REMBANG –‘’Saya tidak akan mempersulit investor yang mau menanamkan modal di daerah Rembang,’’ kata Bupati Rembang, Jawa Tengah, H Abdul Hafidz kepada suarabaru.id, pagi tadi (Kamis, 16/5).
Bupati mengatakan hal itu, karena ada sebagian orang yang menuduh dirinya telah mempersulit investor yang akan masuk ke daerahnya. Tuduhan itu tidak benar, karena pada prinsipnya daerah Rembang masih butuh investor.
‘’Siapa saja boleh mendirikan usaha di Rembang, asal bisa memberikan dampak positip buat daerah dan masyarakat,’’ katanya.
Dijelaskan, daerahnya punya potensi untuk menjadi daerah industri. Mengingat daerah itu memiliki banyak kekayaan. Misalnya kekayaan laut, pertambangan, kehutanan, perkebunan, pertanian, dan masih banyak lagi kekayaan yang masih terpendam.
Apa lagi, katanya, Rembang memiliki garis pantai sepanjang 63,5 kilometer. Sehingga potensi perikanannya cukup bagus, dengan jumlah kapal penangkap ikan kurang lebih 1000 unit dengan kapasitas di atas 30 gros ton dan 4000 kapal ikan dengan kapasitas di bawah 30 gros ton.
Sekarang, daerahnya sudah memiliki sebuah pelabuhan umum bertaraf nasional di wilayah Kecamatan Sluke, yakni Pelabuhan Tanjung Bonang. Keberadaan pelabuhan ini mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi wilayah, baik di tingkat regional maupun nasional.
Kemudian menyangkut potensi pertambangan, utamanya jenis galian C, dikatakan sebagian masih berupa harta karun. Seperti pasir kuarsa misalnya, ada sekitar 3.526.000 hektare (kurang lebih 137.474.000 m3). Batu Andesit, cadangannya sekitar 4.056.500 hektare (1.445.875.000 m3). Kapur 10.735.000 (2.213.500.000 m3).
Untuk mengambil kekayaan alam itu tak mungkin dilakukan sendiri oleh pemkab. Alasannya, selain membutuhkan dana yang cukup besar, untuk melakukan penambangan dibutuhkan tenaga-tenaga terampil.
‘’Itu sebabnya kami masih membutuhkan investor. Jadi salah besar kalau ada orang yang mengatakan saya mempersulit investor yang akan masuk ke Rembang,’’ tegasnya.
Diakui, sudah ada beberapa pengusaha bermodal kuat yang datang ke Rembang untuk melihat potensi yang ada. Bahkan diantaranya sudah mendirikan usaha di Rembang, seperti PT Semen Indonesia yang sudah membangun pabrik semen di daerahnya. Kemudian pengusaha asal Korea juga sudah membangun pabrik sepatu yang memiliki pakasitas tenaga kerja hingga 15 ribu orang.
Diakui, problem utama yang kini masih menjadi ganjalannya adalah soal air. Hal ini bisa terjadi, karena curah hujan di daerahnya sangat rendah. Sementara sumber air yang ada jumlahnya sangat terbatas.
Padahal, sebuah pabrik harus didukung dengan persediaan air yang cukup. Karena itu pihaknya berupaya untuk mengatasi persoalan yang bisa menghambat pembangunan di Rembang ini.
Selanjutnya, Bupati mengajak kepada semua anggota dewan, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan termasuk dari berbagai lapisan masyarakat supaya mau bersama-sama membangun daerah Rembang. Namun ditekankan agar masing-masing pihak tetap berada pada fungsi yang sebenarnya. Artinya mereka tak boleh mencampuri urusan yang sebenarnya bukan menjadi kewenangannya.(suarabaru.id/Djamal A Garhan)