SEMARANG (SUARABARU.ID) – Dalam Ilmu Tasawuf, tanda-tanda orang yang sukses itu adalah dia kembali kepada Allah saat awal mula.
Artinya, orang yang benar itu dimulai dari awal permulaan dia suluk, berjalan kepada Allah. Orang yang benar awalnya kembali kepada Allah, tawakkal kepada Allah, minta tolong kepada Allah untuk bisa sampai kepada Allah tidak hanya sekadar amal yang dia kerjakan maka dia akan sukses di akhirnya yaitu tetap kembali kepada Allah.
Hal itu diungkapkan Dr KH In’amuzzahidin MA dalam Kajian Dhuha di Masjid Baiturrasyid USM Jl Soekarno-Hatta, Tlogosari, Selasa (19/4).
”Ini mungkin bahasanya ngawang tinggi ya, karena ini terkai dengan hati dengan ibadah tapi bahasa ini bisa kita bumikan terkait dengan aktivitas kita, orang yang sukses itu dari awal usahanya itu senantiasa dikembalikan kepada Allah sehingga diakhir hasilnya dikembalikan kepada Allah,” kata Gus In’am.
Dia mencontohkan setiap usaha harus disandarkan kepada Allah agar tidak menjadi keputusasaan.
”Contoh ada orang mencari rezeki menyempurnakan ikhtiar itu secara lahiriyah harus optimistis, tetapi kalau tidak menyandarkan diri kepada Allah maka diakhir usahanya yang ada hanyalah keputusasaan,” ungkapnya.
“Maka kalau anda ingin jadi orang sukses sebagaimana di awal sebelum bait ini, anda kalau ingin melakukan sesuatu atau punya cita-cita untuk menyukseksan sesuatu gandenglah Allah, jangan kau andalkan hanya kekuatanmu, kehebatanmu, dan kepintaranmu karena semua itu ada batasnya,” lanjutnya.
Menurutnya, konsep tawakkal dalam Ilmu Tasawuf tidak disandarkan di akhir usaha, namun di setiap perjalanannya, mulai awal hingga akhir.
”Kemudian Ibnu Atho’illah memberi penjelasan yang lebih mendalam lagi, di antara tanda orang yang sukses itu dilihat dari akhirnya, yaitu kembali kepada Allah, awalnya pun demikian. Maka konsep tawakkal itu bukan di akhir,” jelasnya.
“Selama ini kita memahami ikhtiar dahulu setelah itu hasilnya tawakkal kepada Allah,tetapi dalam kitab Al Hikam tidak demikian. Di awal usaha disertai tawakkal juga ikhtiar, kemudian hasilnya juga tawakkal, sehingga tawakkal itu senantiasa terus menghinggapi dalam aktivitas kita.
Di awal tawakkal, di tengah perjalanan usaha tawakal dan di akhir usaha juga tawakkal,” tandas Gus In’am.
Nf/Muha