(SUARABARU.ID) – Tim Scuderia Ferrari meninggalkan balapan Formula 1 (F1) Grand Prix (GP) Azerbaijan, 12 Juni lalu, tanpa meraih satu poin pun.
Dua pembalap Si Kuda Jingkrak, Charles Leclerc dan Carlos Sainz gagal finis.
Mesin mobil Leclerc rusak saat sedang memimpin balapan.
Sementara Sainz harus mengakhiri perlombaannya secara prematur karena masalah hidrolik.
Ini untuk kali kedua Leclerc dihantam problem serupa musim ini selepas pengalaman pahit di Barcelona.
Charles kini turun di posisi ketiga selepas digusur pembalap Red Bull Racing, Sergio Perez.
Ferrari juga semakin terpaut jauh dari Red Bull dalam klasemen konstruktor.
Meski demikian, Bos Ferrari Mattia Binotto tidak heran timnya mengalami masalah daya tahan mesin.
Pasalnya, skuad membangun mesin secara kompetitif untuk memperkecil jarak dengan rivalnya.
‘’Saya tak bisa menyalahkan tim karena saya tahu seberapa besar pengorbanan dan kerja keras yang mereka berikan dalam beberapa tahun terakhir. Saya tahu ini adalah perjalanan yang panjang,’’ ujar Binotto seperti dilansir dari Motorsport.
Yang penting, lanjut Mattia, timnya perlu mengambil banyak langkah, terus bekerja keras, dan tetap bersatu.
‘’Kami kami tahu pekerjaan ini belum selesai. Saya lebih memilih memiliki mobil dengan performa yang baik tapi cepat rusak dan bisa diperbaiki dengan cepat, ketimbang sebaliknya,’’ jelasnya.
Binotto mengakui kekhawatiran terbesar tim adalah lantaran belum memiliki solusi pasti untuk penyebab masalah reliabilitas power unit.
‘’Kami ingin tahu apa masalahnya. Terkadang masalah yang mungkin Anda hadapi bukanlah perbaikan singkat,’’ tandasnya.
Fokus Ferrari berikutnya adalah GP Kanada di Sirkuit Gilles Villeneuve, Senin (20/6/2022) dini hari WIB.
Binotto meyakini problem skuadnya bukan cuma soal ketahanan mobil.
mm