KEBUMEN (SUARABARU.ID) – Salah satu masjid yang setiap Ramadan memiliki tradisi pengajian khusus adalah Masjid Bani Ahmad di Jalan Kolopaking dan Jalan Kusuma, Kebumen.
Awalnya masjid ini bertahun-tahun kurang bisa dipandang karena tak memilki pintu utama masuk. Pintu utama di Jalan Kusuma, sedangkan pintu terobosan ada di kompleks kios Pasar Tumenggungan alias Jalan Kolopaking. Namun pintu utamanya tertutup pertokoan di Jalan Kusuma.
Para takmir dan jamaah gigih berupaya memiliki akses jalan sehingga saat ini telah bisa dibuka pintu utama di Jalan Kusuma. Kini Masjid Bani Ahmad semakin megah dan nyaman untuk beribadah.
Setelah sempat ditutup karena pandemi Covid-19, pada Ramadan 1442 H ini Takmir Masjid Bani Ahmad kembali menggelar Syiar Ramadan dengan pengajian bagi pedagang dan jamaah umum. Tentu dengan penerapan protokol kesehatan.
Uniknya pengajian di Masjid Kolopaking ini dibagai menjadi tiga sesi atau “kloter”. Sesi pertama pengajian bakda Subuh biasanya diikuti jamaah masjid. Kloter kedua pengajian bagi pedagang dan jamaah umum pada Pukul 10.00. Sesi ketiga mengambil waktu sehabis Zuhur sebelum Ashar dimulai Pukul 14.00.
Yang menarik dan khas karena para pedagang Pasar Tumenggungan sebagai mayoritas jamaah bisa memilih waktu pengajian pada jam 10.00 atau Pukul 14.00 secara bergantian. Pengisi materi yang memberi tausiyah juga kombinasi ulama kiai sepuh serta intelektual bergelar S2 dan S3 dan diselingi dialog interaktif.
Deretan pemberi materi pengajian KH AhmadaSujangi, Kiai Nur Fauzan SPdI, Dr HM Bahrul Ilmie SAg MHum, KH Ali Mu’in Amnur Lc MPd, Drs Abdul Hamid Al Faridz MPdI, H Mahfudz, Kiai Johan Amru Al Khafid, H Robert Rizal NA SSos, M Kahfi, H Amad Museni Lc. Kemudian Dr Sudadi MPdi, Kiai Faisol SAg MAg dan Dr H Moch Slamet Yahya MAg.
Seperti pada Kamis (15/4) siang sekitar Pukul 10.15, pengajian rutin Ramadan di Masjid Bani Ahmad Kolopaking sudah dimulai. Pengisinya KH Ahmad Sujangi, imam masjid. Jamahanya selain pedagang perempuan dan lelaki juga warga di luar pedagang.
H Santoso SPd (75), pensiunan guru warga Desa Karangtanjung, Kecamatan Alian, ini rajin ikut pengajian dengan naik sepeda.”Kecuali Puasa tahun lalu, setiap Ramadan saya usahakan datang di pengajian Masjid Kolopaking,”ujar pria tersebut.
Murni dari Jamaah
Menurut Ketua Takmir Masjid Bani Ahmad Kolopaking Dr HM Bahrul Ilmie SAg MHum, dirinya meneruskan amanat tarmir sebelumnya yang telah menata dan merenovasi masjid dengan sangat baik. Bahkan renovasi masjid dengan anggaran sekitar Rp 3 miliar, murni berasal dari jamaah.
Kiai Bahrul yang juga dosen Syariah di IAINU Kebumen menuturkan, kadang material bangunan mulai semen, graniti hingga besi datang sendiri tanpa takmir tahu siapa pengirimnya. Sedangkan rata-rata pendapatan infaq per minggu Rp 5-6 juta.
“Jamaah kami utamanya para pedagang Pasar Tumenggungan yang rutin jadi jamaah Shalat Subuh, Duhur dan Ashar. Seringkali besi, semen, granit datang entah dari siapa tidak mau disebut namanya,”ungkap pria lulusan S3 UII Yogyakarta itu.
Bahrul menambahkan, saat ini renovasi masih berlanjut dengan pengecatan kubah menara dan kubah utama serta penerangan memberi lampu kompleks masjid.
Secara terpisah tokoh masyarakat yang juga jamaah Masjid Bani Ahmad sekaligus arstitek renovasi Masjid Bani Ahmad di utara Pasar Tumenggungan H Miftahul Ulum mengakui, sumber dana untuk renovasi masjid semua murni dari jamaah.
Miftahul Ulum yang juga anggota DPRD Kebumen dari PKB itu menerangkan, anggaran renovasi tahap pertama sekitar Rp 3 miliar. Tahap kedua sekitar Rp 1 miliar-Rp 2 miliar. Dana tersebut belum termasuk rencana renovasi masjid yang asli yaitu bangunan kecil sebelah selatan dan asrama pondok.
Komper Wardopo