.
“Alhamdulillah hasil bertani bisa untuk membiayai anak-anak sekolah, mas. Apa lagi saya ingin anak saya sekolah yang tinggi sampai jenjang universitas,”harapnya.
Menurut dia, bertani bukan hanya tentang soal gengsi. Terlebih saat ini bertani sudah didukung dengan teknologi pertanian yang semakin maju. Hal ini dia nilai sebagai pilihan profesi yang menghasilkan untuk ekonomi keluarga.
“Memang tidak mudah bertani. Banyak hambatan yang harus dilewati terutama cuaca ekstrim seperti saat ini mas. Hasil tanam yang baik memang memuaskan, tapi harga jual sering anjlok ketika musim panen tiba. Bahkan, kerap kali gagal panen mas,”akunya.
Kini, pengetahuannya di bidang pertanian dicurahkan untuk mengelola lahan produktif. Saat ini dirinya sedang mengembangkan tanam cabai dan tomat melalui media tanam polybag di rumahnya.
Bahkan, Aipda Rahmat Basuki juga tengah beternak sapi dan lele di rumahnya. Lahan kosong di belakang rumahnya ia sulap menjadi kandang ternak sapi dan kolam lele.
Dia mengkui, berhubung hobi, bertani tak membuat dirinya merasa malu harus terjun memberi pakan sapi dan lele seusai berdinas sebagai polisi.
“Saat ini saya sedang memanfaatkan lahan di rumah menjadi lahan produktif. Mulai dari kandang sapi, kambing, ternak lele, dan tanaman media polybag,”katanya sembari menyeka keringat yang mengalir di wajahnya.
Meski telah menyandang status sebagai anggota Polri, Rahmat tidak bisa melupakan kehidupannya sebagai petani. Sebab dari penghidupan orang tuanya bertanilah dirinya dan kedua adiknya kini bisa menjadi polisi.
Komper Wardopo