blank
Audiensi publik yang dilkakukan di DPRD Jepara terkait dengan pembangunan Taman Budaya Jepara

JEPARA (SUARABARU.ID)- Keinginan  Bupati Jepara untuk membangun taman budaya tahun 2021 dengan nilai   sebesar  Rp 125 Miliar, mendapatkan perhatian khusus dewan.  Hingga saat membahas KUA PPAS tahun  2021,  ajuan tersebut belum disetujui dan juga belum ditolak. Pembangunan taman budaya ini direncanakan beberapa tahun.

“Kami ingin meminta pendapat seniman budayawan dan juga pemangku kepentingan lain, termasuk akademisi” ujar Plt Ketua DPRD Junarso saat membuka public hearing dengan seniman budayawan dan organisasi keagamaan dan ormas lain, Kamis (8/10-2020).  Junarso didampingi dua wakil Ketua DPRD Pratikno  dan Nuriddin Amin serta Ketua Komisi C Nur Hidayat. Sementara dari ormas keagamaan hadir perwakilan dari NU dan Muhamdiyah.

Iskak Wijaya, budayawan Jepara yang pertama kali menyampaikan pendapatnya  menyampaikan pentingnya pembangunan taman budaya bagi sebuah daerah yang memiliki potensi seni seperti Jepara. Juga sejarah perjalanan peradabannya yang sangat panjang. “Pelibatan seniman budayawan dalam semua proses sangat penting,” ujar Iskak Wijaya.

Ia juga menjelaskan orientasi utama pembangunan taman budaya Jepara adalah untuk pengembangan seni budaya dan juga  penguatan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Namun demikian, pembangunan taman budaya tersebut harus dibarengi penyiapan SDM pengelola yang simultan  dengan pembangunan sarana fisik taman budaya Jepara.

Pentingnya ruang kreasi bagi seniman dan budayawan juga diungkapkan oleh Brondin. “Kita harus berani untuk melangkah dengan pemikiran besar. Sebab selama ini seniman dan budayawan Jepara kurang mendapatkan ruang untuk mengembangkan kreatifitasnya,” ujarnya. Kreatifitas ini sangat penting karena menjadi salah satu ciri kemajuan peradaban.

Sementara pegiat budaya dan penulis Jepara Hadi Priyanto menyatakan, seniman dan budayawan Jepara memang memerlukan  memiliki ruang untuk berkreasi. Namun yang terjadi dalam proyek taman budaya ini  seolah mereka disalip ditikungan. “Informasi awal teman-teman hanya memerlukan sebuah galery seni  dan tempat untuk berkreasi.  Namun tiba –tiba saja kemudian berubah menjadi taman budaya dengan dana lebih Rp. 125 milyar,” ujarnya.

Karena itu menurut Hadi Priyanto perlu kajian yang mendalam tentang kelayakan proyek ini dilihat dari berbagai perspektif yang lebih utuh dan lengkap. “Jangan-jangan nanti kemudian mangkrak. Apalagi selama ini  pembangunan di Jepara  kurang memberikan perhatian terhadap pengembangan dan pelestarian seni dan  budaya dalam arti yang sebenarnya. Seni ukir yang menjadi kekuatan absolut  Jepara saja tidak nampak ada usaha untuk melestarikannya. Juga banyaknya seni tradisi yang hilang atau semakin terasing,” ujar Hadi Priyanto.

Sedangkan  seniman Tigor Sitegar menambahkan, bila seniman dan budayawan tidak dilibatkan dalam seluruh proses pembahasan ini, jangan-jangan mereka hanya  dicatut namanya untuk proyek tersebut. “Kami juga menolak politisasi proyek ini,” tegasnya.

Hal senanda juga diungkapkan oleh Hadi Purwanto seniman pedalangan Jepara. “Harapan kami seniman dan budayawan dilibatkan sepenuhnya dalam seluruh proses dan tahapannya,” ujarnya.

Sementara Mustaqim, perwakilan dari PCNU menyatakan ruang untuk [para seniman dan budayawan berkreasi memang sangat diperkukan. Namun untuk memutuskan tentang apa yang diperkukan seniman budayawan Jepara perlu kajian dan analisa yang lengkap. “Jika hasil analisa semua aspek memang dibutuhkan  dan bermanfaat jangan di rem,” ujarnya

Sedangkan Ketua PD Muhammadiyah Jepara, Fatkhurrozi mengingatkan karena dana yang diajukan sangat besar yaitu sebesar Rp. 125 milliar maka perlu dilakukan kajian  ulang yang mendalam. “Jangan sampai kemudian  mangkrak,  seperti beberapa bangunan yang tidak maksimal pemanfaatanya,” ujarnya.

Rdks – ua