blank
Dewan juri lomba video saat menilai karya para peserta dari berbagai daerah, (Dok PWI Kota Magelang)

MAGELANG (SUARABARU.ID) – Video kreatif berjudul ‘Tersembunyi’ ditetapkan dewan juri menjadi video terbaik pertama dalam lomba video yang diselenggarakan PWI Kota Magelang.

Lomba yang diadakan selama bulan Maret 2021 dalam rangka memperingati HPN 2021 dengan tema ‘Prokes dan Kebangkitan Ekonomi’.

Video karya tim kreatif Ruang Jeda asal Ngaglik, Pancurwening, Wonosobo ini menyisihkan puluhan peserta yang datang dari berbagai daerah di Indonesia. Peserta tidak hanya berasal dari Pulau Jawa, tetapi ada juga dari Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

’’Total ada 53 karya yang dikirimkan ke panitia sampai batas akhir pengiriman 31 Maret lalu. Asal peserta yang beragam menandakan lomba yang kita adakan disambut sangat antusias dan tidak menyangka bisa diikuti sebanyak itu, karena memang baru perdana diadakan,’’ ujar Koordinator Lomba, Asef F Amani.

Dari catatan sinopsis pengirim, video ‘Tersembunyi’ bercerita tentang kehidupan Bayu, pelajar SMA yang bapaknya seorang security dan ibunya hanya ibu rumah tangga. Ayah Bayu baru saja terkena PHK, padahal menjadi tulang punggung keluarga.

Sekolah Bayu yang biasanya secara tatap muka, sekarang diganti dengan sistem daring/online. Suatu hari kuota internet Bayu habis, dan dia hendak meminta uang kepada orang tuanya.

Tetapi kedua orang tuanya sama sekali tidak punya uang untuk membeli kuota internet. Bayu pun mendengar percakapan kedua orang tuanya di saat  sedang membuat teh.

Bayu menuju ke ruang belajar. Dia tidak tega mau minta uang, karena orang tuanya sedang tidak punya. Di pojok ruang belajarnya, Bayu menemukan mesin jahit yang terbengkalai selama beberapa tahun.

Dulu ibu Bayu adalah seorang penjahit, ia berhenti menjahit karena mesin jahitnya rusak, Bayu pun mencoba menyervice mesin jahit tersebut.

‘’Setelah diservis, ternyata mesin jahit itu bisa di gunakan lagi, dan ibunya bisa menjadi tukang jahit seperti dulu lagi. Perlahan, kehidupan keluarga Bayu pun bangkit kembali dari keterpurukan,’’ ujar Asep.

Yang menjadi juara kedua lomba ini, lanjutnya adalah Imam Satrio dengan karya berjudul ‘Satu Hari di Malioboro’. Peserta asal Mejing Wetan, Gamping, Sleman Yogyakarta ini mengusung cerita perjalanan di Malioboro saat pandemi Covid-19. Dia merekam segala aktivitas yang ada di jantung Kota Yogyakarta itu.

Juara ketiga diraih peserta asal Magelang yang membuat karya berjudul ‘Anak Kos’. Seperti judulnya, video ini bercerita seputar kehidupan anak kos yang sempat tidak bisa membayar uang sewa, karena pekerjaan sedang seret.

‘’Anak kos dalam film itu diceritakan bangkit dari keadaan dengan cara berjualan aneka jenis makanan produksi UMKM. Perlahan usahanya sukses dan mereka pun bisa mbayar uang kos,’’ terang Asef.

Menurut Freddy, salah satu dewan juri lomba ini, ketiga juara memang pantas menjadi yang terbaik. Sebab, dari isi film atau video sudah sesuai dengan tema.

‘’Penilaian lainnya dari ide, semiotika film, teknik dan sebagainya. Dibandingkan peserta lain, ketiganya yang terbaik. Hal ini bukan berarti karya peserta lain kurang baik, tapi itulah yang kami cari dari lomba ini,’’ jelasnya.

Sebelum menentukan tiga pemenang, imbuh Freddy, dewan juri memilih 10 karya terbaik yang langsung ditayangkan di kanal YouTube PWI Kota Magelang.

Dari 10 karya terbaik itulah dipilih tiga pemenang untuk mendapatkan hadiah berupa piala eksklusif, piagam, voucher hotel bintang empat dan uang pembinaan masing-masing Rp 1,5 jt, Rp 1 jt, dan Rp 750.000.

‘’Melalui lomba ini kami harap menjadi penyemangat teman-teman pembuat film untuk terus berkarya di tengah pandemi. Sekaligus menjadi penyemangat masyarakat bahwa, kita pasti bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19 ini,’’ harapnya.

 

Doddy Ardjono