blank

SEMARANG – Tim pengabdian masyarakat Fakultas Kedokteran Unissula mengadakan pelatihan pembuatan sabun dari minyak jelantah di RT 3 RW 1 Kelurahan Kalicari yang dilaksanakan 6 Desember 2020. Mereka adalah dr Ulfah Dian Indrayani MSc, dr Susilorini MSi Med SpPA, serta dr Kamilia Dwi Utami Mbiomed. Pelatihan diikuti oleh kader rumah belajar bermain inspiratif dan kreatif (Rubbik) dan PKK RT.

Pada pelatihan ini, peserta diberikan materi tentang dampak negatif minyak jelantah untuk kesehatan maupun untuk lingkungan, potensi pemanfaatan minyak jelantah untuk pembuatan sabun cuci pakaian serta praktek pembuatan sabun cuci berbahan minyak jelantah.

Menurut Ulfah Dian Indrayani proses pembuatan sabun diawali dengan proses pemurnian minyak menggunakan arang panas kemudian didiamkan selama 24 jam, selanjutnya disaring untuk memisahkan minyak dari arang.

Bahan yang digunakan berupa 500 gram minyak jelantah, 74 gram soda api serta 192 gram air serta ekstrak daun serai (64 gram daun serai diblender dengan 30 ml air). Setelah proses penjernihan maka minyak dicampurkan dengan larutan soda api dan ekstrak daun serai, lalu diaduk hingga trace. Setelah mencapai keadaan trace campuran bisa dicetak dan didiamkan selama 2-4 minggu agar penyabunan berjalan sempurna.
“Minyak jelantah sebanyak 500 gram (setara dengan 0,4 liter) bisa dicetak menjadi 10 batang sabun padat. Sabun dari minyak jelantah ini bisa digunakan untuk mencuci pakaiaan, namun jangan digunakan untuk sabun mandi”, ungkap Ulfah.

Masih menurut Ulfah pemanfaatan minyak jelantah untuk sabun cuci merupakan salah satu alternatif upaya untuk meningkatkan nilai ekonomi limbah minyak goreng dan yang paling penting adalah dapat mengurangi pencemaran lingkungan.

Minyak goreng merupakan salah satu bahan pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat. Minyak goreng digunakan berulang akan meningkatkan kandungan asam lemak jenuh yang merugikan kesehatan manusia. Minyak goreng biasanya digunakan untuk 1-3 kali penggorengan, dan setelah itu akan menjadi limbah minyak goreng atau disebut sebagai minyak jelantah.

Sebuah hasil penelitian menunjukkan rata-rata penggunaan minyak goreng di rumah tangga sekitar 1 liter per minggu dan 60% nya akan menjadi limbah berupa minyak jelantah. Jika dalam satu lingkungan RT ada sekitar 30 keluarga, maka setiap minggu ada potensi limbah minyak goreng sebesar 18 liter. Sayangnya, mayoritas masyarakat masih membuang minyak jelantah melalui selokan.

Pembuangan minyak ke selokan dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan yaitu akan menyebabkan tersumbatnya pipa air, jika minyak terbawa ke perairan maka dalam jangka waktu tertentu dapat menyebabkan matinya kehidupan di perairan karena adanya lapisan lemak yang menutupi permukaan air akan menghalangi masuknya sinar matahari dan oksigen ke perairan.

Salah satu faktor yang menyebabkan perilaku membuang minyak jelantah ke selokan adalah pengetahuan yang kurang tentang dampak negatif minyak jelantah pada lingkungan maupun tentang cara mendaur ulang minyak jelantah menjadi produk yang bermanfaat dan ramah lingkungan. Salah satu produk daur ulang minyak jelantah yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomis adalah sabun cuci.