JEPARA(SUARABARU.ID) – Potensi sektor perikanan di Jepara masih sangat prospektif jika dikelola dengan perencanaan yang lebih matang. Sebab Jepara dengan garis pantai lebih dari 80 km dan nelayan lebih 12.000 orang akan menjadi kekuatan yang besar.
Dengan demikian hasil perikanan dapat untuk memenuhi kebutuhan protein warga yang terus meningkat sekaligus menjadi komoditas ekspor yang memiliki nilai tambah yang cukup tinggi. Muaranya tentu juga untuk meningkatnya kesejahteraan nelayan serta untuk membuka lapangan kerja baru.
Hal tersebut diungkapkan Witiarso Utomo, SE salah satu pengusaha muda Jepara yang mengeluti usaha pengolahan perikanan di Pati sejak tahun 2005, kepada SUARABARU.ID. Ia ditemui usai menjadi pembicara pada workshop pengembanagn ekonomi lokal di RM Maribu Sabtu, 19/9-2020.
Witiarso Utomo sendiri adalah pengusaha asal desa Bandungharjo, Kecamatan Donorojo. Karena keberhasilannya, perusahaan yang didirikan bisa menembus pasar internasional dan juga masuk bursa saham.
Menurut Witiarso, jika bidang perikanan akan dikembangkan, salah satu hal yang harus dilakukan adalah menyiapkan pelabuhan perikanan untuk kapal penangkap ikan dengan ukuran sekitar 100 gross ton dengan infrastuktur lain seperti listrik dan jalan.
“Jika ini dilakukan maka akan banyak investor bidang perikanan yang tertarik untuk mengembangkan usahanya di Jepara. Apalagi hasil perikanan di Karimunjawa juga sangat besar,” tambahnya.
Saat ditanya tentang kemungkinan nelayan tradisional terpinggirkan, Ia menampik anggapan itu. “Pemerintah harus hadir dengan memberikan perlindungan melalui regulasi yang memihak juga pada nelayan tradisional dan juga UKM sektor perikanan yang telah ada,” tegas Witiarso.
Menurut Witiarso, perlindungan ini juga berlaku bagi investasi disektor yang lain. “Jika tidak dilindungi, tentu usaha kecil akan kalah dalam persaingan dengan perusahaan – perusahaan besar, hingga akhirnya sektor riil menjadi kelimpungan,” ujarnya.
Ia lantas mencontohkan secara sederhana kemungkinan pemanfaatan kain tenun Troso untuk sejumlah perusahaan besar di Jepara pada hari khusus. Juga pembuatan pakaian seragam di sentra konveksi di Desa Sendang.
“Jika semua pabrik perkantorannya dilengkapi ornamen ukiran motif Jepara, tentu akan sangat berarti. Bukan saja seni ukir adalah identitas Jepara, tetapi juga dapat membangkitkan kembali sektor industri ukir.
Pembuatan usaha rintisan disetiap desa menurut Witiarso juga langkah yang sangat baik. Apalagi di desa telah ada BUMDes dan juga banyak anak-anak muda yang kreatif, inovatif dan memiliki semangat tinggi.
“Jika mereka difasilitasi dan dipertemukan dengan investor serta dibantu promosi produknya, maka akan terbangun sinergitas dan bahkan kolaborasi hingga mereka dapat tumbuh,” papar Witiarso.
Hadepe