blank
Rapat pleno KPU Kabupaten Wonogiri telah menetapkan hasil rekapitulasi penghitungan suara Pilkada 2024. Diketahui, target partisipasi pemilih sebesar 71 persen tidak tercapai.(SB/Bambang Pur)

WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Jumlah Golongan Putih (Golput) pada Pemilihan Bupati-Wakil Bupati Wonogiri 2024 di Kabupaten Wonogiri, mencapai sebanyak 253.087 orang. Dampaknya, target partisipasi pemilih pada Pilkada 2024 di atas 71 persen, tidak dapat tercapai.

Angka Golput tersebut, diperoleh dari selisih jumlah pemilih sebanyak pada Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 842.326 orang, dikurangi yang nyoblos 589.239 orang atau mencapai 30,05 persen.

Untuk Pemiihan Gubernur-Wakil Gubernur Jateng 2024 di Wonogiri, angka Golput-nya mencapai 253.857 orang (30,02 persen). Yakni selisih dari jumlah pemilih sebanyak 842.326 orang, dikurangi pemilih yang hadir di Tempat Pemungutan Suara (TPS) sebanyak 589.469 orang.

Terkait ini, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Wonogiri, Satya Graha, menyebutnya pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya, itu belum tentu Golput. ”Karena sejauh ini, di Kabupaten Wonogiri tidak ditemukan adanya indikasi gerakan yang bersifat masif untuk mengajak pemilih menjadi Golput,” tegasnya.

Apa karena para pemilih dari kaum boro (perantau) tidak pada mudik ? Mengingat Kabupaten Wonogiri memiliki potensi perantau sekitar 20 persen dari total penduduknya sebanyak 1,06 juta jiwa. ”Bisa saja itu betul.” tutur Ketua KPU Kabupaten Wonogiri, Satya Graha. Sebab, berdasarkan pengalaman saat mengecek ke salah satu Tempat Pemungutan Suara (TPS) di wilayah Kecamatan Selogiri, petugasnya kesulitan mendistribusikan surat undangan pemilih.

Kajian

Sebagaimana yang terjadi di TPS 02 Desa Kepatihan Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, ada 140 dari sekitar 500 surat undangan untuk pemilih, yang tidak dapat disampaikan. Masalahnya, pemilih tidak berada di tempat atau menjadi kaum boro (merantau).

Tidak tercapainya target partisipasi pemilih pada Pilkada serentak 27 Nopember 2024 lalu, juga bukan karena faktor internal penyelenggara. Sebab, tandas Satya Graha, pihaknya telah secara all out berupaya maksimal melakukan edukasi kepada pemilih untuk berama-ramai nyoblos.

Karena itu, tidak dapat tercapainya target partisipasi pemilih sebnayak 71 pertsen pada Pilkada 2024, itu perlu ada kajian pendalaman dari berbagai aspek. ”Saya merasa belum puas, kami akan melakukan evaluasi,” kata Satya Graha.

Sementara itu dari keluarga kaum boro, diperoleh keterangan, sanak familinya yang merantau memang tidak ada yang pulang demi kepentingan nyoblos Pilkada. Mereka berhitung tentang beaya transpot bila harus mudik untuk nyoblos. Sebab, waktunya berdekatan dengan liburan Natal Tahun Baru (Nataru).

Pihak keluarga menyebutkan, manakala bolak-balik mudik, ya berat di ongkos. Sejauh ini, tidak diperoleh keterangan ada Pasangan Calon (Paslon) yang berupaya memobilisasi memulangkan perantau untuk nyoblos. Yakni dengan mengongkosi beaya transport, agar kaum boro dapat mudik ke kampung halaman untuk nyoblos Pilkada.

Sejak menjelang Hari H pemungutan suara Pilkada, tidak ada gelombang kedatangan arus mudik dari kaum boro. Sebagaimana lazimnya pada arus mudik pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru (Nataru), atau ketika datang liburan Hari Raya Idul Fitri.(Bambang Pur)