Drs Sutarya, MM saat sedang menjelaskan tentang Masjid Mantingan dan Ratu Kalinyamat. Foto: Dok

JEPARA (SUARABARU.ID) – Ada yang berbeda dari kegiatan Gebyar Ramadan SMAN 1 Jepara (SAMNSARA)  dibandingkan dengan sekolah yang lain. Sebab bukan hanya dilakukan dengan ceramah keagamaan, tetapi mengunjungi situs sejarah Masjid dan Makam  Mantingan yang juga salah satu cagar budaya yang ada di Jepara.  Kegiatan  yang  diikuti siswa – siswi kls X ini dilakukan pada tanggal  17 Maret 2025

Menurut guru pembimbing, kegiatan kunjungan ke masjid dan makam Mantingan ini untuk menanamkan nilai cinta budaya lokal, kearifan lokal, melestarikan peninggalan generasi terdahulu serta membangun karakter siswa – siswi, serta penguatan pemahaman keragaman budaya

Guru pembimbing saat menjelaskan tentang tujuan kunjungan siswa SMAN 1 Jepara. Foto: Dok

Sementara itu pengurus Yayasan Masjid Sultan Hadlirin Sutarya menjelaskan sejarah Masjid Mantingan dan Ratu Kalinyamat yang saat ini telah  diakui sebagai pahlawan nasional bangsa Indonesia. “Beliau memiliki peran yang luar biasa dalam menanamkan semangat antikolonialisme,” ujar Sutarya.

Dalam sesi tanya jawab,  Erlangga siswa kelas X mempertanyakan keunikan bangunan masjid  termasuk ornamen dan batu yang digunakan. Sedangkan Falihah siswa kelas X menanyakan kisah topo wudo Ratu Kalinyamat.

Menurut Sutarya, bahan baku ukiran masjid Mantingan adalah batu keras putih yang didatangkan langsung dari China ( Tiongkok ). Sebab   di Jepara dan sekitarnya tidak ada material seperti itu.

“Batu  tersebut  diukir oleh seniman – seniman ukir di bawah bimbingan langsung  Chie Hui Hwan  atau yang lebih dikenal dengan sebutan   Patih Badhar Dhuwung selalu arsitek bangunan masjid Mantingan.

Sementara soal mitos topo wudho Sutarya menjelaskan, itu bukan bermakna harfiah tetapi hanya lambang bahwa Ratu Kalimyamat meninggalkan atribut keduniawian seperti posisinya sebagai ratu hingga dapat fokus memohon keadilan kepada Hyang Maha Kuasa atas tewasnya suaminya.

“Bisa juga mitos itu dibangun sebagai strategi penjajah untuk mendistorsi posisi Ratu Kalinyamat sebagai penguasa muslim yang taat dan memiliki peran dalam syiar Islam. Karena itu menjadi tugas generasi muda Jepara untuk meluruskan fakta sejarah ini,” pungkas Sutarya

Hadepe