WONOSOBO (SUARABARU.ID) – Dunia kini tengah memasuki era baru. Era di mana revolusi industri 4.0 tengah berkembang pesat. Berbagai platform digital terus tumbuh dan bermunculan setiap saat. Tantangan berat menghadapi kaum muda saat ini.
Sebagai generasi masa depan, kaum muda harus siap menaklukan tantangan zaman yang terus bergerak. Pesatnya perkembangan dunia global merupakan sebuah keniscayaan dan tidak bisa ditolak oleh siapapun.
“Karena itu, mahasiswa sebagai bagian dari kaum muda dan generasi masa depan harus memiliki soft skill, wawasan global dan kemampuan penguasaan tehnologi informasi digital terkini,” cetus Dr Sri Haryanto MPdI.
Pernyataan tersebut disampaikan Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Sains Al Quran (Unsiq) Jawa Tengah di Wonosobo itu, ketika ditemui di ruang kerjanya, Jumat (27/8).
Menurut Haryanto, soft skill yang musti dimiliki mahasiswa FITK, selain tehnologi digital dan wawasan global, juga kemampuan atau ketrampilan menulis (jurnalistik) dan publik speaking (kemahiran berbicara di depan umum).
“Soal kemampuan menulis dan berbicara bagi mahasiswa, kami akan coba gagas Sekolah Jurnalisme. Nanti kami akan gandeng PWI Jawa Tengah dan Wonosobo untuk menggelar pelatihan jurnalistik bagi mahasiswa di FITK Unsiq,” gagasnya.
Lebih Luas
Kendati merupakan lembaga yang mencetak calon guru, menurut alumnus S1 jurusan BPM Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang itu, FITK tidak cukup hanya membekali mahasiswa keilmuan dan ketrampilan di bidang pendidikan dan keguruan saja.
“Karena spektrum peluang kerja dan pengabdian di masyarakat kini lebih luas serta banyak pilihan profesi. Fakta di lapangan menunjukan, tak sedikit mahasiswa lulusan FITK yang berkiprah di luar dunia pendidikan,” tandasnya.
Dikatakan Haryanto, dengan kemampuan dan soft skill yang ada, lulusan FITK Unsiq, bisa bebas memilih profesi apapun. Selain jadi guru, alumni FITK bisa juga berkiprah sebagai politisi, pengasuh pondok pesantren, pengusaha, aktifis sosial atau tokoh masyarakat.
Kalaupun lulusan FITK tetap berada di jalur pendidikan dan keguruan, sambung dia, akan lebih baik jika punya kemampuan plus seperti ketrampilan menulis, publik speaking, wawasan global dan penguasaan di tehnologi digital.
“Soft skill tersebut pasti akan berpengaruh terhadap performa di mana mereka nanti akan berkiprah. FITK Unsiq ke depan selain punya laboratorium pendidikan juga akan mengembangkan website yang berisi berita dan artikel dari mahasiswa maupun dosen,” ungkapnya.
Gagasan soal soft skill mahasiswa, dikatakan Haryanto, sejalan dengan kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka, seperti yang digelorakan Kementerian Pendidikan, Riset, Tehnologi dan Perguruan Tinggi (Kemendikristekdikti) Nadiem Makarim.
“Program hak belajar tiga semester di luar program studi bertujuan untuk meningkatkan kompetensi lulusan. Baik soft skillsl maupun hard skill, agar lebih siap dan relevan dengan kebutuhan zaman. Menyiapkan lulusan sebagai pemimpin masa depan yang unggul dan berkepribadian,” tutur dia.
Program-program experiential learning dengan jalur yang fleksibel, lanjut doktor Psikologi Pendidikan Islam lulusan UII Yogyakarta itu, diharapkan akan dapat memfasilitasi mahasiswa mengembangkan potensinya sesuai dengan passion dan bakatnya.
Muharno Zarka