blank
olahraga lansia

KEBERHASILAN pembangunan sebuah negara salah satunya adalah terlihat dari tingkat kesejahteraan penduduk yang semakin membaik, termasuk kesehatan dan pendidikan. Hal tersebut berdampak pada bertambahnya usia harapan hidup (UHH) penduduk setiap tahun.

Konsekuensi keadaan tersebut adalah bertambahnya penduduk lanjut usia (lansia). Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998, lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.

Dari seluruh penduduk di Kota Semarang sampai bulan Juli 2021 yang berjumlah 1.681.058 jiwa (Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Semarang), sekitar  9 persen atau sekitar 151.290 orang adalah lansia dan jumlahnya semakin meningkat dari tahun ke tahun (proyeksi penduduk Kota Semarang).

Berdasarkan Data Sensus Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) 2020, lansia di kota Semarang didominasi oleh lansia muda (60-69 tahun) yang mencapai 77,22 persen, selanjutnya diikuti oleh lansia madya (70-79 tahun) sekitar 20,01persen dan lansia tua (80 tahun keatas) sekitar 2.77 persen.

Usia Harapan Hidup masyarakat tersebut memang telah menunjukkan adanya peningkatan, akan tetapi secara umum belum diiringi dengan lansia yang berkualitas, baik dari sisi kesehatan, ekonomi, maupun pendidikan.

Data Susenas mencatat angka kesakitan penduduk lansia di Kota Semarang mencapai 28,7 persen pada tahun 2020, artinya terdapat 28 hingga 29 dari 100 lansia yang memiliki keluhan kesehatan dalam sebulan terakhir dan menyebabkan terganggunya kegiatan sehari harinya.

Mantan Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita (pada siaran pers di Bandung, 10 Juli 2019) mengutip dari data BPS, menyatakan, sepertiga lansia diketahui merupakan penyandang disabilitas. Secara ekonomi, kata Mensos, mayoritas lansia tinggal di dalam keluarga dengan tingkat ekonomi berada di pada 40 persen ekonomi terbawah.

Dari aspek ketenagakerjaan, sekitar separuh populasi lansia bekerja di sektor pekerjaan pertanian yang identik dengan pendapatan dan tingkat  kesejahteraan rendah. Masih mengutip survei BPS, sebanyak 60 persen lansia berpendapatan rendah dan tidak stabil.

“Sehingga mereka rawan jatuh miskin kembali. Lebih dari sepertiga lansia belum mendapatkan layanan asuransi kesehatan. Maka kondisi lansia kita masih jauh dari mandiri dan sejahtera. Ini adalah PR kita bersama,” kata mantan Mensos.

Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Misnaniarti dalam artikelnya yang berjudul Analisis Situasi Penduduk Lanjut Usia Dan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial di Indonesia, bahwa populasi lansia di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup berarti selama 30 tahun terakhir, populasi di tahun 2014 sebanyak 20,7 juta jiwa (sekitar 8,2%).

Angka kesakitan lansia sebesar 25,05%. Ada empat penyakit yang sangat erat hubungannya dengan proses menua yaitu: gangguan sirkulasi darah, gangguan metabolisme hormonal, gangguan pada persendian, serta berbagai macam neoplasma.

Nyeri lutut merupakan salah satu keluhan yang sering dialami orang lansia. Pada kelompok umur ini, penyebab utamanya adalah osteoartritis atau radang sendi.

Osteortritis (OA), menurut penjelasan dr. Ade Sri Wahyuni pada Kompas.com tanggal 5 Mei 2016, spesialis rehabilitas medik, merupakan rusaknya sendi kronis yang terjadi pada tulang rawan. Rasa nyeri muncul akibat pertemuan antartulang yang dipicu oleh menipisnya tulang rawan.

“Sebenarnya radang sendi bisa terjadi di semua sendi tubuh, tapi 60 persennya terjadi pada lutut,” katanya dalam acara media edukasi bertajuk “Cara Cepat Atasi Nyeri Lutut”, yang diadakan oleh Klinik Nyeri dan Tulang Belakang di Jakarta (4/5/2016).

