JEPARA (SUARABARU.ID) – Dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Universitas Islam Nahdlatul Ulama ke-30, maka digelar webinar nasional bertajuk “Pancasila dan Reaktualisasi Peran Keulamaan di Era Pandemi (13/8-2001). Kegiatan dibuka oleh Rektor Unisnu Jepara, Dr. H. Sa’dullah Assa’idi, M.Ag .
Sedangkan keynote speaker webinar nasional ini , Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D, selaku Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila dan narasumber, KH. Yahya Cholil Staquf, Katib Aam PBNU. Sementara moderator adalah Ahmad Saefudin, S.Pd.I., M.Pd.I, Kepala Pusat Studi Aswaja An-Nahdliyyah Unisnu Jepara.
Dalam paparannya KH. Yahya Cholil Staquf, Katib Aam PBNU mengungkapkan, bangsa Indonesia harus meneruskan memperjuangkan Pancasila di tengah-tengah peradaban global sesuai dengan nilai dan definisi Pancasila itu sendiri. “Ini harus diperjuangkan bersama di tengah pergulatan global yang sarat dengan kompetisi nilai-nilai budaya yang berbeda,” tegasnya.
Oleh sebab itu menurut KH. Yahya Cholil Staquf dibutuhkan mekanisme yang adil untuk semua pihak. Sehingga kalau sampai terjadi pada satu titik para penguasa platform digital mengendalikan arus pertukaran informasi yang tidak adil kita memiliki daya tahan yang kokoh.
Menurut Yahya, fenomena mengabaikan nilai-nilai budaya bangsa kita bisa saja terjadi. “Namun untungnya kita punya tradisi keulamaan. Perlunya membawa diskursus ulama kepada tradisi. Ulama tidak hanya sebagai pengemban karakter intelektual tapi juga tanggungjawab kepemimpinan sosial, termasuk menghindarikan umat agar tidak terjebak platform digital yang kontra produktif dengan nilai-nilai bangsa. Ini tradisi khas nusantara,” tandasnya.
Disini ada kepentingan reaktualisasi peran keulamaan dalam riayatul ummah supaya umat tidak sepenuhnya terjebak dalam jejaring platform-platform digital yang dikuasai oleh segelintir orang.
Refleksi ini penting setelah adanya pandemi yang berkepanjangan. Ini jadi pertaruhan besar bagi Indonesia dan juga peradaban global di masa depan. Ridho pada takdir jadi acuan. “Pandemi ini bukan hanya musibah tapi rahmah. Mungkin bisa saja terjadi adanya bahaya besar yang akan datang namun terhambat pandemi,” tegasnya.
Sementara Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, M.A., Ph.D mengungkapkan keyakinannya, bahwa Allah SWT mengatur kosmos dan kosmis. “Karena itu sudah seharusnya kita menyikapi Covid – 19 itu bagian dari ketakwaan. Inilah sunatullah. Virus Ini makhluk Allah yang didelegasikan ke alam,” tegasnya.
Karena itu Yudian Wahyudi mengaku prihatin, sampai saat ini masih saja ada tokoh agama yang membenturkan sunatullah dengan nafilah. Akibatnya masih menentang dan tidak percaya bahwa Covid-19 itu nyata ada.
“NU punya kekuatan paling besar untuk menghalau Covid, bisa melalui istighosah, mujahadah, berdoa berjamaah bersama-sama dan melakukan protokol kesehatan dengan benar. Ini merupakan keteladan spiritual untuk menangani wabah yang terjadi saat ini,”ungkap Yudian.
Rektor Unisnu Jepara, Dr. H. Sa’dullah Assa’idi, M.Ag saat membuka webinar nasional ini mengungkapkan harapannya, aktualisasi Pancasila harus terus melekat di dalam sanubari warga Indonesia khususnya warga NU, agar nilai-nilai yang terkandung didalamnya dapat menjadi pemersatu masyarakat Indonesia yang beragam.
“Karena itu Pancasila harus menjadi penengah. Disinilah letak peran pentingnya ulama untuk membahasakan Pancasila guna memperkuat persatuan bangsa,” ujar Rektor Unisnu Jepara, Dr. H. Sa’dullah Assa’idi, M.Ag. Karena itu yang perlu kita hindari adalah hegemoni politik terhadap Pancasila itu.
Tujuan seminar nasional ini menurut ketua paitia kegiatan, Dedi Merisa, S.H.I adalah untuk memperoleh masukan model sinergi antara jam’iyyah, jami’ah, dan jama’ah Nahdlatul Ulama untuk mewujudkan kader-kader berkualitas.
“Selain itu juga untuk memperkuat eksistensi jejaring UNISNU Jepara sebagai kampusnya warga NU dan memperkuat hubungan silaturahim, komunikasi, dan interaksi antar sivitas akademika Unisnu Jepara dengan masyarakat ,” tandas Dedi Merisa.
Alvaro