KUDUS (SUARABARU.ID) – Menjelang pemberlakuan kebijakan pencabutan subsidi, stok minyak goreng curah di sejumlah wilayah Kabupaten Kudus mulai menghilang. Sejumlah pedagang eceran maupun agen di Kabupaten Kudus mengaku sudah tidak memiliki stok minyak goreng curah.
Kekosongan pasokan minyak goreng curah terpantau di beberapa agen diantaranya Pasar Baru, Pasar Bitingan, perempatan Pasar Johar, jalan Cokroaminoto. Beberapa pedagang pasar menyebut hampir semua agen minyak goreng stoknya kosong
Muslikah, pedagang sembako di Pasar Baru Kudus mengungkapkan, kekosongan stok tersebut sudah terjadi beberapa hari belakangan.
“Stok kosong, tidak ada barang sama sekali dalam beberapa hari terakhir,”katanya, Senin (30/5).
Mohari, agen minyak goreng pasar Bitingan menyebut kekosongan stok ini terjadi karena belum adanya pasokan dari distributor. Pihaknya belum tahu apa penyebab keterlambatan pengiriman pasokan tersebut.
“Belum ada kiriman dari Semarang. Tidak tahu penyebabnya apa,”ujarnya
Kekosongan stok tersebut cukup dikeluhkan oleh para kpnsumen. Sejumlah warga terpaksa membeli minyak goreng kemasan yang harganya berkisar Rp 23-25 ribu.
Terpisah, Kepala Bidang Fasilitasi Perdagangan Promosi dan Perlindungan Konsumen Imam Prayitno membenarkan adanya kekosongan stok minyak goreng di wilayah Kabupaten Kudus.
Meski demikian, Imam membantah kekosongan stok tersebut sebagai dampak rencana pencabutan subsidi minyak goreng curah yang akan diberlakukan pada 31 Mei 2022.
Menurutnya, kekosongan stok minyak goreng curah lebih diakibatkan dampak banjir rob di pelabuhan Tanjung Emas Semarang, beberapa waktu lalu.
“Karena masih banjir rob, maka pasokan minyak goreng curah tersendat,”paparnya.
Imam juga mengatakan, rencana pencabutan subsidi minyak goreng oleh Kemenperin, tidak akan mempengaruhi stok dan harga eceran tertinggi di pasaran. Sebab, pemerintah masih memberlakukan skema domestic market obligation (DMO) dan domestic price obligation (DPO).
“Skema tersebut tetap akan membuat harga minyak goreng tetap sesuai HET,”ujarnya.
Imam menyebut meski stok kosong, namun pedagang belum ada rencana untuk mendapatkan pasokan dari distributor lain seperti dari Surabaya atau Solo karena merupakan distributor berstatus D2 hingga D3, yang akan berakibat panjangnya mata rantai distribusi.
Selain itu, kebutuhan masyarakat akan minyak goreng curah juga belum sepenuhnya normal usai lebaran. UMKM seperti kerajinan kerupuk juga belum sepenuhnya beroperasi maksimal.
“Kebutuhan minyak goreng curah di Kabupaten Kudus secara normal berkisar mencapai 27 ribu ton per minggu. Sejak usai lebaran sampai sekarang, produsen kerupuk yang butuh banyak minyak goreng belum sepenuhnya beroperasi,”tukasnya
Ali Bustomi