Sebenarnya penyakit ini rentan dialami orang berusia di atas 45 tahun, meski begitu orang yang lebih muda juga bisa mengalaminya.

“Ada beberapa kondisi yang mempercepat OA, misalnya kegemukan atau sering beraktivitas yang bertumpu pada lutut seperti olahragawan,” kata dr. Ade.

Gejala klinis radang sendi antara lain rasa nyeri bertambah jika melakukan gerakan, sendi menjadi kaku, bengkak, dan di malam hari rasa nyerinya semakin terasa.

Sampai saat ini radang sendi memang belum dapat disembuhkan, meski begitu menurut dr.Ade perburukannya bisa diperlambat.

“Penyakit ini ada grade keparahannya dari satu sampai empat. Dengan beberapa cara bisa dihambat agar tidak jadi grade yang lebih tinggi,” katanya.

Dalam lingkungan sekitar kita, terkadang kita masih sering juga melihat ada sebagian lansia yang masih aktif dan sehat secara fisik, banyak gagasan dan produktif bahkan kemampuan fisik mereka bisa melebihi usia orang yang lebih muda.

Masih sering juga dijumpai orang lansia yang berjalan kaki dengan cepat, bersepeda, melakukan senam, beraktivitas di rumah, naik turun tangga dengan baik dan lain sebagainya tanpa keluhan di lutut yang berarti.

Hal ini mendorong peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana orang lansia tersebut dapat mempertahankan kesehatan lututnya agar tetap baik.

Di kota Semarang, jumlah penduduk lansia pada tahun 2020 sebesar 170 ribu jiwa atau sebesar 9,29 persen dari penduduk kota Semarang. Jumlah lansia tersebut mengalami peningkatan sejak tahun 2016 yaitu sebesar 141 atau sebesar 8,17 persen.

Semakin bertambahnya proporsi penduduk lansia sebenarnya merupakan kabar baik, karena hal itu berarti bahwa harapan hidup dan kemakmuran meningkat di Kota Semarang, sebagai dampak perkembangan sosial ekonomi.

Usia harapan hidup Kota Semarang adalah 77,34 tahun berdasarkan hasil perhitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2020, angka ini meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 77,25 tahun di 2019.

Namun mencapai usia lanjut saja tidaklah cukup, harus dipikirkan juga bagaimana mengisi tahun-tahun tambahan itu agar tidak menjadi beban bagi penduduk usia produktif.

Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa hampir separuh lansia Kota Semarang mengalami keluhan kesehatan. Persentase lansia laki-laki yang mengalami keluhan kesehatan sebesar 43,27 persen, sedangkan lansia perempuan mengalami keluhan kesehatan sebesar 52,59 persen. Keluhan kesehatan tersebut mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari.

Berdasarkan kajian penulis melalui wawancara mendalam yang dilakukan pada 5 orang lansia di kota Semarang sebagai informan utama dan 2 orang pakar sebagi informan triangulasi (1 orang fisioterapis dan 1 orang dosen anatomi olahraga). Karakteristik selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1

Tabel 1 Karakteristik Informan

  INISIAL Jenis Kelamin Usia

(Thn)

TB/BB Pendidikan Pekerjaan
Informan Utama 1. ST P 60 155/60 S1 Swasta
2. CT P 61 150/59 SMA Wirausaha katering
3. MJ P 61 155/58 S3 Dosen
4. DH P 75 155/44 S1 Dokter
5. SN P 80 156/45 SMP Wirausaha dan Swasta
Informan Triangulasi 1. AG L 50 S1 Fisioterapis
2. SR P 38 S2 Dosen

 

Tabel 1 menggambarkan bahwa kelima informan utama adalah berjenis kelamin wanita yang berusia di atas 60 tahun dengan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan yang berbeda.

