JEPARA (SUARABARU.ID) – Ada yang menarik dari peringatan HUT Proklamasi Ke-76 Republik Indonesia yang digelar dalam bentuk Jagong Budaya dengan tema “Penguatan Budaya Lokal dan Jati Diri untuk Masa Depan Bangsa. Acara ini disiarkan live streaming dari Waroeng Mas Jenggo, Jinggotan, Kec.Kembang Jepara (15/8-2021).
Sebab pemantik dialog budaya ini adalah Dandim 0719 / Jepara Letkol Arh Tri Yudhi Herlambang yang membuka dialog budaya ini dengan menyanyikan Kidung Wahyu Kolosebo, yang berisi pitutur luhur para wali.
“”Kidung Wahyu Kolosebo merupakan karya sastra yang sangat dalam maknanya. Sebuah ajaran luhur Sunan Kalijaga yang isinya ajaran untuk menyerahkan diri kepada yang Maha Kuasa”, ujar Dandim setelah melantunkan kidung tersebut.
“Jika dimaknai dalam konteks kemerdekaan Indonesia, kidung Wahyu Kolosebo juga sangat relevan. “ Kalau dalam kidung tersebut kita merdeka dari belenggu setan, kini kita harus terus berjuang mempertahankan kemerdekaan dan memohon ridlo Allah agar kita terbebas dari roh-roh jahat yang gentayangan untuk merusak dan memecah belah bangsa” ujar Tri Yudhi Herlambang.
Salah satu persoalan yang kita hadapi bersama adalah Covid-19. “Percayalah bahwa pemerintah melalui kebijakannya, ingin melindungi dan menyelamatkan warganya,” tambahnya.
Di tengah dialog, talen penyanyi muda Jepara yang telah menyabet juara sejumlah kompetisi tingkat regional dan nasional, Norina Fabrillia Rosa membawakan lagu Merah Putih yang pernah dinyanyikan oleh Gombloh. Ia juga finalis olimpiade Seni, Bahasa dan Budaya.
Sedangkan pecipta lagu, Ki Heni Gondo Pawiro membuka penampilannya dengan lagu berjudul Menep Ing Rasa yang memang mampu mengharu biru rasa.
Dalam dialog budaya yang dipandu tuan rumah Waroeng Mas Jenggo, Didin Ardiyansah ini, para narasumber kemudian membahasnya dalam berbagai perpektif pemikiran. Ada 5 narasumber yang berbicara dalam dialog budaya ini.
Mereka adalah Fachrudin (budayawan), Ki Hendro Surya Kartika (Ketua Pepadi), Murniati ( Ketua Pusat Studi Kalinyamat Unisnu Jepara ), Ahmad Saefudin (Ketua Pusat Studi Aswaja Unisnu Jepara) serta Hadi Priyanto (Penulis).
“Pengembangan kebudayaan dalam persaingan global berlu dilakukan dengan sungguh-sungguh dan terencana dengan baik. Karena itu harus ada peta jalan dan stretegi yang jelas dan terukur,” ujar Fachrudin yang lebih dikenal dengan sapaan Brodin.
Sedangkan Murniati mengingatkan tentang era Megatren yang telah mulai memasuki Indonesia dengan ditandai teknologi 5 G. “Ini merupakan terobosan terbaru sebagai kekuatan global mengantikan 4G. Jika kita tidak memiliki kekuatan untuk memanfaat teknologi ini, maka dampak besarnya akan kita rasakan di bidang ekonomi, politik dan sosial,” ujar Murniati.
Sementara Ahmad Saefudin mengingatkan, budaya akan selalu berkembang pesat mengikuti arus teknologi.”Saat ini kita memasuki tahapan teknopoli yaitu saat teknologi telah memonopoli seluruh aspek kehidupan. Karena itu kita harus bersiap menghadapinya dan memanfaatkannya,” tutur Saefudin.
Pada bagan lain Hadi Priyanto menilai, nilai-nilai kearifan lokal seperti yang terkandung dalam Kidung Kalaseba harus terus dilestarkan. “Dengan kekuatan budaya lokal itulah kita mampu bertahan dari gempuran budaya asing dalam peperagan global,” tambah Hadi.
Hal senada juga disampaikan Ki Hendro Surya Kartika. Ia mengajak semua fihak, termasuk masyarakat untuk terus nguri-uri budaya bangsa sebagai bentuk kesediaan kita untuk melanjutkan perjuangan para pendiri bangsa.
Pada awal acara, Petinggi Jinggotan Sholikhin juga menyampaikan sekapur sirih pembuka acara. Sementara pada akhir acara, Ki Heni menutup dengan lagu karyanya berjudul Mbabar Tresna yang dikolaborasikan dengan pembacaan puisi oleh Burhan dari Lesbumi Jepara
Acara ini diselenggarakan Yayasan Kartini Indonesia, Lesbumi, Yayasan Marga Lagit, Lembaga Pelestari Sejarah dan Budaya Jepara, Forum Penulis Jepara, Waroeng Jenggo serta didukung oleh Dispartabud dan Diskominfo Jepara. Hadir pada acara ini Ketua Lesbumi Jepara, Ngateman yang juga dikenal sebagai seniman dan pegiat budaya Jepara.
Ulil Abshor – Alvaros