SEMARANG (SUARABARU.ID) – Marketing mix merupakan salah satu strategi pemasaran yang diperkenalkan pertama kali oleh Neil Borden, seorang professor pemasaran dari Harvard pada tahun 1948.
Konsep marketing mix yang pada mulanya terdiri atas empat aspek yaitu 4P, kini telah mengalami penambahan aspek hingga menjadi 7P.
Marketing mix merujuk pada sebuah strategi pemasaran yang di dalamnya mencakup berbagai aspek demi terciptanya sebuah bisnis yang efektif dan efisien. Kotler dan Amstrong mendefinisikan marketing mix sebagai sekumpulan alat pemasaran untuk menyakinkan target pasar yang biasa digunakan oleh perusahaan.
Bagi mereka, pendekatan 4P product, price, place, dan promotion berhasil diterapkan pada produk manufaktur, namun masih perlu aspek tambahan. Booms & Bitner (1981) mengkonsepkan aspek tambahan 3P, terutama yang terlibat dalam pemasaran bidang jasa atau layanan, yaitu people, physical evidence, dan process.
Adapun konsep 7P dalam marketing mix meliputi :
1. Produk (product)
Produk adalah sesuatu yang dihasilkan dari produksi atau layanan yang ditawarkan pada konsumen. Otentisitas dan keunikan produk sangat dibutuhkan agar menarik minat konsumen.
Agar bisa sukses menjalankan marketing mix diperlukan produk yang berkualitas hingga ketepatan dalam menganalisis permintaan pasar. Sebab analisis permintaan ini nantinya akan menjadi panduan seberapa perlukah produk ini bagi pasar, kegagalan dalam menganalisis permintaan atau demand akan membuat produk yang dihasilkan menjadi sia-sia karena ketidakjelasan terkait tingkat peminatnya hingga tingkat penerimaan pasar.
2. Harga (price)
Harga berkaitan dengan sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh konsumen untuk memperoleh produk atau jasa yang kita produksi. Dalam konsep marketing mix, penentuan harga harus dirumuskan secara matang dan tidak sembarangan untuk menghindari kerugian bisnis.
Harga yang sesuai dengan target pasar akan sangat membantu menarik konsumen, karena mereka akan merasa bahwa uang yang mereka keluarkan untuk produk atau jasa tersebut sudah sesuai.
3. Tempat (place)
Aspek lainnya dari konsep marketing mix 7P adalah place atau tempat bisnis beroperasi. Pemilihan tempat sangat krusial untuk kelancaran bisnis, maka dari itu tempat yang dipilih haruslah tempat yang layak serta mendukung operasional bisnis. Pemilihan tempat yang mendukung yaitu tempat-tempat strategis dapat membantu mengembangkan bisnis dengan lebih lancar.
4. Promosi (promotion)
Saat aspek produk, tempat dan harga sudah sesuai, maka langkah selanjutnya dari marketing mix adalah mengembangkan konsep agar orang-orang mengetahui dan mengenali bisnis yang kita jalankan.
Hal itu bisa dilakukan dengan melakukan promosi, yaitu proses sosialisasi dan pengenalan produk yang kita hasilkan kepada masyarakat luas. Kemudahan teknologi seperti sekarang ini membuat promosi menjadi lebih mudah dan beragam. Untuk dapat melakukan promosi kita dapat memanfaatkan media-media yang ada seperti promosi melalui iklan di televisi, promosi dengan memanfaatkan sosial media dan lainnya.
5. Orang (people)
Orang atau sumber daya manusia adalah aspek lain dari konsep marketing mix 7P yang juga tidak kalah krusial, bagaimana kita mengelola sumber daya manusia yang ada melalui pembentukan struktur organisasi yang terarah dan terstruktur dapat menentukan maju atau tidaknya sebuah perusahaan.
6. Kemasan atau tampilan fisik (physical evidence)
Tampilan adalah hal pertama yang biasanya dilihat pelanggan saat hendak membeli produk. Itulah sebabnya tampilan fisik menjadi salah satu aspek dari marketing mix, karena ia dapat menentukan sejauh mana produk dapat menarik minat konsumen setelah dipasarkan. Visualisasi produk yang bagus akan menjadi nilai plus bagi konsumen dalam memutuskan apakah mereka akan membeli produk kita atau tidak.
7. Proses (process)
Aspek terakhir dari marketing mix adalah proses, proses berkenaan dengan perjalanan, prosedur, hingga tata cara perusahaan dalam memberikan produk atau layanan kepada konsumen. Proses ini meliputi awal pertama kali pelanggan melihat produk kita memutuskan untuk melakukan pembelian.
Oleh : Nilna Riqotul Khusna (Mahasiswa FE Manajemen Universitas Wahid Hasyim)