Tiga orang informan utama memiliki tinggi badan dan berat badan cukup ideal, 2 orang informan utama memiliki tinggi badan dan berat badan ideal batas bawah. Informan triangulasi adalah seorang laki-laki berusia 50 tahun berprofesi sebagai fisioterapis dan seorang Wanita berusia 38 tahun berprofesi sebagi dosen anatomi.

Kelima informan utama mempunyai kondisi lutut yang sehat di usianya, jika ada nyeri/linu, tidak sampai mengganggu aktivitas mereka. Meskipun ada 1 orang yang merokok dan ada hipertensi, nafas berat ketika jalan sekitar 50 meteran, tapi kondisi lutut tidak bermasalah.

Kelima informan utama juga mempunyai telapak kaki yang melengkung yang bisa mendukung posisi lutut jadi benar. Menurut ahli fisioterapis, orang yang memiliki telapak kaki melengkung lebih baik posturnya. Menurut dosen anatomi orang yang memasuki usia 60 tahun tapi masih bisa beraktivitas dan berolahraga dengan baik berarti lututnya dalam kondisi baik atau sehat.

Kelima informan utama telah berusaha baik sadar ataupun tidak, mereka aktif bergerak hampir setiap hari. Bahkan semua menambahkan dengan olahraga ringan beberapa kali dalam seminggu, minimal 2x seminggu sampai hampir setiap hari di luar waktu kerja.

Kelima informan utama juga tidak berlebihan dalam berolahraga dan bisa berhati-hati.

Ahli fisioterapis dan dosen anatomi mengatakan bahwa sebaiknya melakukan gerakan memang tidak berlebihan membebani lutut, gerakan yang alami, ringan hingga sedang saja, tapi dilakukan secara rutin hampir setiap hari dengan durasi 30-60 menit cukup.

Tentang menjaga gaya hidup sehat, semua makan dengan wajar saja tidak ada pantangan apapun tapi mereka semua rata-rata tdk mengkonsumsi susu dengan rutin, bahkan tidak sama sekali.

Untuk waktu istirahat, semua menjawab tidur awal dan bangun subuh. Satu orang merokok rutin sampai sekarang tapi lutut tetap sehat hanya nafas saja yang berat saat berjalan hanya 50 meteran

Semua informan utama tidak pernah mengonsumsi suplemen untuk menjaga kesehatan lututnya. Satu orang hanya mengkonsumsi pereda nyeri saat terkena hawa dingin yang lama sekitar 8 jam tapi setelah itu tidak pernah mengonsumsi obat atau suplemen apa pun.

Semua menjawab telah menghindari gerakan-gerakan yang dapat memperparah radang sendi, semua berhati-hati dalam melakukan Gerakan dan dapat menakar bebannya, jika sudah dirasakan terlalu berat maka mereka akan beristirahat. Atau ketika mereka diam terlalu lama dan merasa kaku, maka mereka langsung berusaha bergerak.

Dari hasil kajian ini menunjukkan bahwa kelima informan utama memiliki tinggi badan dan berat badan yang cukup ideal bahkan 3 orang ideal batas bawah. Semuanya aktif bergerak dalam menjalankan aktivitas kesehariannya bahkan ditambah dengan olahraga ringan 2x seminggu sampai hampir setiap hari dalam seminggu, dengan beban yang ringan hingga sedang dan berdurasi 30-60 menit.

Maka dari itu agar lutut tetap dalam kondisi sehat sampai usia 60 tahun ke atas maka kita harus tetap jaga berat badan ideal dan tetap aktif bergerak dalam melakukan aktivitas sehari-hari, jangan terlalu lama duduk berjam-jam tanpa bergerak.

Ditambah dengan olahraga dengan beban ringan saja hingga sedang berdurasi 30-60 menit setiap hari, atau minimal 2x dalam seminggu sudah cukup.

(Metta Christiana SPd MKes, Ahmad Muhaimin SPd MPd, Andi Nur Cahyo SPd MPd)