JEPARA (SUARABARU.ID) – ) – Pola pertanian pada saat ini cenderung menggantungkan penggunaan pupuk dan pestisida yang berbahan dasar kimia, Hal ini bisa menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan sekitar. Penyakit maupun bakteri yang berada dalam tanah akan menjadi lebih cepat berkembang dan menyebar.
Dampak buruk penggunaan pupuk dan pestisida kimia ini akan terasa di masa depan dan untuk memperbaikinya pun membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Oleh karena itu ketergantungan pertanian terhadap bahan-bahan kimia penyubur (pupuk kimia) apalagi bahan yang bersifat racun (insektisida, fungisida, bakterisida) harus segera kita tinggalkan dan beralih untuk menggunakan pupuk dan pestisida organik.
Salah satu solusi upaya yang dapat dilakukan adalah dengan Trichoderma sp, yang dapat digunakan sebagai pupuk biologis tanah dan juga pestisida alami. Trichoderma, sp merupakan mikroorganisme jamur yang berekosistem di dalam tanah yang dapat diisoloir dari perakaran tanaman lapangan.
Selain sebagai organisme pengurai, Trichoderma, sp dapat pula berfungsi untuk menyalurkan unsur hayati dan stimulan pertumbuhan tanaman, dapat memperlambat pertumbuhan dan penyebaranluasan fungus penyebab penyakit bagi tanaman seperti cendawan Fusarium oxysporum, Fusarium monilifome, Rigdiforus lignosus, dan Rizoctonia solani.
Berangkat dari latar belakang inilah PLN Unit Induk Pembangkitan Tanjung Jati B (PLN UIK Tanjung Jati B) memberikan bantuan pengembangan program agikultur bertajuk Pelatihan Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Petani dan Pelatihan Trichoderma kepada Kelompok Tani Guyub Rukun, yang merupakan salah satu kelompok tani binaan PLN UIK Tanjung Jati B.
Kelompok tani beranggotakan 25 orang ini sudah mempelopori pertanian berkelanjutan, seperti mengolah limbah peternakan / kotoran ternak sapi menjadi pupuk organic yang setiap bulan dapat menghasilkan 2,5 – 3 ton pupuk padat, dan saat ini mulai merintis menggunakan fungisida organik dari hasil pengembangan biang Trichoderma, sp.
Menghadirkan narasumber dari Institut Pertanian Bogor, Dr. Soni Trison dan Dr. Yunik Istikorini, pelatihan ini berlangsung pada Selasa–Rabu, 5-6 Juli 2022 di sekretariat kelompok tani Guyub Rukun, Desa Sumading, Kecamatan Kembang, Jepara.
SRM KKU PLN Unit Induk Pembangkitan Tanjung Jati B, Apri Hartono Basuki dalam sambutannya mengharapkan bahwa pelatihan ini akan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Fokus kegiatan ini adalah melakukan perintisan pengembangan pupuk hayati berupa perbanyakan Trichoderma yang berfungsi sebagai pengganti fungisida kimia.”Sejalan juga untuk penanganan kelangkaan dan mahalnya pupuk urea, serta peningkatan hasil produksi pertanian dengan penggunaan pupuk organik yang dicampur dengan Trichoderma.” jelasnya.
Petinggi Desa Sumading. Afif Fatkhur Rohman mengucapkan terima kasih kepada Unit Induk Pembangkitan Tanjung Jati B, “Terima kasih atas program pelatihan ini, dengan memberikan ilmu kepada warga kami, mudah-mudahan membawa manfaat, bisa dimaksimalkan kepada bapak ibu disini. Bisa meningkatkan hasil produksi pertaniannya.” Ringkas Afif.
Penggunaan pupuk biologis dan biofungisida Trichoderma, sp memang tidak serta merta memperlihatkan dampak manfaatnya secara langsung seperti pupuk ataupun fungisida kimia. Namun dengan penggunaan rutin secara berkala pupuk biologis dan biofungisida Trichoderma, sp akan memberikan manfaat yang lebih baik daripada pupuk dan fungisida kimia.
Penggunaan Trichoderma, sp sebagai pupuk biologis juga sangat efektif mencegah penyakit busuk pada akar dan pangkal batang, yang menyebabkan tanaman layu, dan juga penyakit jamur akar putih pada tanaman karet.
Hadepe