KEBUMEN (SUARABARU.ID) – Hari pertama uji coba car free day (CFD) di Alun-alun Pancasila Kebumen setelah penataan atau revitalisasi pada Minggu (2/2) berlangsung dengan lancar.
Tidak seperti biasanya, kini di kawasan Alun-alun Kebumen sudah bersih dari pedagang kaki lima (PKL) dan penjual jasa mainan anak.
PKL yang dibolehkan berjualan di kawasan Alun-alun hanya di Kapal Mendoan. Sedangkan di lintasan jalur jogging track sudah tidak ada lagi PKL.
Demikian juga di sepanjang Jalan Merdeka yang mengitari Alun-alun. Kawasan tersebut hanya untuk olah raga pejalan kaki dan pesepeda.
“Alhamdulillah yang patut kita syukuri uji coba CFD di hari pertama pelaksanaannya sudah baik, tidak ada lagi PKL yang berjualan di lingkaran alun-alun. Kawasan alun-alun hanya diperuntukan masyarakat untuk berolahraga dan bermain, kendaraan bermotor tidak boleh masuk,”ujar Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kebumen Ira Puspitasari, Minggu (2/2).
Ira menuturkan, PKL yang sebelumnya berjualan di lingkaran Alun-alun telah ditempatkan di beberapa tempat. Yakni di Jalan Soekarno-Hatta, Jalan Mayjen Soetoyo, Jalan Veteran, dan Jalan Pahlawan. Ia juga bersyukur dan berterima kasih para PKL bisa mematuhi aturan yang ada.
“Kalau pun ada kekurangan tentunya kami mohon maaf, dan akan kita evaluasi bersama di kemudian hari. Karena ini kan baru uji coba, mungkin ada beberapa PKL yang memang butuh penyesuaian,”terang dia .
Ira berharap, ke depan masyarakat mulai terbiasa dengan aturan yang ada, di mana PKL dilarang berjualan di kawasan Alun-alun, kecuali di Kapal Mendoan. Kebijakan ini berlaku bukan hanya saat CFD, tapi juga juga dihari-hari biasa, seterusnya.
“Kami dari Satpol PP masih terus standby melakukan pengawasan dan penindakan bila mana ada PKL yang melanggar aturan dengan memaksa berjualan di kawasan alun-alun Pancasila,” tegasnya.
Sahrul Fauzi, pengunjung asal Jabres, Sruweng, menyampaikan rasa senang dengan kondisi Alun-alun Kebumen saat ini karena sudah bersih dari PKL. Ia sangat setuju dan mendukung kebijakan pemerintah menertibkan PKL agar tidak lagi berjualan di kawasan Alun-alun.
“Saya setuju sekali, memang harusnya begitu Alun-alun steril dari PKL seperti di Alun-alun kabupatan lain juga sudah bersih. Sayang banget di Kebumen kalau Alun-alunnya sudah cantik begini tapi masih terlihat kumuh karena banyak PKL berserakan. Jadi tidak estetik lagi,”ucap Sahrul.
Sahrul mengaku bukan anti PKL. Apa pun usaha dari PKL untuk bisa berjualan di Alun-alun tetap ia hormati. Namun ia menyebut semua sudah ada tempatnya.
“Kalaupun tidak kebagian tempat di Kapal Mendoan, ya sudah mengalah saja, di luar jalan-jalan itu masih ada, bisa ditempati. Ikut aturan saja, saya yakin pemerintah juga sudah memikirkan solusinya, tidak seenaknya sendiri,”kara Sahrul.
Mahmudi, salah seorang PKL penjual kopi dan air minum kemasan asal Pejagoan mengaku menerima dengan apa yang menjadi keputusan pemerintah. Sebab, ia tidak memiliki hak untuk berjualan di Alun-alun, sehingga ia pun memilih untuk mengikuti aturan yang ada.
“Ya kita terima saja, Alhamdulillah masih bisa berjualan. Kalau pun dipaksa-paksa juga tidak boleh. Ya sudah kita ikhtiar aja, berjualan di tempat sudah disediakan, semoga Gusti Allah paring rezeki sing jembar, Amin,”tukas Mahmudi.
Mahmudi mengaku sejak dulu memamg selalu berjualan di Alun-alun pada Minggu pagi. Bahkan jauh sebelum Alun-alun direvitalisasi. Sedangkan di hari-hari biasa ia kerap berjualan di sekolah ataupun tempat-tempat keramaian.
Komper Wardopo