MAGELANG (SUARABARU.ID) – Ratusan warga Dusun Babadan 19 Desa Paten, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, kembali mengungsi, menyusul peningkatan aktivitas Gunung Merapi. Proses evakuasi bagi warga rentan, lansia, anak-anak dan ibu hamil dilakukan hari ini Selasa (5/1/2021) siang.
Evakuasi dilakukan karena Gunung Merapi aktivitasnya semakin naik dengan signifikan sehingga masyarakat diharapkan kembali ke tempat pengungsian.
Proses evakuasi melibatkan personel TNI Kodim 0705/Magelang, BPBD Kabupaten Magelang, Polri, dan relawan.
Sebelumnya warga sudah diberikan sosialisasi dan pengarahan dari petugas. Setelah berada di titik kumpul, warga diangkut menggunakan puluhan kendaraan menuju Tempat Evakuasi Akhir (TEA) Kantor Desa Banyurojo, Mertoyudan.
Iring-iringan kendaraan pengungsi terdiri dari truk Kodim 0705/Magelang, ambulans, dan mobil relawan. Proses evakuasi berjalan lancar, tidak ada kepanikan warga saat mereka harus kembali ke lokasi pengungsian.
Danramil 15 Dukun Kapten Kav Winarto dan Camat Dukun Amin Sudrajat Sudrajat turut hadir dalam proses evakuasi penduduk rentan.
Menurut Camat Amin Sudrajat, sebelumnya, warga sempat mengungsi di Banyurojo. Namun karena merasa jenuh mereka kemudian memilih pulang ke rumah. Pada 14 Desember 2020 warga kembali ke kampung halamannya.
Sesuai rekomendasi BPPTKG dalam status Siaga Merapi potensi bahaya berada di radius lima kilometer. Wilayah Kecamatan Dukun ada tiga desa yang terdiri dari sembilan dusun yang harus diungsikan.
Danramil Dukun Kapten Winarto mengatakan, pihak Kodim 0705/Magelang mengerahkan tiga kendaraan angkut untuk memperlancar proses evakuasi warga.
“Sesuai petunjuk pimpinan, Kodim Magelang menurunkan tiga kendaraan untuk proses evakuasi,” kata Kapten Winarto di lokasi titik kumpul Dusun Babadan, Desa Paten.
Sementara, salah satu warga Babadan 1, Nur (26) mengungkapkan saat ini mengungsi lagi karena ada rasa khawatir terhadap peningkatan aktivitas Gunung Merapi.
Ia mengungsi bersama orang tua dan kedua anaknya yang masih balita. Bahkan menurutnya, peningkatan Merapi itu juga sering terdengar suara gemuruh.
“Takut karena suara Merapi kami ke pengungsian Banyurojo lagi,” ujar Nur seraya menata bekal keperluan selama mengungsi.
Eko Priyono