GROBOGAN – Sinta Nuriyah, istri almarhum Gus Dur, Presiden ke-4 RI mengatakan, hal yang penting dalam kehidupan adalah menjaga kerukunan. Dengan kerukunan, hidup di lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara akan terbina aman dan tenteram. Bahkan, dalam situasi negara kita yang saat ini banyak isu yang dapat memecah kerukunan beragama karena banyaknya berita hoax, kerukunan merupakan jalan terbaik agar negara kita ini tidak terpecah belah.
Kerukunan dapat diterapkan dengan menebarkan bibit kedamaian dengan sesama. Hal tersebut merupakan ajakan dari Sinta Nuriyah Wahid, yang akrab disapa Bu Sinta. Ajakan Ny Sinta ini terucap pada saat pagelaran buka puasa bersama di Yayasan Al Hikmah, Desa Wanutunggal, Kecamatan Godong, Sabtu (18/5). Dalam kesempatan tersebut, Sinta membagikan makna dan hakikat puasa di bulan Ramadan.
“Puasa adalah kewajiban umat Islam pada Ramadan tetapi jangan sekadar menjalankannya saja karena nanti hanya mendapat lapar dan dahaga. Hakikatnya adalah dengan puasa mengajarkan akhlak, moral, kejujuran, budi pekerti dan menyebarkan virus kedamaian,” ujar Sinta. Sapaan akrabnya.
Menurut ibu dari empat orang anak ini mengemukakan, setiap umat Islam harus berani mengendalikan hawa nafsu. Dengan demikian, virus kebencian, kecurigaan, berita hoax yang disebarkan di seluruh belahan dunia itu akan hilang. Hal ini memang sangat penting dilakukan bersama untuk mengatasi permasalahan tersebut.
“Masyarakat harus bisa mengamalkan itu semua untuk menjaga kerukunan dan keutuhan bangsa. Terutama pada akhir-akhir ini. Itu semua menjadi sangat penting sekali untuk melawan hoax dan virus-virus kebencian,” ujar ibunda dari Yenny Wahid, Inayah Wulandari, Alissa Qotrunnada, dan Anita Hayatunnufus.
Dijelaskan Sinta, negara Indonesia dikenal seluruh dunia sebagai negara yang punya prinsip Kebhinekaan yakni dengan semboyannya Bhineka Tunggal Ika yaitu berbeda-beda tetapi tetap satu.
“Kalau satu bangsa Indonesia berarti kita semua adalah saudara. Jika bersaudara mestinya tidak boleh gontok-gontokan. Saling tolong menolong dan tidak saling membenci,” ucap perempuan asal Jombang, Jawa Timur ini.
Perempuan bergelar magister dari Universitas Indonesia ini juga menjelaskan tentang aktivitasnya rutin yang dilaksanakannya saat bulan Ramadan. Yakni mengadakan sahur keliling. Sinta menyebutkan, kegiatan ini sudah dilakukannya sejak sang suami menjadi presiden RI yang keempat. Yakni pada tahun 2000 silam.
“Saya sudah pernah sahur bersama kaum duafa. Sahur di emperan gereja bahkan sahur bersama narapidana di lapas. Kalau saat ini berbeda. Di sini saya berbuka puasa bersama anak-anak dan para orang tua warga Kabupaten Grobogan,” ujar Sinta.
suarabaru.id/Hana Eswe.