Oleh: KH A. Bahauddin Nursalim (Gus Baha)
PUASA merupakan salah satu dalam rukun Islam. Kewajiban puasa ini dijalankan seluruh umat Islam di bulan suci Ramadan, bulan yang penuh berkah dan ampunan.
“Kalau kita ini belajar kitab dan membacakannya ke awam, tujuannya agar awam mengetahui niatnya orang-orang dulu pas puasa, cara pandang mereka tentang puasa”.
Orang-orang dulu adalah orang-orang saleh dan berilmu pada zaman dulu. Beberapa orang dulu itu, antara lain KH Maimun Zubair (Mbah Moen) dan ayahanya sendiri, KH Nursalim al-Hafizh.
“Diantara ijazah Mbah Moen dan bapak, kalau ngendikan saya masih ingat. Ihdinas sirotol mustaqim sirotol ladzina an amta ‘alaihim. Jadi kita nggak bisa soleh tanpa meniru orang-orang dulu, kita nggak bisa baik tanpa meniru orang-orang dulu”.
Tentang ayat ke-6 dan ke-7 surat Al Fatihah ini menafsirkan, Allah SWT berfirman, tunjukkan kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat.
“Jadi, Allah menghendaki, ‘ini lho ada master-masternya’. Seperti Pak Quraish Shihab punya master Habib Abdul Qodir bil Faqih, kalau saya masternya KH Maimun Zubair”.
Nah, setelah tahu bagaimana ulama-ulama dulu melihat Ramadan, kita kan jadi tahu cara pandang Ramadan secara benar karena meniru ulama-ulama dulu.
Beberapa cara pandang orang-orang dulu misalnya melihat puasa Ramadan sebagai upaya kita menjadi semakin menghormati makanan.
“Saat nggak Ramadan kita melihat makanan biasa saja, malah kadang kita sepelekan. Tapi coba pas Ramadan, semua jadi spesial. Air putih spesial, pisang goreng apalagi”.
Selain itu, dengan berpuasa manusia akan merasakan lapar yang dirasakan orang-orang miskin saat mereka tidak makan. Jadi, puasa harusnya juga membuat manusia bisa lebih bersyukur.
Betapa cara pandang Nabi Muhammad sangat menarik. Bahwa manusia, sehebat apapun, ternyata kebutuhan paling pokok hanya makanan. Tidak ada yang lain.
Coba, yang lagi buka puasa itu kan senang sekali meski nggak punya mobil mewah, nggak punya uang banyak. Sekadar ketemu makanan itu seneng sekali. Jadi kita itu tahunya menghormati makanan ya setelah masuk Ramadan.
Puasa Ramadan ini membuat manusia belajar betapa istimewanya makanan yang kadang diremehkan di bulan-bulan lain.
“Nabi Muhammad pernah bersabda bahwa orang yang menjalankan ibadah puasa punya dua kebahagiaan, yaitu saat berbuka dan saat bertemu Allah SWT”.
“Lhah itu kalau kita nggak baca literatur-literatur ulama-ulama dulu, mungkin kita nggak tahu makna Ramadan seperti itu”.
KH A. Bahauddin Nursalim (Gus Baha), Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Quran LP3IA, Narukan, Rembang. (Dikutip dari tayangan Shihab & Shihd di Youtube).