SEMARANG – Film Denias Senandung di Atas Awan yang lagi diputar di EPlaza , Sabtu (13/4) menjadi tontonan sekitar 150 anak dan orang tua yang dikoordinasi oleh Dinas Sosial Kota Semarang. Acara wisata edukasi untuk anak-anak dan orang tua keluarga rentan itu, sebelumnya diisi dengan diskusi terkait pengasuhan di lingkungan keluarga, dengan tema “Menjadi Hebat dengan Keluarga Ramah Anak”.
Ayu Entys Wahyu Lestari,Plt Kepala Dinas Sosial Kota Semarang, mengatakan perlu memberikan pendampingan pada keluarga rentan untuk mewujudkan pengasuhan ramah anak.
“Anak-anak akan nyaman berada di rumah dan tidak turun ke jalan. Kegiatan ini diharapkan bisa memberikan pengetahuan kepada orang tua untuk tidak melakukan kekerasan dalam pengasuhan sehari-hari,” katanya.
Sejak tahun 2018 Dinas Sosial Semarang mengembangkan program konseling individu untuk anak-anak yang berada dalam situasi rentan termasuk rentan turun ke jalan. Sebanyak 50 anak yang diberikan layanan konseling, mengalami kekerasan dari orang tua atau pengasuh mereka.
“Tahun 2019 sampai bulan Maret , 90 persen dari 82 anak yang diberikan layanan konseling masih mendapatkan kekerasan baik di rumah, atau pun di sekolah,” katanya.
Dalam kesempatan ini, istri Wali Kota Semarang, Krisseptiana Hendrar Prihadi, sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Kota Semarang menghargai dan menyambut baik kegiatan positif ini mengingat masih banyak terjadi kekerasan pada anak karena pelbagai sebab.
Sementara, Tsaniatus Solihah, Direktur Pendidikan Yayasan Anantaka sebagai narasumber memberikan materi tentang pengasuhan ramah anak.
Pelayanan Dasar
Dikatakan Tsaniatus Solihah, seperti yang tertuang dalam PP No 44 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pengasuhan Anak, yang dimaksud dengan pengasuhan anak adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan kasih sayang, kelekatan, keselamatan, dan kesejahteraan yang menetap dan berkelanjutan demi kepentingan terbaik bagi anak.
Tujuan dari pengasuhan anak yaitu terpenuhinya pelayanan dasar dan kebutuhan setiap anak akan kasih sayang, kelekatan, keselamatan, kesejahteraan dan hak-hak sipil anak, serta diperolehnya kepastian pengasuhan yang layak bagi setiap anak.
“Masih banyak anak – anak yang tidak berada pada pengasuhan layak anak. Kekerasan masih banyak terjadi baik secara fisik ataupun psikis bahkan seksual di lingkungan keluarga,” tambah Tsaniatus.
Mengutip data dari Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Provinsi Jawa Tengah, tahun 2018 terjadi 239 kasus kekerasan pada anak di Kota Semarang yang meliputi kekerasan fisik 74 kasus, kekerasan psikis 86 dan kekerasan seksual 79 yang pelakunya adalah orang terdekat
Penyebab terjadinya kekerasan karena faktor ekonomi, budaya yang sudah turun termurun, pendidikan dan juga ketidak tahuan dari masyarakat tentang kekerasan itu sendiri.
Mereka masih beranggapan bahwa mereka mempunyai hak sepenuhnya sebagai orang tua untuk memperlakukan anak-anak nya sesuai dengan keinginan mereka termasuk dengan kekerasan.
suarabaru.id/Humaini