SALATIGA – Panglima Santri Gayeng yang juga Wakil Gubernur Jateng Gus Taj Yasin Maemoen menyebut, pesantren dan santri harus mengenal politik. Karena sudah waktunya keberadaan pesantren di tengah-tengah negara.
Hal ini disampaikan Gus Taj Yasin Maemoen saat menjadi penceramah utama dalam agenda Ngaji Politik sekaligus Konsolidasi Santri Gayeng Kabupaten Semarang -Salatiga (Semar-Saga) di Ponpes Pancasila, Salatiga, Sabtu (6/4).
Kegiatan tersebut dihadiri kurang lebih 1.000 jamaah. Tampak pula beberapa tokoh agama di antaranya Ahmad Muqowam dan Ahmad Syukur. Gus Yasin mengungkapkan, keberadaan pesantren bersama pendidikannya saat ini jangan tertinggal dengan lembaga pendidikan dari beragam keilmuan yang ada.
“Santri jangan hanya di dalam pesantren saja. Tapi harus memiliki pengetahuan luas termasuk dalam berpolitik,” kata Gus Taj Yasin Maemoen.
Bagaimana pendidikan pesantren bisa beriringan dengan pendidikan lainnya, dinilainya, sudah saatnya keberadaan pesantren di tengah-tengah negara, ditengah-tengah kota, santrinya pun jangan hanya di dalam pesantren saja.
Gus Taj Yasin menilai, negara dengan agama harus bersanding. Dan di negara Indonesia yang mayoritas muslim, harus bisa disandingkan antara negara dengan agama. “Harus berjalan seirama. Kita tidak menuntut orang-orang di dalam negara itu bisa kita atur, tidak. Tapi sebisa mungkin mereka yang mengetahui dan memiliki keinginan agama kuat dan tahu agama harus ada di dalamnya. Tidak sebatas ngongkon thok, tidak. Biar negara diurus si A, saya tak ngurus Agama, sekarang tidak lagi bisa seperti itu,” ungkapnya.
Sementara, ditemui terpisah Wirojoyo Ketua Santri Gayeng Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga menambahkan, Santri Gayeng sepakat ndherekaken sayidina.
“Sekaligus, dalam momen Pilpres yang dalam hitungan hari ke depan ini kita akan memenangkan pasangan Jokowi dan Ma’aruf,” terang Wirojoyo kepada wartawan.
Disebutkan dia, kegiatan Santri Gayeng ini merupakan tindak lanjut dari momen sejenis yang ada di pusat yang dikomandoi Panglima Santri Gus Yasin langsung. Dalam Santri Gayeng, lanjutnya, disepakati juga memenangkan PPP serta memberi contoh politik yang santun serta menjaga keutuhan NKRI.
Ia beranggapan, adanya perbedaan adalah satu rahmat, dan kebhinekaan adalah satu kekayaan Nusantara.
“Saat ini melihat kondisi perpolitikan yang ada, santri harus bisa menyusung tanpa memecah dengan berdemokrasi berpolitik yang santun. Agama tidak bisa lepas dari negara dan negara sendiri juga tidak bisa lepas dari agama,” ujarnya.
Suarabaru.id/Erna