Waga Dusun Madugawe, Desa Maduretno Kecamatan Buluspesantren Kebumen, Kamis (8/9) memasang spanduk dari karung goi menolak kehadiran Yayasan Salam Hakiki Indonesia di desanya.(Foto:SB/Warga Madugawe)

KEBUMEN (SUARABARU.ID)– Warga Dukuh Madugawe, Desa Maduretno, Kecamatan Buluspesantren, Kebumen, menolakt kehadiran Yayasan Salam Hakiki Indonesia di desa setempat. Aksi Penolakan dilakukan denganmemasang sejumlah spanduk, Kamis (8/9).

Sejumlah warga memasang spanduk berbahan karung goni bekas tersebut di sebuah pekarangan di RT 03 RW 03 Dukuh Madugawe Desa Maduretno Buluspesantrn. Aksi berlangsung sekitar satu jam iberjalan tertib. Usai memasang spanduk, warga membubarkan diri.

Salah seorang warga, Wasit Riyadi menyatakan, awalnya warga menyambut dengan tangan terbuka kehadiran pihak yayasan yang bakal membangun sebuah masjid di wilayah tersebut.

Namun dalam perjalanannya, pihak yayasan, dengan berdalih untuk pembangunan masjid, menarik sumbangan kesana kemari di luar wilayah Desa Maduretno. Bahkan warga meperoleh informasi, pihak yayasan terkesan memaksa saat melakukan penggalangan dana.

Pada pertemuan dengan warga akhir tahun 2021, pihak yayasan meminta sumbangan dari warga Maduretno. “Dari pihak yayasan, menanyakan warga akan menyumbang berapa dan menurut kami ada kesan memaksa. Misalnya, mereka bertanya ke kami, warga mau menyumbang uang atau material. Mereka menanyakan warga mau menyumbang berapa. Dalam pertemuan itu mengedarkan list sumbangan,”terang Wasit.

Sejumlah warga Dusun Madugawe, Desa Maduretno, Kecamatan, Buluspesantren, Kebumen, Kamis (8/9) memasang poster menolak kehadiran Yayasan Salam Hakiki Indonesia.(Foto:SB/Warga Madugawe)

Tak nyaman dengan langkah dari Yayasan itu, warga kemudian bersepakat menggelar rembug desa untuk membahas persoalan ini pada 8 Februari 2022 di Mushala Al Barokah RT 2 RW 3 Desa Maduretno. Hadir saat itu, jajaran pemerintah desa, ulama, tokoh masyarakat dan pengurus ranting NU Maduretno.

Dalam musyawarah tingkat desa ini seluruh peserta menyepakati secara bulat menolak kehadiran dan aktivitas pengurus Yayasan Salam Hakiki Indonesia di wilayah tersebut.

Tidak Sesuai dengan Nilai Budaya Setempat

Warga menyampaikan sejumlah alasan atas penolakan tersebut. Mereka menilai, sikap sejumlah pengurus yayasan tidak sesuai dengan nilai budaya warga setempat. Belum lagi soal aliran Yayasan Salam Hakiki Indonesia yang menurut warga layak dipertanyakan.

“Warga di sini merupakan warga nahdliyin atau NU. Dari informasi yang kami terima, yayasan ini berazaskan Islam Indonesia. Kami juga mendengar yayasan ini ditolak sejumlah daerah,”ujar Untung, didukung warga lain.

Musyawarah desa yang menolak kehadiran Yayasan Salam Hakikiki itu kemudian dikuatkan dengan jajak pendapat oleh pihak pemerintah desa. Hasilnya, dari sekitar 200 KK yang diminta pendapat, sebanyak 197 warga menolak kehadiran Yayasan Salam Hakiki Indonesia.

Hingga titik ini, warga merasa tenang. Terlebih, tak ada kabar tindak lanjut dari pihak yayasan atas penolakan warga. Namun, warga kembali tersentak di September 2022 ini. Ini setelah warga mendapat kabar Yayasan Salam Hakiki Indonesia tetap melanjutkan rencana mereka. Tanpa mengajak warga bermusyawarah.

Langkah Yayasan ini dinilai melukai aspirasi warga yang jelas-jelas menolak. “Kita terpaksa mengambil langkah ini karena kami merasa aspirasi kami tidak didengarkan pihak-pihak yang punya kewenangan,”tambah Wasit .

Menyikapi perkembangan terbaru ini, Cahyo, salah satu warga, berharap khususnya Pemerintah Desa, menggelar pertemuan dengan menghadirkan pihak Yayasan dan warga. Jadi, tidak seperti saat ini, di mana pihak yayasan hanya menghubungi sejumlah perangkat dan Kepala Desa Maduretno.

Intinya, warga berharap pihak-pihak terkait, baik warga, Pemerintah Desa Maduretno dan pihak yayasan dapat duduk bersama, membicarakan hal ini. Lalu, hasil pertemuan itu dibuat kesepakatan dalam bentuk tertulis dan memiliki kekuatan hukum.

“Jadi nanti jelas hak dan kewajiban masing-masing pihak terhadap pengelolaan tanah dimaksud. Juga untuk mengantisipasi persoalan di masa mendatang,”ucap Cahyo.

Senada disampaikan Marsito. Pria yang juga Ketua RT 3 RW 3 Desa Maduretno itu berharap ada penyelesaian yang tuntas terkait warga dan pihak Yayasan. Dengan begitu, kehidupan bermasyarakat warga tetap harmonis dan kedamaian kampung di pesisir selatan itu terjaga.

Dihubungi terpisah, salah satu pengurus Yayasan Salam Hakiki Indonesia, Sudirman, menyampaikan belum bisa berkomentar banyak. “Nanti saya konfirmasi dulu kepada pihak berwenang,”ujar Sudirman.

Komper Wardopo