JEPARA (SUARABARU.ID) – Dalam khutbah Shalat Idul Fitri 1443 H yang berlangsung di Masjid Ar Ridlo 2, Desa Bulungan, Kecamatan Pakis Aji, Senin (2/5-2022) M.Latifun, S.Sn, ST, MT. mengajak umat Islam untuk berusaha meraih taqwa kepada Allah Swt. yang merupakan tujuan utama puasa ramadan, guna memperkuat kesalehan sosial.
Menurut Latifun jika sehabis ramadan ini kita semakin semangat berbuat baik dan memperbanyak amal shaleh sebagaimana yang diperintahkan agama, dan semakin sedikit dalam melakukan maksiat atau hal-hal yang dilarang oleh agama, maka pertanda kita benar-benar mendapatkan berkah dan nikmatnya ramadan.
Namun jika sebaliknya jika sehabis ramadan ini kita malah makin jor-joran dalam bermaksiat kepada Allah; makin suka bikin onar dan kejahatan sosial di masyarakat, maka itu pertanda ramadan yang kita jalankan kemarin gagal total; dan kita pun gagal mendapatkan nikmat dan berkahnya ramadan. “ Puasa ramadan yang tidak menghasilkan taqwa adalah puasa yang sia-sia,” tegas Latifun yang juga anggota DPRD Jepara.
Ia juga mengingatkan, seluruh ibadah ramadan yang telah kita jalankan tidak selesai dengan berakhirnya ramadan. “Justru sebaliknya, berakhirnya ramadan adalah awal mula kita membuka lembaran baru untuk menjalani hidup lebih baik dari yang kemarin-kemarin,” paparnya.
Selain itu Latifun juga mengingatkan, jangan sampai amal-amal baik yang kita jalankan di bulan ramadan itu cuma sebatas ritual kosong. Sebaliknya, amal-amal shaleh di bulan ramadan itu perlu kita wujudkan maknanya dalam kehidupan sosial.
“Apabila ibadah-ibadah ramadan itu tidak membuahkan kebaikan sosial apapun, maka semua ibadah itu hanya menjadi ritual kosong. Justru ketika ibadah-ibadah ini mengandung makna “taqwa” maka seharusnya melahirkan hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan sosial-masyarakat,” ungkapnya.
Dalam hal ibadah puasa misalnya, hendaknya kita mewujudkan makna puasa dalam kehidupan sosial yang konkret. Makna puasa harus kita wujudkan dalam bentuk amal-amal sosial, seperti menyantuni faqir miskin, saling tolong menolong, saling bergotong royong, bersama-sama membangun masyarakat, bersama-sama memajukan pendidikan, bersama-sama membangun ekonomi umat dan sebagainya.
“Jangan sampai ibadah-ibadah tersebut hanya mandek sebagai ritual kosong tanpa ada dampak atau atsar apapun bagi kehidupan sosial. Bentuk-bentuk ibadah ramadan seperti puasa, tarawih, tadarus al-Qur’an dan sebagainya akan semakin besar maknanya, apabila kita wujudkan dalam bentuk kesalehan sosial. Sehingga ibadah-ibadah ramadan itu bisa menjadikan kehidupan sosial kita semakin baik.
Sungguh aneh apabila di bulan ramadhan kita rajin beribadah tetapi prilaku sosial kita tetap saja buruk seperti egois atau memikirkan diri sendiri, suka mengganggu dan mencelakai orang lain, suka bikin keributan dan kerusuhan di masyarakat, suka bikin onar, suka menipu, suka berbuat kemungkaran dan kemaksiatan di mana-mana, bersikap sombong dan sewenang-wenang terhadap orang lain, tidak peduli dengan sesamanya dan lingkungan sekitarnya dan berbagai kejahatan sosial lainnya.
“Jika perilaku sosial kita buruk seperti ini, maka ibadah ramadan yang kita jalankan kemarin itu hanya sebatas ritual kosong sehingga kurang bernilai bagi kehidupan kita,” tegasnya
Untuk menjaga kesalehan sosial salah satunya dengan memanfaat medsos untuk menebarkan kebajikan, kasih sayang, pemberdayaan ekonomi, gotong royong dan nilai kebaikan lainnya. “Jangan menggunakan medsos untuk adu domba, menyebarkan kabar bohong, fitnah dan menebarkan kebencian kepada sesama,” ujar M. Latifun.
Hadepe