Tantangan Program Digitalisasi Sekolah Kemendikbud
Oleh : Meilan Arsanti
NADIEM Makarim, Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, dalam kuliah Umum Merdeka Belajar 2021 melalui kanal Youtube menyampaikan tentang program digitalisasi sekolah.
Program yang sangat bagus untuk mengejar ketertinggalan pendidikan Indonesia dengan negera lain.
Program tersebut juga sangat relevan dengan kondisi Indonesia yang masih dalam situasi pandemi sampai saat ini.
Akan tetapi, sebelum ke Program Digitalisasi Sekolah tersebut, ada beberapa hal penting yang perlu mendapat perhatian khusus terkait sarana dan prasarana sekolah terutama sekolah di daerah pedalaman Indonesia.
Media kerap menyoroti kisah-kisah seputar kondisi guru, siswa, hingga kondisi sekolah. Bahkan banyak pula yang menyoroti akses menuju ke sekolah terutama pada saat memperingati Hari Pendidikan Nasional.
Seperti yang pemaparan kisah oleh Ismi Nindya Prihatiningtyas, S.Pd.Gr. guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP N Matpunu, Desa Taneotob, Kec. Nunbena, Kab. Timor Tengah Selatan.
Bu Tyas, panggilan khusus dari siswa-siwanya, harus menempuh sekitar 4 jam dari kota ke sekolah menggunakan motor. Selama perjalanan Bu Tyas harus melewati 4 sungai besar yang tanpa fasilitas jembatan.
Jika musim panas sungai tersebut masih bisa untuk lewat sepeda motor karena kering, tetapi jika musim hujan sungai tersebut banjir, motor praktis tidk bisa lewat. Agar tetap bisa sampai ke sekolah Bu Tyas harus memutar melewati daerah Lelogama yang membutuhkan waktu 6-7 jam perjalanan.
Melihat kondisi tersebut akhirnya sekolah, orang tua siswa bekerja sama dengan komite membuat mess sederhana untuk para guru yang mengajar di sekolah tersebut termasuk untuk Bu Tyas.
Akses Menuju ke Sekolah : Jalan dan Jembatan
Banyak guru-guru mengalami kisah seperti Bu Tyas, khususnya yang mengajar pada daerah terpencil yang fasilitas sarana dan prasarana sekolah termasuk akses menuju ke sekolah belum tersentuh pemerintah.
Bu Tyas masih cukup beruntung karena sekolah tempat beliau mengajar sarana dan prasaranya sudah cukup memadai dengan memanfaatkan dana BOS dari pemerintah. Hanya saja menurutnya masih kekurangan ruang kelas karena tidak sesuai dengan jumlah siswa di sekolah tersebut.
Perjuangan terberat Bu Tyas adalah ketika perjalanan panjang menuju ke sekolah karena harus melewati jalan dan sungai yang belum dibangun jembatan. Hal inilah yang menjadi harapan Bu Tias kepada pemerintah agar akses menuju ke sekolahnya segera tersedia fasilitas jalan dan jembatan untuk memudahkan mobilisasi para guru, siswa, dan penduduk sekitar.
Pembangunan akses jalan dan jembatan tersebut tentu akan sangat mendukung peningkatan kualitas pendidikan dan perekonomian warga.
Banyak Gedung Sekolah yang Tidak Sesuai Spesifikasi
Selama ini sarana dan prasarana sekolah kerap menjadi sorotan terutama jika terdapat kasus. Beberapa waktu lalu terdapat kasus gedung sekolah yang ambruk baik karena faktor usia, bencana, maupun dar faktor pengelolaannya.
Sebagai contoh pada tahun 2019 gedung SD Gentong Pasuruan Kota ambruk karena konstruksi tidak sesuai spesifikasi. Dari hasil penyelidikan Labfor Mabes Polri cabang Polda Jatim menemukan beberapa bahan bangunan tidak sesuai dengan standar (suaramerdeka.com).
Kasus tersebut seharusnya menjadi catatan tersendiri terkait manajemen sarana dan prasarana sekolah baik oleh sekolah itu sendiri maupun pemerintah sebagai penyandang dana.
Ketersediaan Buku-Buku Pelajaran di Sekolah
Selain masalah gedung sekolah yang ambruk, banyak juga sekolah yang masih kekurangan buku-buku pelajaran khususnya sekolah di darah pedalaman. Padahal buku-buku pelajaran tersebut sebagai sumber belajar siswa.
Mengutip dari berita di Tribunnews.com bahwa Bu Sumiati, salah satu guru di Pulau Sebatik, Nunukan, Kaltim mengungkapkan, hingga kini mereka masih kekurangan buku-buku penunjung pelajaran yang benar-benar dibutuhkan untuk pembelajaran para siswa saat ini.
Sebatik adalah daerah perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia yang sering diklaim negeri jiran tersebut menjadi wilayahnya.
Jaringan Internet dan Perangkatnya
Masalah lain yang harus mendapat perhatian pemerintah sebelum melaksanakan program digitalisasi sekolah adalah ketersediaan jaringan internet dan perangkatnya. Jika sekolah di daerah perkotaan tentu saja hampir tidak ada yang bermasalah dengan hal tersebut.
Lain halnya dengan masalah yang ada di daerah pinggiran dan pedalaman. Hal ini sudah menjadi perbincangan hangat terutama pada awal pandemi Maret 2020 lalu karena pembelajaran terlaksana dengan sistem online yang membutuhkan jaringan internet dan perangkatnya.
Ketersediaan jaringan internet dan perangkatnya ini juga harus benar-benar mendapat perhatian oleh pemerintah untuk mewujudkan program digitalisasi sekolah sesuai gagasan oleh Mas Mentri.
Peningkatan SDM Guru
Terakhir, masalah yang juga harus mendapat perhatian dari pemerintah adalah SDM guru sekolah. Hal tersebut karena tidak semua guru memiliki keahlian IT yang bagus terutama guru-guru yang sudah senior.
Selain keahlian mengajar, guru sangat membutuhkan keahlian IT untuk melaksanakan program digitalisasi sekolah. Oleh karena itu, pemerintah harus meningkatkan SDM guru sebelum peluncuran program digitalisasi sekolah.
Beberapa masalah yang telah diuraikan terkait sarana dan prasarana sekolah tersebut sebaiknya diselesaikan duhulu oleh Pemerintah karena saling berkaitan.
Progam Digitalisasai Sekolah akan kurang maksmial jika terkendala oleh masalah-masalah tersebut.
Dengan demikian, untuk mendukung Program Digitalisasi Sekolah Pemerintah harus membangun sarana dan prasarana penunjang terlebih dahulu.
Pemerintah sebagai pemangku kebijakan dan penyandang dana akan dibantu sekolah sebagai pelaksana manajemen sarana dan prasarana tersebut. (Penulis : Meilan Arsanti/Dosen PBSI, FKIP, Unissula dan Mahasiswa IPB S-3 Pascasarjana Unnes)
Suarabaru.id