KEBUMEN (SUARABARU.ID) – Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag RI DR KH Waryono Abdul Ghofur MAg menjadi pemateri pada Studium General Pascasarjana IAINUKebumen di Mexolei Hotel Panjer, Kebumen, Sabtu (18/9).
Acara dihadiri Ketua Yayasan Penyelenggara Pendidikan NU (YPPNU) Kebumen Munajat SHI MPd, Kasi Pendidikan Madrasah dan Pondok Pesantren Kemenag Kebumen Makruf Widodo MPdi, Rektor IAINU Kebumen Fikria Najitama MSI dan Wakil Rektor IAINU Kebumen Faisol MAg.
Direktur Program Pascasarjana IAINU Kebumen Dr Sulis Rokhmawanto MSI menyatakan, Studium General atau kuliah umm tahun ini sebagai bagian dari budaya akademik, selalu dilaksanakan di Pascasarjana IAINU Kebumen. Temanya “Menjadikan Lembaga Pendidikan Visioner di Tengah Masyarakat Milenial.”
Menurut Sulis, tema tersebut guna menjawab atas problem yang ada. Di antara problem itu adalah realitas adanya indikasi belum siapnya generasi saat ini menghadapi perkembangan milenial.
Lebih dari itu, lanjut Sulis, perkembangan milenial terus bergulir menuju generasi “Z”. Selain itu, generasi saat ini juga nampak belum siap menghadapi problem sosial digital. Hal ini nampak sekali ketika generasi sekarang merespons komentar dan suguhan di dunia digital.
Peserta studium general kali ini berbeda dengan tahun tahun sebelumnya. Sebelumnya hanya terbatas internal mahasiswa Pascasarjana IAINU Kebumen. Saat ini bisa dikuti oleh banyak kalangan karena disiarkan secara langsung melalui Youtube live.
Sementara iti Rektor IANU Kebumen Fikria Najitama menyampaikan, lembaga pendidikan harus bermetamorfosis. Jika saja tidak disiapkan maka lembaga pendidikan akan sulit untuk berkembang. Pascasarjana IAINU Kebumen yang memiliki Program Studi Manajemen Pendidikan Islam pun dituntut terus berbenah melakukan perubahan.
Inovasi dan Pengayaan Literasi
Sedangkan Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag RI DR Waryono Abdul Ghofur dalam orasinya menyampaikan bahwa lembaga pendidikan dari formal hingga nonformal harus segera menyesuaikan diri untuk merumuskan. Selain itu juga harus melakukan inovasi.
Menurut Waryono, lembaga pendidikan tidak boleh berhenti dalam satu titik. Inovasi itu di antaranya menuju kepada pengayaan literasi. Pengayaan tersebut dilakukan dengan tetap mengambil referensi terdahulu dilanjutkan referensi terbaru.
Lembaga pendidikan harus sadar akan keterbatasan untuk bertahan hidup. Jika tidak bisa beradaptasi maka yang hidup ini akan “mati”. Adaptasi lembaga pendidikan ke depan harus mewujudkan menejemen pendidikan yang adaptif, jangan mengadopsi ilmu yang expaiet.
“Jika saja itu terjadi maka bisa menjadi “racun”. Saat sekarang ini kita masuk dalam masa ketidakpastian sehingga lembaga pendidikan harus bisa memberi jembatan emas untuk menyelesaikan problem kehidupan dalam masa mendatang,”tutur Waryono.
Dia paparkan, dengan strategi tersebut lembaga pendidikan akan mendapatkan pengakuan ditengah masyarakat. Peringatan besar bagi kita. Bahwa masa ketidakpastian ini mengakibatkan konsistensi turbolensi sehingga dalam kondisi ini lembaga pendidikan juga harus adaptif merumuskan hal hal paling tidak 25 tahun ke depan.
Menjawab Kebutuhan Masyarakat
DR Waryon menyatakan, manajemen lembaga pendidikan diperlukan model pemimpin yang kompromi networking, tanpa melihat latarbelakang secara ekstrim. Dengan demikian maka lembaga pendidikan dapat memberikan jawaban atas kebutuhan kehidupan masyarakat.
Satu hal yang saat ini kita sebagai lembaga pendidikan adalah harus menjadikan pemakai lembaga pendidikan sebagai leader, bukan sebagai follower. Hal ini dapat ditopang dengan karakter pemimpin populis sehingga dengan alokasi ini lembaga pendidikan dapat hadir di tengah lapisan masyarakat yang kompleks.
Waryonop juga menjelaskan, idsrupsi dan tranformasi digital menjadi subyek bagi pengelola lembaga pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar lembaga pendidikan menjadi bagian penggerak adaptif bagi masyarakat luas. Dengan demikian, lembaga pendidikan akan memproduksi human produktif bagi peradaban yang akan datang.
Komper Wardopo