SEMARANG (SUARABARU.ID)– Panitia pameran lukisan Ki-Art Hartono bersama Komunitas Interaksi dan Koalisi Perempuan Indonesia, belum lama ini menggelar diskusi dengan tema ‘Perempuan Sosok Kuat dan Sumber Kehidupan’, di Museum Ronggowarsito, Kalibanteng, Semarang. Kegiatan ini digelar bersamaan dengan pameran lukis tunggal ‘Ki-Art’, karya Hartono.
Dalam kegiatan diskusi, hadir sejumlah narasumber seperti pelukis asal Semarang, Hartono, dosen Universitas Islam Sultan Agung Semarang (Unissula) Dr Mila Karmilah ST MT, Erna Endang M SPsi dari Komunitas Interaksi Indonesia, Mundriah SE MAk Akt dari Koalisi Perempuan Indonesia yang juga seorang dosen di Universitas Semarang (USM).
Kegiatan ini dimoderatori dosen USM, Helen Intania Surayda SH MH. Dalam sambutannya, Hartono mengatakan, sosok ibu dalam lukisannya merupakan sosok seorang perempuan yang menjadi sumber kehidupan, cinta kasih, kekuatan, dan kepahlawanan.
BACA JUGA: Imbang Lawan Barito Putera, Yoyok Sukawi Guyur Bonus
”Sosok ibu ini menjadi ruang imajinasi. Karena ada yang pernah mengatakan, jika engkau mendidik laki-laki seperti halnya kamu menyiapkan satu lelaki. Tetapi kalau mendidik perempuan, seperti halnya menyiapkan satu generasi. Perempuan sebagai subjek dalam pameran ini, diharapkan bisa menginspirasi,” kata Hartono.
Acara diskusi itu banyak membahas peran perempuan di era sekarang, yang mampu menjadi bagian perjuangan. Baik sebagai sosok perempuan aktif yang kuat dan tangguh, serta sebagai bagian dari keluarga, profesi serta bangsa dan negara.
Sementara itu, Dr Mila menyampaikan, perempuan saat ini memiiliki keberanian dan berperan penting dalam hak dan kewajibannya, untuk membantu dan masyarakat yang membutuhkan perlindungan.
BACA JUGA: Tim Labfor Polda Jateng Olah TKP Kebakaran Kapal di Kota Tegal
Hal yang sama disampaikan narasumber Mundriah, yang menyebut, perempuan sebagai aktivis, bertugas menjaga dan melindungi wanita serta anak-anak yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
”Selama ini banyak kasus dan laporan KDRT yang terjadi di masyarakat. Sayangnya, kasus-kasus itu banyak yang tidak terselesaikan. Hal itu karena kurangnya kepedulian dan transparansi dari korban yang tidak mau melapor. Inilah salah satu fungsi, bahwa para aktivis perempuan wajib membantu dan memasilitasi korban KDRT, agar tidak terjadi kembali,” ujar Indri, sapaan akrabnya.
Di akhir acara, Helen sebagai moderator acara berharap, kegiatan seperti ini diharapkan sering diadakan, sebagai wahana diskusi dan sharing, untuk menambah wawasan dan kepedulian kepada perempuan Indonesia.
Riyan